9. Dia? Perempuan Iblis

15 1 0
                                    

   ....

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

....

Disinilah mereka semua berada sekarang. Duduk disitu meja makan yang sama dengan berbagai makanan mewah yang di sajikan.  Disampingnya ada Angel dan juga Sabil. Sabil tak ingin jauh dari  Tamara.

Jujur jika boleh, untuk kali ini ia tak ingin makan bersama karena ada Angkasa. Entahlah ia merasa seperti tidak nyaman. Tapi ia tak mungkin pergi begitu saja ada Sabil dan Angel yang sudah datang. Apa lagi ada Ayahnya.

"Nak Angkasa jadi kamu sahabat Pandu. Om lupa ternyata kamu yang namanya Angkasa. Soalnya kamu makin kesini makin berubah" ujar Ayah.

"Iya om Alhamdulillah"

"By the way kita ada hubungan kerja sama dengan perusahaan Angkasa" jelas Pandu.

"Bagus dong klo gitu. Klo Jihan emang kelas berapa?" tanya Fathur yang beralih pada Jihan adiknya Angkasa.

"Sama kayak Amira om"

"Kalian satu sekolah?"

"Kebetulan nggak om. Kita ketemunya pas lomba"

"Ouh gitu. Makasih yah nak Jihan udah mau jadi sahabat anak om"

"Hehehe nggak kok om. Aku juga seneng bisa punya sahabat kayak Amira" Amira hanya tersenyum.

"Ouh ya, Angkasa, Jihan Amira kenalin nih namanya Sabil" ujar Pandu yang juga ikut mengenalkan Sabil pada mereka bertiga.

Angkasa hanya tersenyum kecil. Sedangkan Jihan dan Amira mereka juga ikut tersenyum. Amira mengerutkan keningnya lalu bertanya "loh, dia siapa kak?"

"Kamu datang sejak kapan Sabil? Kok kakak baru liat? Kenalin namaku Amira adiknya kak Tamara sama Pandu hehehe" Ujar Amira panjang lebar.

"Sabil itu temannya Tamara. Dia gemesin banget kan?. Kamu nggak liat dia nempel banget sama Tamara"

Sabil tersenyum. Rasanya ia sangat senang berada di rumah ini. Rumah ini begitu hangat dan harmonis. Itu semua karena dihuni oleh orang-orang baik seperti keluarga dan teman-teman Tamara.

"Dia bukan teman aku kak, sekarang Sabil itu adik aku" Ucap Tamara yang akhirnya bersuara.

Sabil sekali lagi tersenyum mengangguk.

"Eh enak aja. Sabil juga adik gue yah. Bukan cuman lo aja. Iya Sabil sayang?"

Sabil terkekeh ia begitu bahagia. "Iya kak Angel"

"Nah gitu dong biar semua orang tau klo kamu adik aku" Angel mencubit pelan pipi Sabil yang begitu menggemaskan. Andai saja ia lupa bahwa Sabil adalah makhluk hidup maka sudah dari tadi meremas-remas pipi Sabil"

"Eh ngomong-ngomong Sabil itu pinter ngaji loh." ucap Tamara.

"Beneran?" tanya Jihan antusias.

Tamara mengangguk. "Emang Sabil siapa yang ngajarin?"

"Ibu yang ngajarin Sabil mengaji. Tapi karena sekarang ibu lagi sakit jadi nggak ada yang ngajarin. Sabil belajar sendiri" ucapnya polos. Entah mengapa raut wajahnya jadi murung mengingat ibunya yang hingga saat ini belum sadarkan diri.

Bismillah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang