Bagian 29

20K 2.2K 19
                                    

Bagian 29


•°•°•

Sore hari, setelah pulang sekolah, Morana langsung pulang dan sekarang sedang duduk santai menunggu Elang yang akan menjemputnya. Pria itu bersikeras ingin mengantar Morana ke kafe.

"Mau kemana?" tanya Ressa.

"Ke kafe,"

"Ngapain masih di sini?"

"Kak Esa nggak suka liat Moran di sini?"

"Yee.. Su'udzon, dosa lo." Ressa mendelik, mengambil tempat di samping adiknya.

"Rain mana?" tanya Morana yang tidak melihat sepupunya sedari tadi.

"Nggak tau. Jarang di rumah, tuh anak, gue aduin aunty Andin tau rasa ntar," omel Ressa.

"Kak Esa kayak nggak pernah muda aja," komentar Morana, bahkan pria itu lebih parah, tidak pulang semalaman.

"Gue, kan cowok," sahut Ressa santai.

"Kak Esa nggak mau ikut?"

"Mau!" kata Ressa cepat, pria itu dengan semangat melesat ke kamarnya, mengganti pakaian dan mengambil dompet serta ponsel.

Bertepatan dengan suara mobil yang datang, Ressa turun dengan pakaian rapi.

Keduanya berjalan keluar, menghampiri Elang yang baru saja keluar dari mobilnya.

"Ngapain lo?" tanya Elang, memandang tak suka pada sahabatnya.

"Ikut," jawab Ressa santai lalu duduk di depan, samping tempat pengemudi.

"Na?" panggil Elang dengan sorot mata tak terima.

Morana hanya tersenyum mengusap rambut Elang pelan, "Nggak papa, kan?"

Elang mendesis namun tak urung mengangguk terpaksa, niat hati ingin menghabiskan waktu berdua, malah ada Ressa yang menjadi orang ketiga di antara mereka.

Morana yang duduk sendirian di belakang hanya tertawa pelan melihat Elang yang selalu curi pandang dari kaca depan, pria itu bahkan tidak menyembunyikan rasa tidak sukanya pada Ressa yang sedang duduk santai menatap jalanan dengan mulut yang selalu bersenandung, mengikuti irama musik yang di putar di dalam mobil.

"Ngomong aja, gue tau dari tadi lo pengen ngehujat gua. Karena Moran ada di sini, makanya lo tahan," kata Ressa tak tahan karena lirikan tajam dari arah sampingnya.

"Lo ngapain ikut? Ganggu aja!"

"Terserah gue, Moran adik gue. Jadi sebagai kakak yang baik, jagain adiknya dari segala bahaya. Apalagi bahayanya udah di samping gue,"

"Sembarang. Lo mau gue turunin?" jengkel Elang.

"Gue turun, Moran juga turun. Iya kan, Na?"

Morana tertawa namun tak urung mengangguk.

"Moran?" kesal Elang. Morana semakin tertawa, dengan iseng mengedipkan matanya ke arah Elang membuat pria itu menghela napas pelan.

Dering ponsel milik Morana menghentikan tawa gadis itu, Elang dan Ressa serentak melirik Morana yang sedang menerima panggilan.

"Siapa?"

"Seorang pria, mbak. Katanya dia kerabat dekat mbak Moran," kata suara di seberang sana.

Morana sedikit mengernyit, siapa yang di maksud kenalan? Kenapa tidak langsung menelpon Morana saja? Kenapa harus menunggu di kafe?

"Bentar lagi saya sampai," kata Morana sebelum mengakhiri panggilannya.

MORANA DUVESSA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang