Bagian 07

47K 4.8K 106
                                    


Bagian 07

•°•°•

Morana menatap malas pada Ressa yang membungkus dirinya dengan selimut tebal di atas ranjang Morana. Pria itu sudah berada di sana sejak mereka pulang sekolah.

Morana kembali berkutat dengan soal-soal di bukunya, sesekali tangannya dengan cekatan menulis poin penting dalam pembahasan materi yang ia baca.

"Kak Esa, mending keluar deh." Usir Morana jengah. Kalau pria itu tidak ada niatan membantunya, berarti Ressa tidak dibutuhkan saat ini.

"Nggak." Tolak Ressa membenarkan posisinya agar nyaman.

"Ck! Kak Esa ngapain sih? Mending pergi deh." Kesal Morana. Kenapa pria itu tidak peka? Setidaknya tawarkan diri untuk membantu Morana mengerjakan tugas.

"Jangan pelit. Lagian gue nggak ngapa-ngapain. Cuma numpang ngadem. AC di kamar gue lagi rusak."

"Kan masih banyak ruangan yang lain. Kak Esa sendiri yang bilang, udah punya wilayah masing-masing. Nggak boleh masuk tanpa izin."

Ressa menatap adiknya malas, "Kok lo pelit sih?"

"Biarin." Kata Morana acuh. Ia kembali mengerjakan soal yang masih dibilang cukup banyak. Berkutat dengan tugas yang entah kapan akan selesai.

Sedangkan Ressa kembali asik dengan selimut tebal milik Morana. Pria itu tidak mau beranjak keluar dari posisinya, ia terlalu menikmati wangi Vanilla yang menguar, memenuhi kamar itu. Membuat kelopak matanya memberat dan beberapa saat kemudian pria itu terlelap dengan damai.

Cukup lama berkutat dengan tugas, akhirnya Morana bisa merenggangkan otot-ototnya yang kaku karena lama berdiam diri dengan posisi yang sama. Membereskan buku-buku yang berada di atas meja lalu menyimpannya kembali peralatan tulisnya ke tempat semula.

Morana melirik sekilas ke arah ranjangnya, Ressa masih tertidur. Ia memutuskan untuk pergi mencari Amira.

Biasanya sore hari seperti ini, wanita itu berada di dapur. Akhirnya, Morana melangkah menuju dapur.

"Loh, kok udah turun? Makan malam masih lama, Mami baru aja mau masak." Kata Amira ketika melihat Morana memasuki dapur.

"Bosen." Kata Morana menghampiri Amira yang duduk di meja makan sambil memotong sayuran.

Morana ikut duduk di samping Amira, memotong sayuran yang masih tersisa.

"Loh, tangan kamu kenapa? Disekolah ada yang gangguin? Esa nggak jagain kamu? Itu anak emang minta dihajar." Omel Amira tak lupa dengan nada khawatirnya.

Morana melirik sekilas pada tangannya yang diperban, "Nggak papa. Tadi, nggak sengaja kena cairan Kimia." Bohong Morana. Ia tidak ingin menambah masalah bagia keluarga barunya.

"Kamu yakin?" Morana mengangguk.

"Kalau ada apa-apa bilang. Kita keluarga, kan?" Morana kembali mengangguk. Ya, mereka keluarga. Walaupun Morana tidak memiliki hubungan darah dengan Amira, tapi kasih sayang wanita itu sangat tulus untuknya.

Amira tidak membedakan antara Ressa dan Morana. Kasih sayang yang diberikan Amira setara.

Morana memperhatikan Amira yang mengaduk sayuran. Wanita itu membelakanginya.

MORANA DUVESSA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang