Bagian 24

25.5K 2.6K 48
                                    

Bagian 24

•°•°•

Yang terjadi semalam membuat Morana berpikir keras, bahkan ia hanya tidur sekitar tiga jam dan sekarang sudah siap dengan seragam sekolah.

Gadis itu berulang kali menghela napas lelah, melihat kantung matanya yang sedikit menghitam, jangan lupakan wajah lelah itu.

Bergegas turun menuju meja makan, tentu saja hanya ada Amira dan para pelayan yang sedang menyiapkan sarapan. Memangnya siapa yang akan berangkat sekolah sangat pagi seperti Morana?

"Pagi," sapa Amira menyadari kehadiran Morana.

"Pagi, Mi."

Morana meraih selembar roti lalu memakannya pelan, "Mbak, tolong buatin sandwich, Moran mau bawa bekal," kata Morana sambil mengunyah roti.

"Biar Mami aja," kata Amira cepat.

"Yakin sandwich aja? Nggak mau nasi?" tawar Amira sambil meletakkan daun selada di atas roti.

"Sama buah, biar Moran yang siapin buahnya,"

Beberapa menit kemudian, dua tupperware berbeda warna sudah siap, jangan lupakan botol air di tangan Morana.

"Moran berangkat," ujar Morana menyalimi Amira lalu bergegas keluar dari dapur.

Bertepatan dengan itu, sebuah mobil berwarna putih memasuki pekarangan kediaman Anggara. Itu Elang, pria itu menjemput Morana dengan mobil, sangat jarang Elang membawa mobil.

"Kok di sini?" heran Morana, menatap penuh selidik. Gadis itu tiba-tiba menjadi pelupa.

"Semalam gue udah bilang," kata Elang membuka pintu mobil untuk Morana.

Perlahan, mobil melesat keluar dan menyusuri jalan raya yang ramai.

"Kak Elang udah sarapan?" tanya Morana memecah keheningan.

"Belum," sahut Elang tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan raya.

"Wait, Moran bawa bekal,"

"Suapin," pinta Elang santai.

"Manja. Kak Elang bisa sendiri," delik Morana. Semalam pria itu menyetir menggunakan sebelah tangan, kenapa sekarang tidak bisa?

"Nggak bisa, lo mau kita kecelakaan," dengan terpaksa Morana menyuapi Elang.

Selain pemaksa,  Elang juga duka modus.


"Giliran minum bisa," sindir Morana melihat pria itu minum dengan santai sambil mengendarai mobil.

"Beda. Minum ya minum, makan ya makan,"

Alasan!

Keduanya terdiam, Morana yang sibuk dengan ingatannya semalam, dan Elang yang mengetuk jarinya di atas dasbor mobil, menunggu lampu hijau menyala.

Pikiran Morana berkelana, bukankah semalam Elang mengungkapkan perasaannya? Tapi Morana belum menjawab, dan pria itu terlihat santai seakan tidak ada yang terjadi sama sekali.

MORANA DUVESSA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang