6. Hal yang sebenarnya

16 1 0
                                    

.....

ِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

....

Amira menatap dirinya dari pantulan cermin. Cewek itu tersenyum lebar, yah ia harus mengawali harinya dengan senyuman yang menyakitkan. Namun itulah yang ia lakukan setiap hari. Ia berusaha menguatkan dirinya, ia berusaha berpikir positif dan terus berusaha untuk bersyukur karena di luar sana masih banyak orang yang lebih susah darinya. Itu yang selalu ia tanamkan dalam dirinya.

Namun, sesaat kemudian, senyumannya luntur bersamaan dengan cairan bening mengalir dari matanya. Dengan perlahan ia menatap dirinya sendiri yang sedang terduduk di kursi roda.

Setetes dua tetes air matanya mulai jatuh dengan deras. Ia menangis, menangis melihat dirinya yang tak bisa apa-apa. Ia hanya bisa duduk setiap saat dan menjadi beban semua orang. Terutama Tamara.

Meski setiap hari ia berusaha menguatkan dirinya sendiri. Namun nyatanya ia tak sekuat yang orang pikirkan. Setiap saat ia harus melawan emosinya sendiri dan berusaha untuk terlihat baik-baik saja. Sudah cukup ia menyusahkan semua orang.

"Ya Allah, hamba mohon ya Allah, ampuni hamba yang tak bisa bersyukur. Beri hamba kekuatan ya Allah hiks" lirihnya merasa putus asa.

Amira kembali menangis. Saat ini ia hanya ingin menangis. entahlah rasanya ia ingin mengeluarkan segala kesedihannya. Setelah menangis ia akan merasa lebih baik.

"Ya Allah jangan biarkan hamba mengeluh atas segala nikmat mu ya Allah. Seharusnya hamba bersyukur masih mempunyai orang-orang yang menyayangi dan menerima hamba meskipun hamba tak bisa apa-apa ya Allah hiks" Ucapnya lirih.

Bagaimanapun keadaannya ia harus bersyukur.

Beberapa saat kemudian tiba-tiba saja kering telpon Amira berbunyi. Amira dengan cepat menghapus air matanya. Dengan segera ia melihat siapa yang menelponnya.

Jihan.

Amira menetralkan suaranya agar tak terdengar seperti orang yang habis menangis. Amira menekan tombol hijau.

"Hallo Assalamualaikum" Ucap Jihan langsung.

"Waalaikumsalam"

"Mir aku udah di depan rumah kamu nih. Ada kakak aku juga" Ujannya dari sebrang sana.

Astagfirullah

Bisa-bisanya ia lupa bahwa hari inj Jihan akan menjemputnya untuk belajar bersama di rumah jihan

"Kamu masuk aja Han. Nanti ada bik Tina kok. Aku mau bilang ke kak Tamara Dulu" balas Amira.

"Yaudah Mir Assalamualaikum"

"Iya Waalaikumsalam"

Mengingat kamar Tamara yang berada di lantai dua Amira hanya bisa menelpon Tamara. Ia tak akan bisa naik tangga dengan kursi Roda.

Tak butuh waktu lama. Panggilan Amira langsung diangkat oleh Tamara.
"Halo Assalamualaikum kak"

"Waalaikumsalam dek, kenapa? Kamu butuh sesuatu?" Balas Tamara langsung.

Bismillah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang