Bagian 42

13.3K 1.4K 180
                                    

Bagian 42

•°•°•

Pagi sekali, Morana bangun, karena hari ini ia berniat untuk mengunjungi beberapa tempat.

Selesai membersihkan tubuh, Morana segera merapikan barang di kamar yang ia tempati, tak lupa memisahkan pakaian kotor miliknya, ia berniat untuk pergi ke tempat laundry dulu sebelum sarapan.

Selesai merapikan pakaian yang tadi ia laundry, Morana segera membuat sarapan.

"Nggak aktif?" gumam Morana, menatap ponselnya. Ia menghubungi Gladis namun ponsel sahabatnya tidak aktif.

"Rain pasti lagi tidur, nggak enak ganggu," monolog Morana.

Morana membuka room chat Elang, dan terlihat masih online, "Tumben banget masih online jam segini," Morana segera mengirim pesan singkat, bertanya kenapa kekasihnya belum tidur.

Tak lama setelahnya, ponsel Morana berdering, Elang menelpon.

"Halo? Kok belum tidur?" heran Morana.

Tak ada sahutan, hanya sayup-sayup terdengar hembusan angin.

"Kak?" Morana mengecek ponselnya, mengira ia salah membaca nama penelpon karena sama sekali tidak ada sahutan dari seberapa sana.

"Halo? Kak Elang nggak papa, kan?"

Hembusan napas kasar terdengar, "I'm ok, Na," suara itu terdengar serak.

"Kok belum tidur?" Morana kembali bertanya.

"Masih ngerjain tugas kuliah," bohong Elang.

"Tapi udah minum vitamin, kan? Nanti sakit, kak Elang kalau sakit suka manja,"

"Iya,"

"Sekarang tidur, masih ada waktu buat istirahat bentar,"

Morana hanya mendengar gumaman dari Elang sebagai balasan.

"Moran tutup, ya.."

"Na, i love you,"

Morana tertawa mendengarnya, tidak biasanya Elang mengatakan kalimat manis seperti itu. Morana sangat kenal seperti apa Elang, kekasihnya lebih suka melakukan hal yang nyata, daripada mengucapkan kalimat seperti itu.

"Me too, more," sahut Morana dengan senyuman.

Morana menatap layar ponselnya dengan senyum yang masih merekah, ia segera bersiap-siap untuk keluar, hari ini ia berniat untuk belanja beberapa barang untuk di bawa pulang ke Indonesia.

••••

Di tempat Nicolas, hanya terdengar suara isakan pelan dari Gladis. Nicolas memilih diam, menatap penampilan berantakan Gladis.

Tak lama, Nicolas bangun, meninggalkan Gladis sendirian, hal itu membuat Gladis semakin menangis.

Beberapa menit kemudian, Nicolas kembali membawa teh hangat, meraih tangan Gladis lalu berkata, "Minum dulu,"

Gladis memegang gelas itu dengan kedua tangannya, terdiam ketika Nicolas mulai membersihkan kakinya yang sedikit tergores.

"Udah tenang?" tanya Nicolas, menatap Gladis yang duduk di atas sofa, sedangkan ia masih berjongkok di depan Gladis.

MORANA DUVESSA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang