15. Bersama Galih

2 0 0
                                    


Ouh ya teman-teman aku mau ngasih info aja, aku nulis ini sambil denger lagu JAZ- BERDUA BERSAMA, hehehe. Senyaman kalian aja yah.



"sekarang kita kemana?" tanya  Galih saat memasuki mobilnya yang masih terparkir di rumah cewek itu. Diikuti dengan Tamara dan Sabil. Sebenarnya Tamara hanya ingin membawa Sabil keliling-keliling saja untuk menghibur anak itu, namun ia tiba-tiba saja Galih datang untuk menemui ayahnya dan menawarkan diri untuk mengantar mereka. Lagian mereka tak hanya berdua ada sabil juga.

"kita ke mall aja gimana? sekalian nih aku mau beliin baju buat Sabil. minggu depan dia udah lanjut sekolah lagi soalnya" ujar Tamara.

Pria itu mengangguk. Galih melepas jas nya dan menggulung lengan kemejanya. 

"Gimana? Sabil setuju kan kita ke mall dulu?" tanya Tamara pada Sabil.

"iya kak. Makasih ya kak"

"oke, fiks kita ke mall aja. yuk kita jalan-jalan"

"bagaimana pak Galih, apakah bapak setujuh kita ke mall sekarang?" tanya Tamara yang hanya bercanya dengan suara yang di buat-buat agar tidak terlalu canggung.

Galih tertawa lalu berbalik kearah Tamara yang duduk di sampingnya. ia merasa lucu dengan tamara.

deg!

Tamara tertegun saat melihat Galih tersenyum. Pria itu, sudah lama sekali ia tidak melihat tawa Galih. Tawa yang begitu sempurna dan indah bagi cewek itu. Entahlah, dari dulu ia begitu menyukai bagaimana Galih tertawa, dan setelah beberapa tahun sekarang Tamara kembali melihat tawa itu.

"tentu saja nyonya Tamara" ujar Galih sekarang Tamara adalah seorang putri. 

deg!

Tamara kembali terdiam. Namun dengan cepat mengubah ekspresinya. Ia mengalihkan perhatiannya dari Galih. Tidak, ia harus menghilangkan perasaannya ini.

Galih mengeluarkan mobilnya dari rumah Tamara dan pergi menuju mall. Di perjalanan mereka tak henti-hentinya, tertawa hingga mereka tak menyadari bahwa mereka sudah sampai setelah perjalanan yang hampir tiga puluh menit.

Galih memarkirkan mobilnya lalu menggenggam tangan sebelah kiri Sabil, sedangkan Tamara memegang tangan kanan Sabil. sekarang siapa pun yang melihat mereka akan mengira bahwa mereka adalah sebuah keluaraga kecil dengan ayah, ibu dengananak kecil.

Sedangkan Sabil dan Tamara mungkin tak menyadari itu, terkecuali Galih. Galih sadar betul mereka seperti sebuah keluarga tapi itulah yang ia harapkan.

Jika seseorang berkata tak ada persahabatan antara laki-laki dan perempuan yang benar-benar hanya sekerdar sahabat, maka Galih akan menyetujui itu. bohong jika ia tak memiliki perasaan apapun pada Tamara. Perasaan itu tumbuh saat mereka masih kecil. Saat ia baru saja pindah kerumah tepat didepan rumah Tamara. Seorang anak SMP yang mulai menyukai anak SD yang juga selalu ikut bermain saat ia dan Pandu bermain. Saat itu perasaan itu muncul. Awalnya ia beranggapan bahwa perasaannya hanyalah  sebuah rasa sayang seorang kakak pada adiknya, sebagaimana Pandu dan Tamara. Beberapa tahun tepat saat Galih memutuskan untuk keluar negri ia sempat bertanya-tanya perasaan apa yang sebenarnya ia pelihara selama ini? 

Bagi Galih untuk seorang anak SMA yang menyukai seseorang, apalagi dengan anak SMP itu hanyalah sebatas cinta monyet seorang anak remaja. Namun, setelah bertahun-tahun dengan perasaan yang terus ada meskipun ia jauh dari Tamara perasaan itu masih benar-benar ada. dengan perasaan yang sama, namun kali ini berbeda, ia menyadari bahwa untuk perasaannya selama ini, perasaan itu bukanlah perasaan yang hanya sekedar rasa sayang kakak kepada adiknya, bukan sekedar rasa sayang seorang sahabat pada sahabatnya yang lain, atau bahkan bukan perasaan suka seorang anak remaja yang hanya sekedar cinta monyet, tapi perasaan cinta antara seorang laki-laki pada perempuan. 

Bismillah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang