E

1.4K 183 13
                                    














































Praangggg!!!

Leesa langsung bangkit dan mendorong Winter.

"Sorry.... Aku harusnya gak kemari!" Sooya langsung berlari dari sana.

"Sooya!" Leesa mengejar istrinya yang entah sudah kemana.

Winter melipat kedua tangannya di dada, "Apa-apaan itu? Bukankah mereka hanya pura-pura?" Heran Winter, ia melihat ke kursi dimana Leesa duduk tadi, ponsel gadis berponi itu ketinggalan, Winter tersenyum tipis.

.
.
.

Brukkkkkk!

"Cuy! lari itu pakai kaki, jangan pakai mata!" Kesal Sean yang gak sengaja di tabrak Leesa.

"Elu lihat kakak elu lewat gak, tupai?"

"Gak," Sean langsung hendak berjalan pergi, Leesa menahan tangannya.

"Bantu cari, nanti ku traktir seblak satu panci!"

"Deal." Sean langsung bergegas mengejar Sooya yang berlari ke arah gedung olahraga, kakaknya sering kesana, lebih tepatnya di atapnya yang tinggi untuk merenung.

Leesa mengikuti.

.
.
.

Benar kata Sean, Sooya sedang duduk di atap sembari melihat ke pemandangan perkotaan yang ramai.

"Seblak?" Tagih Sean sembari mengulurkan tangannya.

"Ck... Giliran makanan selalu saja ingat, berapa harganya?" Leesa merogoh saku.

"Lima ratus ribu,"

"Gak usah meres deh, Cong!"

"Yaelah... sama ipar aja perhitungan, ya sudah kalau begitu, ayo turun lagi, jangan nempel-nempel kakakku. Gue tau kalian sedang gelud, kan?"

"Eh.. eh.. iya ya astaga!" Leesa memberikan uangnya ikhlas tak ikhlas, "Udah sono pergi, oh ya kasih juga ke mang Ujang, mangkok dan gelasnya baru saja kami pecahkan, ini ganti ruginya," usir Leesa menambah uang lima puluh ribu lagi.

"Oke, good luck, kakakku kalau ngamuk gedung Monas aja ambruk loh..." Ujar Sean sembari berjalan pergi.

"Ngeri juga ya...."

Leesa berjalan mendekat pelan-pelan dan ragu karena bingung juga harus bicara apa, "S-Sooya...."

Sooya masih melihat ke pemandangan di depannya, Leesa mendudukkan dirinya di samping gadis itu.

"Jadi... Apa kamu menerima Jae?" Tanya Leesa.

Sooya menggeleng, "Aku gak tertarik dengan brondong,"

"Padahal aku juga brondong. Terus... Kok ini marah padaku? Aku kan gak salah apa-apa?"

"Aku gak marah kok... Aku hanya kaget,"

"Terus kalau kaget kenapa lari seolah kamu marah padaku?"

"Aku sedang buang lemak habis makan baso dua mangkok,"

"Ck... Yang benar saja, beneran deh beb.... Kamu marah kenapa? Kamu cemburu dengan Winter, kan?"

"Ku bilang tidak!" Sooya bangun dari kursinya.

"Lalu kenapa sikapmu begini?"

"Kamu lah yang mendramatisir nya! Aku memang biasanya selalu disini untuk menyendiri! Kenapa kamu heboh sekali sampai menyusulku kemari, seolah kita sedang bertengkar serius!"

The Young Marriage (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang