"Cemburu, kan?"
Sooya auto bangkit dan mendorong Leesa, "Jangan sentuh-sentuh aku mas! Aku jyjyk aku benci!" Ia langsung bangun dan menodongkan tongkat baseball ke Leesa.
Leesa menghela nafasnya panjang, "Sekali aja beb.... Aku cuma pengen-"
"Kan udah janji gak ada sentuh menyentuh antara kita, yang kemarin aku mau kissing juga cuma bonus sebagai hadiah hari pernikahan kita. Untuk selebihnya... No! Never!"
"Kamu bukannya cemburu melihat aku dan Winter?"
"Nggak,"
"Terus?"
"Ya... Karena Winter kelihatannya cewek yang keganjenan dan agresif banget, kamu bukannya bisa lihat sendiri?"
"Enggak... Dia hanya bersikap kecentilan sebagaimana cewek kebanyakan,"
"Aku aja tidak sampai begitu! Aku dan bang Icang bahkan gandengan tangan saja tidak!"
Leesa mulai bangun dan mendekat ke Sooya.
"H-hei...! Jangan dekat-dekat ya... Jauhan gak?!" Ancam Sooya takut-takut masih dengan tongkatnya.
Leesa nampak tak takut, "Oke, Aku hanya ingin mengambil air minum di belakangmu, minggir..." Ujar Leesa, Sooya menoleh ke belakangnya yang kebetulan memang ada segelas air, dan saat itulah Leesa merebut tongkatnya dengan cepat.
"Hei!" Sooya terkaget, Leesa mendorongnya ke dinding dengan tangannya yang menahan agar punggung Sooya tak terbentur keras ke dinding, dan juga....
Cup.....
Sebuah ciuman mendarat sempurna di bibir love Sooya yang semakin membuat Leesa candu, Sooya melotot, ingin melawan susah, karena Leesa yang menahan kedua tangannya ke belakang dan memeluknya erat serta menciumnya agak mendorong hingga mentok ke dinding. Ciuman semakin mesra dan panas dengan Leesa yang memainkan lidahnya.
Sooya mulai lebih tenang. Leesa mulai melepaskan kedua tangannya dan hanya memeluk erat istrinya, kedua tangan Sooya mulai terangkat ia taruh di sekeliling leher Leesa, ciuman keduanya semakin mesra dan haus karena saling membalas.
Mulai lebih berani, Leesa mengangkat tubuh Sooya dan menggendongnya ala koala, dengan pelan ia mulai baringkan istrinya ke ranjang dan satu tangannya mulai mematikan lampu dengan remot.
Dengan pencahayaan yang kurang dan cenderung gelap, Leesa lebih memberanikan diri untuk meremas payudara istrinya yang masih memakai baju lengkap, Sooya masih diam membalas ciumannya. Leesa makin berani memasukkan tangannya ke dalam baju Sooya dan membelai sana-sini.
Ciuman keduanya mulai terlepas, keduanya saling pandang dengan nuansa yang gelap ini.
"Aku masih takut," ucap Sooya.
"Aku juga takut, tapi ini takkan pernah bekerja jika kita gak mau mencobanya. kamu awalnya juga benci ciuman, kan? tapi nyatanya sekarang kamu suka dan selalu membalas ciumanku. Mungkin sekarang sudah waktunya untuk kita lebih berani dan maju, sayang."
Sooya masih diam melihat ke arah lain, dia nampak masih takut. Leesa sekali lagi mengecup singkat bibirnya, "Beneran masih takut?"
Sooya mengangguk.
"Baiklah, kita tunda dulu lagi dong berarti," Leesa mulai kembali duduk.
Sooya yang masih berbaring jadi makin bingung, dia pengen, tapi takut dan malu, tapi sebenarnya pengen banget! Sooya sudah bersumpah di benaknya bahwa jika Leesa memintanya sekali lagi, maka Sooya akan mengangguk dan tak menolaknya kali ini. Meskipun cenderung sok jutek, percayalah Sooya berharap Leesa bertanya sekali lagi padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Young Marriage (End)
FanfictionBagaimana kisah antara Leesa dan Sooya yang terpaksa menikah muda demi wasiat?