36. Titik Terang

17 10 7
                                    

⚠️⚠️ Visualisasi hanya berlaku di cerita ini. Jangan pernah dibawa ke dunia nyata !!!

Jangan lupa vote 🤗🤗🤗

Dan tinggalkan komentar juga yaa🤗🤗🤗

Biar aku makin semangat ngetiknya 😅😅😅

Nggak maksa sih buat ninggalin komentar, terserah kalian aja. Sesuai kesadaran dan kemauan masing-masing aja. Tapi tetep vote ya, hargai karya orang 😊😊😊

Happy Reading 💚💚💚

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Flashback On

Irene kali ini sedang terbaring di ranjang rumahsakit. Dia baru saja mengalami kecelakaan dan membuat dirinya terbaring di ranjang rumahsakit seperti sekarang ini. Kondisinya sangat parah. Bahkan dokter menyatakan jika Irene sadarkan diri, kemungkinan besar Irene akan mengalami kelumpuhan.

Rutinitas Kia selama Irene berada di rumahsakit adalah menuju ke rumahsakit sepulangnya dari sekolah. Seperti sekarang ini, Kia mendudukkan dirinya di sebuah kursi samping ranjang Irene yang masih belum sadarkan diri. Kia membawa satu buket bunga mawar putih kesukaan mamanya itu.

"Hai ma, Kia kesini lagi bawain bunga mawar putih kesukaan mama. Kia kangen sama mama, kapan mama bangun ?? Kia sendirian disini ma. Nggak ada siapapun yang nemenin Kia." Ucap Kia sambil menggenggam tangan Irene dan mengecup punggung tangannya.

"Bi Hana juga sibuk sama pekerjaan di rumah. Papa bahkan nggak pernah jengukin mama. Kalo gini terus, kenapa mama masih mau bertahan sama papa ??" Tanya Kia sambil menempelkan punggung tangan Irene di pipinya. Kia mengusap airmata yang mengalir di pipinya kemudian tersenyum.

"Aku nggak nangis kok ma. Mama nggak boleh ikutan sedih ya, Kia nggak bakalan nangis kok." Ucap Kia sambil tertawa miris. Bahkan Kia sama sekali tidak mendapat respon dari mamanya itu.

"Mama cepet bangun ya ma, Kia janji akan berubah jadi Kia yang lebih baik. Kia udah berhasil masuk ke SMA Harapan seperti permintaan mama. Tapi kenapa mama malah biarin Kia disini sendirian ?? Apa karena Kia selalu bikin ulah di sekolah dan nggak mau nyari temen ?? Mama nggak suka ya ?? Tapi ada satu anak kok ma, laki-laki. Dia terus berusaha buat jadi temen Kia. Mama cepet bangun ya biar Kia bisa kenalin temen Kia itu ke mama." Ucap Kia dengan suara tercekat. Semakin lama suaranya serasa menghilang. Dia seperti sudah tidak sanggup mengajak Irene berbicara lagi.

"Aku ke kantin dulu ya ma. Mau beli minum." Pamit Kia kemudian mencium kedua pipi Irene secara bergantian. Setelah itu dia keluar dari ruang rawat Irene untuk menuju ke kantin.

Tak seberapa lama setelah Kia pergi dari kamar Irene, ada seseorang yang memasuki ruangan itu. Berjalan mendekat ke arah ranjang Irene yang masih tidak sadarkan diri. Menatap kasihan ke arah Irene.

"Sayang sekali ya, sepertinya kamu akan segera pergi dari dunia ini." Ucap orang itu. Itu Fiza. Dia memang sudah berniat untuk mengunjungi Irene secara diam-diam. Tanpa Fiza duga, Irene malah membuka matanya secara perlahan. Membuat Fiza sedikit kebingungan dibuatnya.

"Kenapa ?? Nggak bisa ngomong ya ?? Ya jelas lah, kamu kan sekarang udah lumpuh total. Dengan kondisi kamu yang seperti ini apa kamu masih bisa memperjuangkan mas Yudha ?? Bahkan sepertinya mas Yudha udah nggak mau sama orang lumpuh kayak kamu." Ucap Fiza yang membuat Irene hanya bisa menatap tajam ke arahnya.

My Beloved Boyfriend (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang