بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم.....
Disinilah saat ini mereka berada, didalam mobil Angkasa. Sejak beberapa menit yang lalu tak ada seorang pun yang membuka percakapan entah itu Tamara maupun Angkasa dan juga Angel tentunya.
Tamara yang posisinya berada di samping Angkasa hanya bisa diam. Sedangkan Angel yang lebih memilih dibelakang sibuk senyum-senyum sendiri.
Tamara mana mungkin duduk di belakang bersama Angel, karena itu hanya akan membuat Angkasa terlihat seperti sopir.
Saat ini Tamara sangat bingung, apa yang harus ia lakukan nanti. Berada di mobil Angkasa membuatnya tak nyaman, ya meskipun ada Angel yang menemaninya.
Jujur Tamara tak ingin terlalu dekat dengan Angkasa. Meski ia ingin, tapi Tamara harus sadar tentang posisinya sekarang. Seluruh perasaannya pada Angkasa memang masih sama seperti dulu bahkan tak berubah sedikitpun.
Angkasa yang dulu bukanlah Angkasa yang sekarang. Angkasa yang sekarang jauh lebih pendiam jika dibandingkan dengan dulu. Satu kenyataan yang harus ia terima, perasaan Angkasa belum tentu sama dengan apa yang ia rasakan, dan bisa saja Angkasa sekarang sudah mempunyai seseorang yang ingin ia perjuangkan, yang pastinya jauh lebih baik darinya. Tamara tak ingin memaksakan perasaannya. Ia juga tak ingin memaksakan keadaan. Ia sadar betul posisinya sekarang.
Tamara menghembuskan napas berat. Menjauh adalah langkah yang paling tepat yang harus ia lakukan.
Tamara menatap kearah keluar jendela.
"Ya Allah. Aku yakin engkau tau apa yang sedang hamba rasakan. Aku juga yakin engkau tau apa yang ada dihatinya, tapi hamba mohon ya Allah. Jangan biarkan hamba berharap pada seseorang selain dirimu. Hamba mohon ya Allah jauhkan hamba dari hal-hal yang bisa menyakiti ku" Ujarnya dalam hati.
Sekilas Tamara menatap Angkasa yang fakus menyetir. Beberapa saat kemudian Tamara tersenyum kecil. Meski tak seperti dulu, bisa melihat orang yang ia cintai sudah membuatnya bahagia.
Tamara kembali menatap keluar jendela. Hingga akhirnya keheningan berakhir saat Angel berbisik pada Tamara. Tapi sepertinya tidak bisa dikatakan berbisik karena ia tau Angkasa bisa mendengarnya.
"Ra, lo beruntung banget ya pernah punya pacar kayak kak Angkasa. Udah ganteng bertanggung jawab lagi" ucapnya tersenyum sambil menopang dagu. Matanya tak henti-hentinya menatap Angkasa.
Tamara memejamkan matanya berusaha menahan kesal. Tak bisa kah Angel menahan ucapannya? Setidaknya hingga Angkasa pergi. Lagi -lagi perkataan cewek itu membuatkan bingung menyikapinya.
Orang di sampingnya ini mempunyai telinga dan sangat tidak mungkin jika Angkasa sama sekali tak mengerti maksud Angel.
Tamara memberi Angel istruksi lewat kaca dengan memplototinya.
Sedangkan disisi lain Angel membalas "hehehe maaf. Nggak lagi deh" mereka seperti berbicara lewat kaca.
Angkasa hanya diam. Seperti tak ingin menyangga apa pun. Dan beberapa saat kemudian mereka sampai di sebuah restoran. Mereka semua turun dan memasuki restoran itu.
Tamara senang karena restoran ini memiliki makanan yang sangat enak dan ia menyukainya.
Angkasa memberinya beberapa lembar uang merah untuk Tamara "kamu pesan aja, saya mau wc dulu" ujarnya lalu pergi.
Tamara mengangguk dan segera memesan makanan yang dibungkus. Angel hanya mengikut dari tadi.
"Ra?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bismillah Cinta
Narrativa generaleSEBUAH CERITA FIKSI!!! Sebuah kisah perjalanan hidup Tamara mengarungi takdir Ini tentang Tamara, anak kedua dari keluarga Pratama yang memputnyia paras cantik. Bukan cuma itu, ia juga di kenal dengan kepintarannya yang berhasil memenangkan banyak l...