I

1.2K 170 26
                                    














































































Leesa keluar dari kamar istrinya, terdengar suara cukup keras bantingan pintu dari Sooya yang langsung menguncinya dan langsung ambruk di ranjangnya menangis sesenggukan. Leesa ambruk mendudukkan dirinya di depan pintu kamar istrinya itu sembari menangis tanpa suara sembari menutupi wajahnya.

Waktu menunjukkan pukul dua belas malam lewat, kedua orang tua Sooya sudah terlelap di kamar. Di tengah cahaya remang-remang itu, Leesa masih menangis berharap Sooya masih mau membukakan pintu untuknya. Tak terasa kini sudah pukul satu malam lewat, tangis Leesa sudah berhenti, dia hanya menatap kosong ke pintu kamar Sooya yang nampak hening.

Terdengar langkah kaki yang berjalan semakin mendekat, "Get up."

Leesa mulai mengangkat wajahnya, ada Sean disana.

"Jangan membuatku mengatakannya dua kali, Leesa." ucap Sean dengan nada bicara yang nampak masih tak bersahabat.

Leesa mulai berdiri dan melihat masih dengan mata sembap ke Sean yang nampak tak perduli, dia tentu akan selalu memihak kakaknya.

"Ayo bicara di taman." Sean langsung berjalan turun lalu ke taman depan rumah mereka yang sudah sangat sepi tak ada yang lewat lantaran juga sudah tengah malam.

.
.
.

Kini Leesa dan Sean sudah duduk di sebuah bebatuan di pinggir kolam ikan.

"Elu pernah begituan sama Winter?" Tanya Sean.

Leesa hanya menggeleng dengan wajahnya yang masih nampak sedih.

"Mau bercerai dengan kakakku?"

Leesa menggeleng lagi.

"Berapa banyak mantanmu hingga detik ini?"

"Aku gak ingat sana sekali," jujur Leesa mulai menutupi wajahnya dengan telapak tangan, ia juga nampak lelah dengan dirinya sendiri.

Sean menghela nafasnya panjang, ia bahkan belum pernah merasakan seperti apa rasanya punya mantan lantaran Jennie adalah cinta pertama, "Lalu setelah menikah dengan kakakku, berapa banyak gebetanmu?"

"Tiga, tapi yang paling sering ku temui adalah Winter, lantaran satu sekolah,"

"Apa elu bangga dengan itu semua?"

Leesa yang tadinya menunduk mulai kembali melihat lagi ke Sean.

".... Gue gak tau apa yang membuat kebanyakan orang di luar sana bahkan elu dan kakak juga, sampai berlomba-lomba untuk memiliki banyak mantan. Apa kerennya coba?"

Leesa masih diam.

"... Aku berprinsip one love for one life. Aku dan Jennie mungkin belum tentu jodoh, apalagi sulit memang untuk setia, ada naik turunnya dan bahkan belok sana-sini, tapi toh nyatanya untuk sekarang, Jennie tetap penggenggam erat hatiku. Aku tak tau apakah hubungan kami kelak akan sampai pernikahan, yang ku tegaskan sekarang hanyalah aku ingin tetap mempertahankan Jennie apapun yang terjadi meskipun sulit," Sean mengangkat wajahnya melihat ke langit malam yang dimana bintang-bintang tengah menghiasi dengan indahnya.

"... Gue tau elu cakep, kakakku juga sangat cantik, bahkan ku akui lebih cantik dari pacarku. Memiliki kekasih yang cantik memang cenderung lebih menakutkan, karena elu merasa bukan hanya elu yang memiliki doi. Meskipun sudah berstatus kekasih, tapi tetap terasa berjuang memperebutkan nya dengan banyak cowok lainnya yang juga diam-diam menyukai kakakku, aku benarkan?" Tanya Sean melihat ke Leesa yang mengangguk setuju.

The Young Marriage (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang