➷ Chapter 7

1.5K 193 2
                                    

"Ji, gue ke kampus dulu ya. Dosen udah nungguin," pamit Minho pada Jisung yang lagi makan roti selai kacang.

Si manis hanya mengacungkan jempolnya ke arah Minho, tanpa menjawab pertanyaan tersebut--dikarenakan mulutnya penuh dengan roti.

"Hati hati, hyung!" serunya setelah menghabiskan seluruh roti di dalam mulutnya.

Keadaan rumah pun berubah menjadi sangat sunyi. Sang empunya rumah sudah berada sangat jauh dari rumah.

Jisung menatap ke arah seisi rumah yang tampak sangat rapi. Jujur dia bingung mau ngapain. Mau beres beres, tapi gak ada yang bisa diberesin. Mau tidur, tapi Jisung belum ngantuk.

Akhirnya, si manis hanya duduk diam di depan tv sambil nyari acara yang bagus buat ditonton. Dan berakhir, pilihannya jatuh pada kartun Doraemon.

"Aku senang sekali~ Doraemon~"

Gak terasa, waktu terus berjalan. Film kartun dengan tokoh utama kucing berwarna biru itu pun sudah selesai beberapa menit yang lalu. Dan kemudian, dilanjutkan dengan acara berita--yang sebenarnya Jisung gak begitu menyukainya.

Alhasil, tv tetap menyala menyiarkan berita, namun Jisung malah asik sama dunianya sendiri. Tv diabaikan begitu saja.

"Udah jam berapa?" gumam pemuda Han itu sambil mencari letak jam dinding di dalam rumah tersebut.

Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. Namun belum ada tanda tanda Minho akan pulang.

"Huft... Masih lama," lanjut si manis sambil menghembuskan napas keras keras.

Jisung itu bosan! Tapi gak ada yang bisa menghilangkan rasa bosan yang menyeruak.

【⸙】

Minho berlari terengah engah menuju rumahnya. Setelah mampir sebentar ke supermarket untuk membeli stok bahan makanan, pemuda Lee itu lantas bergegas untuk kembali.

Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, dan Minho yakin Jisung belum makan siang karena gak ada makanan di rumah.

Cklek

Pintu dibuka dengan sedikit kasar oleh Minho. Pemuda itu langsung masuk untuk mencari keberadaan Jisung.

"Ji?" panggilnya sambil berlari ke arah dapur.

Dan untungnya si manis sedang berada di sana. Duduk di depan kulkas dengan wajah tertekuk kesal dan bibir dikerucutkan ke depan.

Definisi terbaik dari menggemaskan!

"Ji, maaf, hyung lama pulangnya. Kamu pasti lapar, kan?" ucap Minho sambil membuka kantong plastik bertuliskan logo "SKZ Mart" di depannya.

Dikeluarkan beberapa buah roti aneka rasa dan juga makanan siap saji yang hanya perlu dimasukkan ke dalam microwave.

Minho menoleh ke arah Jisung yang sedari tadi belum juga mengeluarkan suaranya.

"Hyungie.... Hyung telat! Jiji lapar!" rengek si manis pada akhirnya sambil ndusel di lantai.

Minho terkekeh pelan, lalu menghampiri Jisung dengan lima buah roti aneka rasa.

"Kamu mau yang mana?" tanyanya dengan sangat lembut.

Jisung yang masih mengerucutkan bibirnya tampak menunjuk ke arah roti rasa selai kacang.

"Ini doang?" tanya Minho lagi.

Jisung hanya mengangguk sebagai jawabannya, lalu memakan roti pilihannya.

Sedangkan Minho, dia juga ikut makan. Tepatnya makan roti rasa cokelat sambil memandangi yang lebih muda.

Entah kenapa, di mata Minho, Jisung itu sangat menggemaskan. Apalagi saat dalam mode little space dan juga saat makan. Tingkat kegemasannya semakin meningkat.

Oh, ayolah, bagaimana kabarnya jantung Minho--yang literally ngelihat pemandangan kayak gini setiap harinya?

"Ji, masih laper?" Minho bertanya kala melihat roti di tangan Jisung sudah habis tak bersisa.

Yang ditanya lantas menoleh dengan wajah polos dan binar memohon di kedua matanya. Si manis kemudian mengangguk sebagai jawabannya.

"Mau makan roti lagi atau mau makan yang lain? Aku udah beli banyak makanan buat Jiji," tanya Minho sekali lagi sambil mengobrak abrik seisi kantong belanjaan.

Jisung tampak berpikir sejenak, dan kemudian menunjuk ke arah tumpukan roti selai kacang di atas meja.

"Jiji mau makan roti selai kacang lagi?" Minho lantas mengambil yang diinginkan oleh yang lebih muda, lalu menyerahkannya ke tangan yang lebih mungil.

Pemuda Han itu menerima roti tersebut dengan senyum sumringah terulas lebar di wajahnya. Seolah roti tersebut adalah harta berharga yang nilainya sangat tinggi.

Dalam hitungan detik, roti itu kembali ludes di tangan Jisung. Ngebuat Minho terheran heran.

"Cepet amat habisnya. Kelaperan?" celetuk Minho yang lagi cuci piring.

Karena terlalu sibuk ngurusin Jisung dan juga tugas skripsi-an, Minho bahkan lupa belum cuci piring dari 2 hari yang lalu. Pantas saja tidak ada piring yang tersisa di rak.

Yang lebih muda tampak menganggukkan kepalanya. "Jiji laper. Biasanya, Jiji gak boleh makan. Mereka yang makan makanan Jiji," jelas si manis sambil menampilkan raut wajah sendu.

Minho terdiam sejenak. "Mereka makan makanan Jiji? Berarti Jiji selama ini gak pernah makan?" batinnya.

"Ino hyung?"

Lamunan pemuda Lee itu langsung buyar seketika saat mendengar Jisung memanggil namanya terdengar asing namun familiar.

"Ino hyung?" tanya Minho memastikan.

"Nama hyung, kan Ino," ucap Jisung dengan wajah polosnya.

Sedangkan yang lebih tua, menatap Jisung dengan wajah gemas. Ingin sekali ia mencubit pipi berlemak si anak polos itu.

"Nama hyung itu Minho, Jiji...," ralatnya, ngebuat kedua netra yang memancarkan binar polos itu berkedip beberapa kali.

"Apa bedanya?" tanya Jisung lagi, masih dengan mata menatap bingung Minho.

Minho menggeleng pelan. "Gak ada bedanya sih," jawabnya pada akhirnya. Lebih milih ngalah sama yang lebih muda.

"Ya udah! Jiji bakalan manggil hyung, Ino hyung seterusnya!"

Minho hanya bisa terkekeh pelan sambil menahan tangannya untuk tidak mencubit pipi gembul tersebut. Minho tuh gemas!

《TBC》

(A/N):
Belum ada konflik dulu ya. Masih adem ayem. Jadi bersenang hatilah kalian semua.

Camelia [Minsung]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang