Hari ini Jisung akhirnya balik ke rumah setelah dinyatakan sembuh. Betapa senangnya tupai kecil itu.
"Selamat datang kembali, Ji!" Minho berseru dengan senyuman terluas di bibirnya. Tangannya bergerak untuk membuka pintu depan rumahnya.
Jisung hanya menyambut ucapan tersebut dengan senyuman manisnya. Mata bulatnya tampak menyipit. Definisi terbaik dari kata menggemaskan.
Keduanya pun masuk ke dalam rumah. Lalu duduk di matras kecil yang diletakkan di tengah ruangan.
"Sebagai perayaan, gimana kalau gue bikin masakan spesial buat Jiji?" tanya Minho sambil bangkit dari duduknya.
Jisung menoleh, menatap Minho dengan tatapan bertanya. "Masakan spesial apa?" tanyanya bingung.
Yang ditanya tersenyum jahil, lantas menjawab, "Ada deh. Entar juga tahu."
Mendengar jawaban tersebut, Jisung memajukan bibirnya. Sedikit kesal dengan sosok Lee itu.
Pemuda Lee itu tertawa pelan saat lihat wajah cemberut Jisung. "Jangan ngambek..," ucapnya sambil kabur dari ruang tamu menuju dapur, menghindari lemparan bantal dari yang lebih muda.
【⸙】
"Mana makanannya? Lama banget," gerutu si manis yang sepertinya sudah lapar.
"Sabar sebentar, Ji.. Dikata masak itu cuma gampang," balas Minho sambil fokus memasak.
Btw, keduanya sekarang lagi ada di dapur. Minho lagi bertempur dengan alat alat masak, sedangkan Jisung hanya duduk bermalas malasan di kursi meja makan sambil menggerutu.
Di tengah tengah keheningan yang melanda, suara ringtone ponsel Minho membuat atensi keduanya teralihkan.
Kebetulan letak benda pipih itu berada sangat dekat dengan Jisung, jadilah si tupai itu yang mengecek dari siapa kah panggilan tersebut.
"Dari Changbin," ucapnya sambil menatap Minho.
Mendengar nama sang sahabat, lantas pemuda Lee itu meraih ponsel yang disodorkan oleh Jisung.
"Bentar ya, Ji... Gue angkat telepon dulu," ucapnya, kemudian menekan tombol terima panggilan.
Gak lama kemudian, terdengar suara Changbin dari seberang sana. Jisung pun bisa mendengarnya, karena Minho sengaja menyalakan speaker.
"Halo, Ho?"
"Napa, Bin? Tumben tumbenan nelpon gue."
"Gak.. Gue cuma mau ngasih tahu kabar gembira buat lo. Gue dan tim udah nemuin siapa yang ngebunuh Papa dan Mama lo beserta Felix."
Mendengar ketiga orang yang sangat ia cintai itu, Minho langsung mematung.
"Halo, Ho? Lo denger gue kan?"
Suara si bogel kembali terdengar, ngebuat lamunan Minho buyar seketika itu.
"Sorry, sorry... Gue dengerin kok."
Terdengar helaan napas berat dari sang sahabat. Sebelum akhirnya pemuda bermarga Seo itu kembali berucap. "Dan orang yang ngebunuh orang tua lo itu udah mati. Salah satu dalangnya udah mati, dan yang satunya masih hidup walaupun dengan kondisi psikis yang gak normal. Sedangkan anak buahnya sebagian masih bernapas sampai sekarang ini."
Belum sempat pemuda Lee itu menyahut, Changbin udah kembali berucap lagi. Kali ini ngebuat Minho mengeratkan genggaman tangannya pada ponselnya karena menahan amarah.
"Dan orang itu adalah Brian. Dan juga Yoona. Mantan orang tua Jisung."
"Mereka lagi? Emang salah keluarga gue apa!?"
Terdengar helaan napas panjang dari Changbin. "Mereka berdua iri dengan kejayaan keluarga Lee. Ingat kejadian 5 tahun yang lalu? Ketika dulunya perusahaan keluarga Lee di ambang batas kehancuran, sedangkan perusahaan keluarga Han masih pada masa berjayanya. Dan gak lama berselang, terjadi kebakaran hebat pada perusahaan Han, yang membuat mereka bangkrut seketika itu. Ingat gak lo? Brian sama Yoona itu cuma iri sama keluarga lo."
Minho mencerna penjelasan panjang lebar Changbin. Benar, ia baru ingat sekarang. Ada sesuatu yang memancing amarah Brian dan Yoona, hingga membuat keduanya bertindak nekat untuk membunuh Papa Mama Lee beserta Felix.
Yaitu, karena dalang dari terbakarnya perusahaan Han adalah Lee Haenyeon dan Lee Jiyuu--orang tua keluarga Lee.
Memang dari awal bukan hanya Brian dan Yoona yang bermain licik, tapi juga Papa dan Mama Lee. Pasangan Lee itu berhasil membalikkan keadaan dengan cara membakar perusahaan saingan mereka.
Tanpa aba aba, pemuda Lee itu langsung mematikan panggilan tersebut. Lalu duduk di hadapan Jisung dengan tatapan kosong.
Dia baru sadar kalau semua ini juga merupakan kesalahan dari Papa dan Mamanya. Semuanya salah di sini.
"Hyungie... Maaf karena Papa sama Mama Jisung yang bunuh keluarga hyungie." Jisung yang sedari tadi diam, kini bersuara dengan nada sedikit bergetar, penuh penyesalan.
Minho langsung menggeleng seketika itu. Pemuda Lee itu bangkit dari duduknya, lalu berjalan mendekati Jisung.
Sret...
Tangan kekarnya membawa tubuh mungil itu ke dalam pelukan hangatnya. "Jangan minta maaf, karena ini bukan salah Jisung. Dan juga, seharusnya hyung minta maaf karena sebenarnya ini semua salah Papa dan Mama hyung."
Si manis membalas pelukan Minho dengan erat. "Gak perlu minta maaf, hyung. Jisung justru berterima kasih kepada hyung, karena hyung ngebunuh Papa."
Yang lebih tua mengenyitkan keningnya, lantas menatap si manis yang berada dalam pelukannya. "Kenapa berterima kasih?"
"Karena dengan hyung membunuh Papa, Jiji jadi bisa bebas dari kekejaman bapak tua itu," jawab Jisung tanpa ragu.
《TBC》
(A/N):
Jadi intinya Papa dan Mama Lee itu yang ngebakar perusahaan Brian dan Yoona. Brian dan Yoona jelas marah dong, dan nekat membunuh Haenyeon dan Jiyuu dengan bantuan anak buah Changbin. Sedangkan Felix, tuh anak sebenarnya gak termasuk target, tapi entah apa alasannya anak buah Changbin malah ngebunuhnya.Terus kenapa anak buah Changbin malah bantuin Yoona dan Brian buat ngebunuh tiga orang tersebut? Jawabannya simpel, karena mereka dibayar oleh pasangan Han itu.
Dan terakhir, kenapa Jihan disuruh pacaran sama Juyeon? Karena dengan begitu, harta warisan keluarga Lee bisa jatuh ke tangan keluarga Han secara tidak langsung.
Bingung gak? Kalau bingung, berarti kita sama. Aku pun juga gak ngerti kenapa ceritanya berakhir kayak gini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Camelia [Minsung]✔
أدب الهواةLee Minho, pemuda yang duduk di bangku perkuliahan semester akhir itu bener bener gak peduli dengan masalah percintaan. Bukan karena apa apa, Minho masih dibayang bayangi masa lalu--yang membuatnya takut untuk memiliki pasangan. Namun semua beruba...