S

939 141 11
                                    




















































































"Leesa! Aku bilang stop!!"

Bugh! Bugh! Bugh!

"Leesa! Cukup!"

"Hei... Sudah hei...!"

Setelah beberapa saat akhirnya Leesa dan Icang berhasil di pisah. Sooya langsung menarik suaminya untuk menjauh dan pergi dari sana.

"Awas elu bang! Laki mulutnya kok lemes!" Teriak kesal Leesa sambil terus di tarik Sooya untuk segera pergi dari sana.

Sooya menenangkan suaminya dan ia bawa pergi sejauh mungkin. Setelah beberapa menit berjalan dan Icang dengan geng nya juga sudah tidak kelihatan, Sooya melepaskan tangannya dari sang suami. Leesa menariknya kembali dan ia gandeng erat tangan istrinya.

"Lepasin," ujar Sooya.

"Apa sih, beb? Gak mau, aku pengen gandeng kamu,"

"Kamu masih marah, siapa yang tau kamu tiba-tiba nonjok aku juga?"

"Astaga, sayang... Mana mungkin aku begitu sama kamu? gak akan pernah beb..."

"Kamu lupa? Dulu juga pernah begitu, karena terbawa emosi kamu main tangan sama aku dan menamparku keras sekali,"

Leesa menghentikan langkahnya, Sooya akhirnya berhenti juga dan kembali melihat ke mas suami yang tertunduk diam di tempatnya, "Maafkan aku sayang, aku masih kurang pintar mengontrol emosi," ucap pelan nya.

Sooya masih diam juga di tempatnya, ia bingung harus berkata apa, mengingat hari itu, dimana Leesa pertama kalinya bersikap kasar padanya, kadang juga membuat Sooya jadi sakit hati sendiri.

Leesa mendekati istrinya dan menggenggam erat kedua tangannya, "Maaf ya beb... Itu akan menjadi kali pertama dan terakhir aku bersikap begitu padamu, aku janji takkan mengulanginya sampai kapanpun."

Sooya mulai mengangkat wajahnya melihat ke mas suami, "Beneran janji?"

"Iya sayangku, sampai kapanpun aku tidak akan pernah begitu lagi, bahkan semarah apapun aku."

Sooya mulai tersenyum tipis, "Bukan hanya padaku, tapi juga semua orang. Aku ingin kamu lebih pintar mengontrol emosi,"

Leesa kembali menunduk, ia tentu takkan pernah kasar lagi pada istrinya sampai kapanpun, tapi pada Icang yang berani berkata seperti itu tentangnya, masa iya dia takkan marah?

"Mas...."

Leesa mulai mengangkat wajahnya dengan sebuah senyuman, "Aku tidak bisa janji, beb... Kan kamu tau aku masih sering kelepasan, karena itu aku butuh kamu sebagai pengendali emosiku,"

Sooya mengangguk, ia tautkan lengangnya ke mas suami dengan mesra, "Mas punya aku yang akan mulai lebih pengertian dan memprioritaskan kamu lebih dari siapapun dan apapun mulai detik ini," ucap mesra Sooya yang terdengar manis di kuping Leesa.

"Beneran, beb? Kamu kalau marah pokonya jangan asal pergi lagi jauhan dari aku, oke?"

"Iya, mas."

"Makasih, istriku."

"Masama, suamiku."

Keduanya nampak kembali berjalan dengan mesra dan juga keliling tempat itu juga untuk sarapan dan mencari penjual es dogan yang kebetulan Sooya memang sedang ngidam.

***

Kini Leesoo sudah kembali pulang ke rumah mereka berdua sendiri, Leesa nampak sibuk membawakan tas besar milik istrinya yang membawa baju tambahan dari rumah kedua orang tuanya dan juga barang lainnya.

The Young Marriage (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang