12. Yang Telah Pergi

4 0 0
                                    


Tamara berjalan pulang mengendarai motornya dengan perasaan sedih dan kecewa. Apakah dirinya seburuk itu sampe Angkasa harus membuang makanan yang pandu berikan hanya karena Tamara yang membuat makanan itu? Untungnya ia dapat menyembunyikan air matanya saat ia kembali keruangan Pandu. Ia sampai tak habis pikir bahwa Angkasa akan melakukan itu.

Tamara menghentikan air matanya karena lampu merah.  Ia mulai menghapus air matanya. Bagaimana pun Tamara harus melupakan kejadian itu.

Beberapa saat kemudian tiba-tiba saja dering ponselnya berbunyi.

Drrtttt!

Drrtttt!

Tamara mengecek ponsel untuk mengetahui siapa yang menelponnya.

Angel?

Tamara segera menggeser tombol hijau.

"Hallo Ra!, kamu dimana?" 

Tamara menghentikan keningnya saat menyadari suara Angel terdengar parau. Seperti orang yang habis menangis.

"Aku lagi di jalan mau pulang. Emang kenapa?" tanya Tamara merasa bingung.

Namun tak ada jawaban dari seberang sana.

"..."

"Ngel? Kamu nggak apa-apa kan? Sekarang kamu dimana?"

"Hiks Ra!"

"Ibunya Sabil meninggal dunia Ra!"

Deg!

Tiba-tiba saja air mata Tamara kembali menetes begitu saja. Ia terdiam, masih berusaha mencerna apa yang baru saja Angel katakan. Entah kenapa mendengar ini hatinya terasa ikut sesak.

"Ra! Kamu  harus ke rumah sakit sekarang hiks. Sabil butuh lo!"

Deg!

Seakan baru sadar, Tamara di kejutkan dengan klason semua orang yang ada di belakangnya.

"Mbak buruan dong!" ujar salah satu pengendara lain.

"Iya pak, iya maaf" balas Tamara mematikan ponselnya dan mulai melakukan motornya kembali ke arah Rumah Sakit tanpa basa basi lagi

.....

Dengan cepat Tamara segera berlari melewati koridor rumah sakit menuju ruang inap ibu Sabil. ia ta bisa tenang sejak mendengar kabar buruk dari angel tadi. Ia tak perduli lagi dengan orang-orang kesal karena melihat Tamara berlari-lari di rumah sakit.

Langkahnya terhenti tepat di depan pintu ruangan ibu Sabil.

Deg!

Tamara kembali meneteskan air matanya. Matanya berhasil menangkap ibu Dabil yang telah terbaring lemah tanpa nyawa. Entah kenapa rasanya sakit saat melihat Sabil menangis karena ibunya meninggal, seperti ada ribuan jarum yang juga ikut menusuknya. Ia merasa iba melihat dan mendengar Sabil yang terus menangis meronta ronta di samping Angel. Disana sudah ada Angel dan juga suster.

"IBUU! HIKS IBU!"

Tamara terus terdiam, ia tak bisa berkutik sedikitpun, tangannya bergetar melihat semuanya.

Ia seperti mengingat kejadian tiga tahun lalu dimana ia harus merasakan apa yang Sabil rasakan saat ini.

"Ibu, hiks! Ibu yang tenang ya. Makasih udah jagain Sabil sampai besar. Makasih ibu udah ngajarin Sabil ngaji. Tapi maaf, Sabil nggak bisa jagain ibu hiks. Maafin Sabil bu!. Sabil janji sama ibu Sabil akan terus doain ibu. Ibu nggak usah ngerasain Sakit lagi. Ada Allah yang jangan Ibu." ucapnya mencium kening ibunya untuk yang terakhir kalinya.

Bismillah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang