Bagian 48

10.3K 1.1K 28
                                    

Bagian 48

•°•°•

Hembusan napas berulang kali terdengar dari Morana. Gadis itu menatap kertas yang diberikan oleh kepala sekolah tadi, hasil ujian seleksi kemarin lusa.

Morana sampai di rumah, gadis itu tidak langsung ke kamarnya, melainkan duduk diam menatap amplop itu. Hatinya bimbang jika hasil yang ia dapatkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

"Moran, tumben pulang cepat hari ini," ujar Amira, mengusap kepala putrinya itu.

"Amplop dari siapa?" Tambah Amira penasaran.

Morana menyerahkan amplop itu pada Amira, membiarkan Ibunya untuk membuka, "Amplop dari kepala sekolah. Hasil ujian Moran," ujar Morana memberikan benda itu.

Amira dengan segera membukanya, membaca sederet kalimat yang tertera lalu tersenyum lebar, memeluk putrinya dengan senang, "Mami udah yakin dari awal, Moran pasti lolos, anak Mami hebat-hebat," bangga Amira mengecup kepala putrinya berulang kali.

Morana ikut senang, tidak menyangka jika dirinya lolos, ia membalas pelukan itu tak kalah erat.

"Pokoknya kita harus rayain ini." Amira segera bangun, memanggil semua pekerja di rumah itu, memerintahkan untuk segera membuat berbagai macam hidangan untuk di bagikan kepada orang-orang yang membutuhkan, Morana hanya menggeleng melihat antusiasme dari Amira, ia meraih kertas yang diletakkan Amira tadi, membacanya kembali, nilai yang ia dapatkan nyaris sempurna, dan Morana lagi-lagi tidak menyangka akan hal itu.

"Moran, sana ke kamar, istirahat. Nanti Mami panggil kalau udah jam makan," tutur Amira.

Morana menurut, meraih tasnya dan meninggalkan surat itu begitu saja di atas meja.

Sampai di kamar, gadis itu menghembuskan napasnya kasar, memilih berbaring di ranjangnya terlebih dahulu.

Memikirkan langkah yang ia ambil benar atau salah. Namun hatinya memantapkan langkah, ia akan mengambil kesempatan yang datang, sekolah ke luar negri merupakan kesempatan besar dan ia akan sangat rugi jika melepaskan kesempatan tersebut.

Morana segera meraih ponsel di tasnya, mengirimi Ressa kabar itu. Gadis itu sangat yakin jika kakaknya lebih antusias dari reaksi Amira tadi.

Ponsel tadi belum di letakkan kembali oleh Morana, ia menatap nama yang ia sematkan paling atas di aplikasi chat nya, tangannya membuka kembali room chat itu, sesekali bibirnya tersenyum ketika membaca kembali teks-teks di sana. Melihat jika di sana tertera kata online, Morana segera mengirim pesan, mencoba sekali lagi.

Melihat jika dua centang itu langsung berubah menjadi biru, Morana langsung duduk dengan jantung berdetak cepat, ia sangat berharap Elang membalas pesannya kali ini. Setidaknya, untuk kali ini saja.

Melihat ada balasan untuk pertama kali setelah sekian lama, Morana terlihat cukup gugup, takut jawaban dari Elang menyakitinya.

Pesan singkat yang berisi sebuah alamat itu membuat Morana bernapas lega, gadis itu segera menuju kamar mandi, membersihkan diri karena ia akan menemui Elang hari ini.

Dengan langkah buru-buru, Morana mencari keberadaan Amira.

"Mami, Moran keluar sebentar," izinnya setelah menemukan Amira.

MORANA DUVESSA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang