Bagian 33

17.9K 1.8K 30
                                    

Bagian 33


•°•°•

Kantin menjadi tempat favorit ketika jam istirahat berlangsung. Riuh dari para murid yang melemparkan obrolan satu sama lain menjadi hal yang biasa terjadi.

"Nico, pesan sana." itu Bagas yang memerintah Nicolas, ia malas kalau disuruh memesan terus menerus.

"Gaya ni bocah,"

"Sekali-kali,"

"Ya udah, kalian pesan apaan?" pasrah Nicolas, ia malas berdebat dengan Bagas.

"Aku bantu," kata Gladis lalu segera menyusul kekasihnya.

"Elang mana?" tanya Ressa, menatap wajah para sahabatnya.

"Biasa, melepas rindu."

"Gayaan, ngomong aja ketemu Moran," delik Rain.

"Lo nggak seneng amat sama gue,"

"Nyenyenye,"

"Elah, nih bocah gue pites juga lama-lama,"

"Lo kira kutu," sahut Arthur menggelengkan kepala.

"Woe Khail!"

"Apaan? Gue di depan lo, nggak usah ngegas gitu manggilnya," sungut Mikhail menaruh kembali novel yang baru saja ia baca.

"Nggak sih, cuma manggil."

"Halal di jual," ujar Ressa.

Nicolas datang menyahuti ucapan Ressa, "Jual aja, ikhlas gue."

"Emak Bapak gue nggak ikhlas,"

"Dih, nggak tau aja Emak lo udah males liat kelakuan anaknya," sahut Arthur.

"Kalian kenapa sih? Suka banget ejek gue,"

"Ya karena lo halal di ejek," jawab Rain tanpa dosa.

"Stop, mending makan, suara kalian bikin kotor telinga," Gladis menghentikan Bagas yang hendak menyahuti perkataan Rain.

"Nggak cowoknya, nggak ceweknya, sama aja. Sama-sama bikin emosi," dumel Bagas menusuk makanannya.

"Gas, itu nasi goreng, bukan bakso." Arthur memberitahu.

"Biarin Thur, otaknya udah over, jadi gitu."

"Ribut! Suara kalian bikin telinga kotor," jengkel Bagas.

••••

"Kak Elang nggak lapar?" tanya Morana untuk kesekian kalinya.

Elang menggeleng, asik menyandarkan kepalanya di bahu Morana sambil memainkan game online di ponselnya.

Morana berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Elang, bisa-bisanya bermain sambil menggenggam tangannya.

"Diem, Na." tegur Elang tanpa menatap Morana.

MORANA DUVESSA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang