"Cihuy.... Siapamu ini Sooya? Ganteng amat," goda Hyeri teman baru Sooya.
Sooya yang tadinya lumayan mulai ketawa-ketiwi, nampak langsung memasang wajah masam dan tiba-tiba berjalan pergi dari sana, Leesa berlari kecil mengikuti langkahnya.
Tak ada paksaan, Leesa hanya mengikuti sepanjang kemana istrinya melangkah, ia cukup paham situasi nya sekarang memang rumit. Langkah Sooya terhenti di belakang taman fakultas dan sangat sepi, ia lalu menoleh ke suaminya yang masih setia berdiri di belakangnya.
Sooya melipat kedua tangannya di dada dan hanya melihat datar ke Leesa.
"Sayang.... Please, ayo kita kembali bersama lagi seperti sebelumnya, aku kangen sayang sama kamu." Leesa hendak menangkup wajah Sooya namun di tepis oleh istrinya itu.
Sooya masih hanya diam memasang wajah datarnya, Leesa benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi, ia hanya diam menunduk tak tau harus bagaimana selama beberapa saat, "Apa yang harus kulakukan agar bisa memperbaiki semuanya, sayang? Katakan, aku akan mengusahakannya selama itu membuatmu bahagia," harap Leesa masih menunduk.
"Memang kamu bisa membuat anak ku kembali?"
Leesa mengangkat wajahnya menatap dalam mata istrinya itu, "Sayang... Jangan begini, oke? Aku juga sangat kehilangan dia, kamu tau itu, dan sekarang kamu malah menjauh, aku semakin kesepian, Sooya."
"Tapi aku tidak mau melihat mu sama sekali, pergilah dari hadapan ku sejauh-jauhnya dan jangan pernah muncul lagi." mata Sooya kembali berkaca-kaca mengingat semuanya.
Leesa menarik tangan istrinya itu dan membawanya ke pelukannya, Sooya sempat berontak namun sulit, keduanya berpelukan cukup lama untuk membuang rindu masing-masing yang terpendam namun juga terselip sakit dan benci di dalamnya.
"Jangan lama-lama, oke? Hidupku tak terasa lengkap lagi karena jarak antara kita selama ini, istriku, please... Segeralah kembali padaku jika kamu sudah merasa lebih tenang dan lega." Leesa melepaskan pelukannya lalu ia hapus air mata istrinya dan ia kecup keningnya dengan sayang, "Aku akan sangat merindukanmu, istriku." lanjut Leesa lalu mulai berjalan pergi dari sana, Sooya kembali mengusap kasar wajahnya, dia masih sangat marah dan sakit hati.
***
Tak terasa ini sudah dua bulan lebih, Sooya masih tak mau menemui dan mengontak Leesa, mereka masih berjarak di tambah lagi dengan kesibukan masing-masing, Leesa hanya sesekali sembunyi-sembunyi mencari Sooya di kampusnya dan memantau rumahnya dari kejauhan seperti sebelum-sebelumnya.
Hal ini tentu semakin memperumit keadaan keluarga mereka juga.
"Sayang... Ini sudah sangat lama, kami mengerti kamu sakit hati dan kecewa, tapi kamu dan Leesa sudah menikah. Kalian harus bicara dan menyelesaikan semuanya segera," nasehat Mama.
Sooya menggeleng dengan wajah nya yang datar, "melihatnya hanya mengingatkan aku pada anakku, mah.... Bukan nya senang, aku justru sakit hati, aku masih tak bisa melihat wajahnya yang membuat aku hanya merasa kecewa."
"Kami mengerti, nak... Tapi dalam rumah tangga, hubungan seperti ini tidaklah benar, sekarang kamu maunya bagaimana? Berikan keputusan segera, kamu masih mencintai suamimu atau tidak?" Tambah papa.
Sooya terdiam.
"Sooya jawab papa, nak?"
"Aku sudah bilang, pah... Melihat wajahnya hanya membuat rasa perih di dadaku kembali muncul, aku tak mau melihatnya dulu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Young Marriage (End)
FanfictionBagaimana kisah antara Leesa dan Sooya yang terpaksa menikah muda demi wasiat?