Bagian 37

13.8K 1.4K 112
                                    


Bagian 37

•°•°•

Hari berganti, tak terasa keberangkatan Ressa sudah di depan mata. Dan sekarang, mereka mengantarkan Ressa di Bandara.

"Di sana jangan bandel, Mami nggak mau tau, kalau sampai ada apa-apa, kamu langsung pulang aja,"

"Iya, Mi." Ressa menjawab pasrah.

"Kebiasaan berantemnya jangan di bawa ke sana,"

"Iya, Mami. Ressa mau kuliah, bukan pergi tanding MMA,"

"Di kasih tau, malah ngejawab,"

"Iya, Mami ku sayang. Esa usahain nggak buat masalah," Ressa beralih ke Ronal.

"Di sana hati-hati, ya? Jangan nakal, Papi usahain nengok kamu,"

"Pi, Ressa udah gede, nggak usah di tengok segala," keluh Ressa.

"Nggak usah ngejawab," dengkus Ronal kesal.

Ressa menepuk kepala Rain, "Nggak usah nyusahin orang rumah. Kalau udah lulus, mending balik, ngomong sama bokap, jangan kabur kayak gini," pesan Ressa.

"Iya, bawel. Semalam udah bilang kalimat yang sama berulang kali," kesal Rain.

Ressa mencibir lalu beralih memeluk Morana, "Baik-baik di sini, jagain Mami,"

Morana mengangguk pelan.

"Jaga diri, jangan sampai salah jalan. Ingat, harga diri di kepala, perasaan di kaki," Bukan apa-apa, melihat Morana yang bucin pada sahabatnya, membuat Ressa takut. Ia khawatir kalau sampai Morana melakukan hal bodoh hanya karena rasa cintanya.

"Iya. Kak Esa hati-hati, sering-sering kabari Moran,"

Ressa memandang adiknya ragu, tidak rela meninggalkan Morana tanpa pengawasan langsung darinya.

"Kak Esa nggak percaya sama Moran?"

Ressa tersenyum, menggeleng, "Gue percaya," Ressa mengusap rambut panjang adiknya, "Makanya, jangan hancurin kepercayaan gue,"

Morana mengangguk mantap.

"Ih, lama amat. Giliran gue nggak dipeluk," cibir Rain.

"Bukan muhrim," asal Ressa lalu beralih pada para sahabatnya yang berdiri tak jauh dari mereka.

"Jagain adek gue," peringat Ressa.

Elang mengangguk, menepuk bahu Ressa pelan, "Take Care,"

"Sohib gue, jangan lama-lama di sana." Bagas berujar dramatis, memeluk Ressa.

"Alay, Gas. Gue bukan mau perang,"

"Nggak ada syukurnya lo, gue udah sedih juga,"

"Harusnya lo happy, sahabat lo keterima di kampus impian,"

Bagas mendengkus jengkel, "Iya iya. Lo nggak ada sedihnya pisah sama sahabat sendiri," cibirnya pelan.

MORANA DUVESSA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang