K

1.3K 162 20
                                    






























































"Tolong jagain ya, Yah..." Ucap Leesa sembari mengelus-elus rambut panjang istrinya yang duduk di sofa, hal ini lantaran Sooya yang tidak enak badan, dan harus istirahat total di rumah, tidak bisa sekolah dulu.

"Siap! udah gih sana berangkat nanti malah telat lagi," jawab ayah.

"Oke, aku pergi dulu ya, beb... Assalamualaikum." Leesa mengecup punggung tangan Sooya lalu berjalan keluar dan mengendarai motornya otw sekolah.

Begitu Leesa berangkat, ayah langsung mengecek detak nadi di tangan menantunya itu yang terlihat pucat dan lemas duduk di sofa.

"Ini lumayan lemah, apa saja kegiatan sekolah akhir-akhir ini, sayang?"

"Kayak biasa kok, Yah... Cuma belajar dan ya... Ada sedikit les tambahan karena mau ujian," jawab Sooya dengan suara yang terdengar lemah.

Ayah mengangguk, "Kamu ujian minggu depan, tapi kalau sampai sakitnya makin jadi bisa gawat. Belajarnya agak di kurangi dulu ya, begitu selesai sekolah langsung pulang dan belajar di rumah, tak usah ikut les,"

Sooya menghela nafasnya panjang, ia tak bisa mengelak dulu karena kepalanya yang sangat berat dan perutnya yang terasa ada ombak yang berputar-putar, ia benar-benar mual.

"Akhirnya ketemu, Sooya, sini bunda suntik vitamin untuk daya tahan tubuh kamu," Bunda baru turun dari kamarnya dan memberikan Sooya beberapa obat dan pemeriksaan, enak juga punya mertua dokter.

***

Di sekolah,

Ini sudah waktu istirahat, Leesa sudah duduk anteng makan di kantin dengan geng nya.

"Muka lu gitu amat, Les... Kayak kurang gizi," ujar Jimmi sembari menikmati ciloknya.

"Istriku yang semalam sehat-sehat saja tiba-tiba terus muntah pagi ini, takutnya dia kenapa-kenapa. Bagaimanapun dia hanya tinggal dengan mertua, bukan orang tuanya, aku jadi makin khawatir, mungkin dia kangen rumah," jawab Leesa.

"Muntah? Mungkin kecapean karena kebanyakan belajar. Itu sama dengan kakakku yang juga sibuk belajar dan les untuk ujian, dia kemarin mimisan dan katanya sakit kepala. Pas periksa ke dokter, katanya stres dan kecapean belajar," sanggah Tetet.

"Benarkah? Ah... Tetap saja khawatir."

"Nah... Itu adek ipar lu lewat, Cong... Sini gabung bentar!" Panggil Yeri.

Sean mendekat, "Cang Cong Cang Cong... Gue slepet belahan lu kempes Yer..."

"Anjir! Gue laporin ke bini lu ya!" Mata Yeri langsung menulusuri seisi kantin untuk mencari Jennie.

"Anjir gak usah perpanjang!" Kesal Sean jadi panik sendiri.

"Isssh... Sudah sudah! Kenapa malah gelud sih? Sean, ada yang ingin ku bilang," sela Leesa.

"Soal apa?" Sean mendudukkan dirinya di samping Yeri yang kosong dan mencomot boba kakak ipar yang terlihat masih isi penuh.

"Kakakmu sakit," ujar Leesa.

Sean menghentikan sedotannya, "Lah... mana mepet ujian lagi, sakit apa? Gak parah kan?"

"Dia muntah-muntah tadi pagi, menurut kesimpulan kita sih... dia kecapean karena belajar."

Sean mengangguk, "Okelah, nanti ku bilang mama papa, kami nanti mungkin jenguk ke rumah nanti malam."

"Hubby...!" Jennie nampak berlari kecil mendekat dan memeluk pundak Sean dari belakang.

The Young Marriage (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang