➷ Chapter 11

1.1K 164 8
                                    

"Lah, gue diundang?" gumam seseorang yang kini sedang membaca pesan dari sang mantan kakak.

Huta Hyung
|Jangan lupa dateng 10 hari lagi, oke?
|Gue tunggu. Ajak Jihan sekalian.
|*send pict
|Itu undangan resminya.

Juyeon--pemuda yang gak disangka sangka diundang itu--hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya. Sudah hampir 3 tahun lamanya Minhyuk dan dia gak saling bertukar kabar. Apalagi semenjak kejadian kelam tak diinginkan terjadi, hubungan keduanya makin retak.

Namun secara tak disangka sangka, Juyeon malah diundang pada acara sakral dan resmi itu oleh Minhyuk. Entah ada apa gerangan si sulung Lee itu mengundangnya.

"Oppa, lagi ngapain?" Suara lembut tersebut sukses membuat lamunan Juyeon buyar seketika itu.

Pemuda Lee itu lantas menoleh ke arah belakang dan mendapati Jihan sedang berdiri di sana dengan tatapan bertanya.

"Oh, ini. Kita diundang ke acara pernikahan," jawab Juyeon sambil menunjukkan gambar undangan yang dikirim lewat kakao talk itu.

Jihan mengangguk dengan mata berbinar. Jarang jarang sekali ia datang ke acara acara resmi seperti itu sebelumnya, jadi gadis itu sangat senang.

"Jihan berarti boleh ikut?" tanyanya dengan binar memohon.

Bahkan jika gadis kecil itu gak memohon pun, Juyeon pasti akan memperbolehkan Jihan untuk ikut. Lagipula, Minhyuk pun mengundang gadis Han itu.

"Boleh. Kebetulan kamu juga diundang sama kak Minhyuk," jawab Juyeon membuat Jihan bersorak.

"Oh ya, yang menikah itu Minhyuk oppa ya?" tanya Jihan polos.

Juyeon menepuk jidatnya pelan. "Bukan, Jihan sayang. Minhyuk udah punya pasangan sejak 3 tahun yang lalu. Yang nikah nanti itu adiknya Minhyuk," jawabnya.

Jihan pun hanya membalas dengan anggukan.

【⸙】

"Haduuh... Capek...," keluh Minho yang baru pulang dari ngurusin segala macam urusan mengenai pernikahan.

"Capek ya, hyung? Mau Jiji bikinin minuman?" tanya Jisung--yang sepertinya udah masuk mode little space.

Minho mengangguk pelan sebagai jawabannya. Dia gak bohong. Ngurusin acara kayak gini tuh capeknya minta ampun. Badan jadi berasa pegel semua.

"Ya udah, Jiji bikinin teh dulu ya." Si manis hendak bangkit dari duduknya untuk beranjak ke dapur, namun ditahan oleh Minho.

"Kenapa, hyungie?" tanya Jisung dengan mata berkedip beberapa kali.

Minho tersenyum tipis. "Gak usah bikinin hyung minum, peluk aja udah lebih dari cukup," ucapnya, ngebuat yang lebih muda langsung sigap merentangkan tangannya lebar lebar.

Pelukan hangat pun kembali keduanya rasakan. Sangat nyaman dan juga menenangkan.

"Hyungie, hyung mau nikah ya? Nikah sama siapa emangnya, hyung?" Jisung bertanya masih dengan pelukan dieratkan olehnya.

"Hah? Oh itu-"

Fireeee~

Ponsel pintar pemuda Lee itu berbunyi nyaring, memotong ucapan Minho.

Jisung lantas merenggangkan pelukan saat mendengar ringtone yang ia ketahui merupakan lagu dari salah satu grup ternama bernama Bities.

"Halo? Iya... Ini gue lagi di rumah. Hah?! Harus balik ke sana lagi?! Astaga!" Minho tampak menahan umpatan dalam mulutnya. Gak baik jika ia mengumpat di depan bocah polos seperti Jisung.

"Ck. Iya iya, gue otw sekarang," ucapnya pada akhirnya, lalu mematikan panggilan secara sepihak.

Wajah pemuda Lee itu tampak menahan amarah. Yang benar saja, setelah rusuh ngurusin masalah dekorasi. Si pengurus dekorasi itu malah gak sengaja ngehapus desain yang udah dirancang Minho dengan susah payah.

"Hyungie, ada apa?" Jisung bertanya dengan takut takut. Apalagi ngelihat kilatan amarah yang terpancar dari kedua netra segelap malam itu.

Minho menoleh, menatap ke arah Jisung yang beringsut mundur ketakutan, lalu menghembuskan napas pelan. "Sorry udah bikin lo takut. Gue cuma lagi marah sama orang lain," ucapnya.

Jisung mengangguk pelan, lalu kembali menunduk.

"Gue pergi lagi dulu ya? Ternyata urusannya belum kelar."

Si manis hanya mengangguk dengan mata memancarkan binar sendu. Dia bakalan ditinggal lagi rupanya.

Ngelihat reaksi yang lebih muda, lantas Minho tersenyum tipis. "Aniya, jangan sedih. Gue cuma pergi beberapa menit doang. Nanti bakalan balik lagi."

"Janji?" Jisung mengulurkan kelingking mungilnya ke arah Minho dengan mata berbinar penuh harap.

Yang lebih tua mengangguk sambil ikut mengulurkan kelingkingnya. "Arasseo, janji."

【⸙】

"Jadi gimana? Udah selesai urusan dekorasi?" Minhyuk bertanya sambil merangkul sang adik. Keduanya kini sedang berjalan menuju pintu keluar gedung.

"Ya gitu lah...," jawab Minho dengan malas.

Yang lebih tua cuma terkekeh kecil ngelihat raut wajah kesel Minho.

"Btw, gak apa apa kan, kalau gue ngundang Juyeon?" Si sulung Lee itu bertanya, dan langsung saja Minho memasang raut wajah yang sulit untuk dipahami.

Hening... Minho gak menyahut apapun. Hanya diam seolah gak mendengar pertanyaan Minhyuk barusan.

"Minho, gue tahu lo denger pertanyaan gue tadi. Jadi jangan pura pura gak denger," ucap Minhyuk lagi, ngebuat Minho ngehela napas panjang.

"It's okay, hyung. Gak apa apa kalau lo ngundang dia, asalkan nanti gue gak ketemu dia pas acara," balas yang lebih muda.

Gantian Minhyuk yang ngehela napas pelan. "Masalah udah berlalu cukup lama, Minho. Apa lo gak ada niatan buat berdamai dengan keadaan? Baik lo maupun Juyeon, kalian berdua gak ada yang salah, asal lo tahu."

Tapi Minho tetap diam tak bergeming.

Dari sekian banyaknya kebencian yang ia lontarkan terang terangan kepada Juyeon, tapi masih lebih banyakan kebencian yang ia pendam terhadap dirinya sendiri. Minho lebih benci terhadap dirinya sendiri daripada orang lain.

"Felix udah tenang di sana, Minho. Jangan sesali apa yang terjadi di masa lalu, karena semuanya udah berlalu. Lo kayak gini gak akan mengubah apa yang sudah terjadi."

"Apa yang bisa lo lakuin sekarang adalah ikhlaskan dia. Biarkan dia tenang di sisi Tuhan."

《TBC》

Camelia [Minsung]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang