11. Galih.

7 1 0
                                    

.....

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

.....

Aku percaya bahwa rencana Allah sempurna

.....


Tamara duduk bersandar di salah satu kursi balkon kamarnya, ia terus memandangi langit malam yang begitu indah. Bintang, bulan dan langit gelap yang terasa begitu sempurna untuk ia pandang.

meski langit malam begitu gelap, tapi ada bintang dan bulan yang jadi perhiasan malam yang pada akhirnya berhasil membuat malam yang gelap menjadi malam yang sangat indah. semua ini menandakan betapa berkuasanya Allah pemilik seluruh alam ini. kita tak pernah tahu dan tak pernah sadar bahwa di balik hal yang gelap tak selalu buruk. Sama seperti kita yang menganggap musibah sebagai susuatu yang buruk, padahal dibalik sesuatu yang buruk bisa saja ada hal indah yang tak pernah bisa kita lihat dan sadari. 

Tamara selalu yakin dibalik kesedihan, ujian dan masalah yang selalu datang padanya ada hal indah yang Allah selipkan untuknya seperti indahnya bulan dan bintang yang terselip di kegelapan malam.

Seketika Tamara teringat mengenai pertengkarannya dengan Angkasa satu minggu yang lalu.  Setelah semua yang terjadi dengannya tiga tahun lalu, padahal ia ingin mengungkapkan semuanya tapi takdir berkata lain. setelah pertemuan terakhirnya dengan  cowok itu di taman tiga tahun lalu ia sudah tak pernah lagi bertemu dengannya. Namun setelah tiga tahun kemudian ia diperetemukan kembali oleh Allah dengan cowok itu. Awalnya Tamara berniat menjauh namun ia sadar takdir yang mempertemukannya dengannya, sejauh apapun ia bergerak menjauh maka ia akan tetap di pertemukan oleh cowok itu karena takdir.

begitu pula dengan pertengkarannya seminggu yang lalu, segalanya adalah takdir. Sama seperti tadi dibalik kesedihan dan rasa sakit yang Tamara rasakan sekarang, akan ada hal baik dan indah, mungkin bukan sekarang tapi nanti.  Entah kenapa sekarang setelah semua kebohongannya dulu telah terbongkar rasanya jauh lebih menenangkan. tak ada beban berat lagi di punggungnya.

Tamara tersenyum kecil masih memandangi malam gelap yang hampir setiap hari ia pandangi

Masyaallah!

drrrtt!

drrrtt!

tiba-tiba saja ponsel yang ada di genggamannya bergetar. Mata Tamara berbinar setelah melihat siapa yang menelponnya. 

Tamara mengerutkan keningnya, ia melihat sebuah nomor tanpa nama dilayar ponselnya, tumben sekali ada yang menelponnya di jam seperti ini, apalagi dengan nomor baru yang tak dikenali.

"assalamualaikum" 

deg!

"..."

Tamara tertegun mendengar suara itu. Dengan perlahan ia menatap ponselnya untuk memastikannya sekali lagi. suara itu, suara yang sangat ia kenali, suara yang begitu ia rindukan selama ini. pikiran Tamara mulai jauh, tapi sekali lagi ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa apa yang iapikirkan tidaklah nyata.

Galih!

masih dengan orang yang sama. mata tamara mulai memanas. Apa benar suara itu suara Galih? tapi kenapa? kenapa harus sekarang? Tamara tersenyum senang. Tidak, ia tak boleh percaya begitu saja. Itu tak mungkin Galih karena nomor pria itu sudah lama tidak aktif.

Bismillah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang