#20 Hampa

615 99 0
                                    

Black Rose
By : Yoora Kin





Karina terkejut saat membuka matanya Iren sudah ada di ruangannya. Wanita yang disapa bunda itu terus bertanya tentang keadaannya. Karina hanya bisa tersenyum dan menjawab dirinya baik-baik saja.

Ceklek...

Mark dan Jisung masuk diikuti Jaemin dan Doyoung. Mereka datang untuk meminta keterangan dari Karina.

"Untuk apa Ahjumma kesini ?", sinis Jisung.

"Saya hanya khawatir dengan keadaan Karina"

"Anda pikir siapa yang membuatnya begini ?", sinis Mark.

Iren langsung bungkam dan mundur selangkah. Dia tahu betul putra-nya yang menyakiti Karina. Dia tidak seharunya datang kesana.

"Bagaimana keadaanmu ?", tanya Jaemin.

"Lepaskan !", kata Karina tiba-tiba membuat mereka bingung. "Lepaskan Lee Jeno ! dia memang salah membawaku pergi. Tapi dia tidak pernah menyakitiku", tegas Karina.

"Apa maksudmu noona ? pasti ahjuma kan yang membujuknya", protes Jisung. Dia menatap tajam Iren yang melangkah mundur ketakutan.

"Bukan. Aku terluka karena melompat dari mobil dan Jeno... dia merawatku. Jadi tolong lepaskan dia !", Karina menatap Jaemin penuh tekanan.

"Hmmm... baiklah jika itu keinginanmu, tapi kami berharap kau tidak dengan sengaja membuat kebohongan", kata Jaemin.

"Tidak. Aku mengatakan yang sebenarnya", jawab Karina teguh.

Sesuai permintaan Karina. Jeno dibebaskan hari itu juga. Iren menangis memeluk putranya yang tanpa ekspresi lebih mirip mayat hidup.

"Bunda tahu kau tidak mungkin menyakiti Karina", Iren memeluk putranya sambil menangis.

"Jangan melakukan hal bodoh lagi !", kata Donghae dingin.

Jeno tidak menanggapi kedua orangtuanya. Hampa. Dia merasa kosong dan tidak ingin melakukan apapun. Seakan tidak ada lagi yang menarik dalam hidupnya.

"Bisa-bisanya aku bertemu wanita kejam sepertimu, Karina Yoo !", batinnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

1 bulan kemudian...

Semuanya berjalan seperti tidak ada yang terjadi. Karina kembali ke sekolah setelah melepas gips di kaki dan tangannya. Lee Jeno ? dia menghilang sejak kejadian itu. Menurut Haechan dan Renjun, dia pindah ke luar negeri.

Tentu saja. Ayahnya tidak bodoh membiarkan putranya terus berkeliaran di Korea setelah apa yang terjadi.

Black Rose ? mereka kembali beroperasi seperti biasanya membuat kantor polisi semakin kacau. Jaemin sudah membuang jauh-jauh kecurigaannya pada Karina dan sepupu-sepupunya.

Suasana agak canggung. Saat Jaemin dan Ibunya memasuki rumah mewah milik Changmin. Jaemin mengangguk mengerti maksud Karina tentang kekayaan Pamannya.

"Wah... Karina sangat beruntung memiliki keluarga sebaik anda", kata Yoona, Ibu Jaemin setelah bertemu Changmin.

"Anda berlebihan memuji saya", jawab Changmin tersenyum ramah.

"Aku akan percaya jika dia lolos casting film", batin Jisung.

"Wah sepertinya aku harus belajar akting dari daddy", batin Mark.

"Oke, sepertinya aku khawatir seperti orang bodoh", batin Karina.

Changmin menyulap markas mereka menjadi rumah yang nyaman dan hangat. Dia sampai menyewa seorang koki memasak untuk mereka malam ini. Sangat gila jika Changmin hanya delivery makanan untuk menjamu Jaemin dan Yoona.

"Sepertinya kami tidak perlu khawatir tentang Karina"

"Yah, anda tidak perlu khawatir. Waktu mendengar sepupu saya dan suami-nya meninggal saya langsung bergegas membawa Karina karena tidak ingin dia mengalami trauma. Anda pasti mengerti maksud saya"

"Yah, itu tindakan yang benar", kata Yoona.

Jisung, Mark, dan Karina tidak bisa menyembunyikan tatapan berbinar mereka menonton bagaimana, pria dewasa yang tinggal dengan mereka sejak kecil berubah menjadi orang yang sangat berbeda.

Jisung bahkan hampir mengangkat jempolnya tapi langsung ditahan Mark.

"Sepertinya anda menyukai bunga", tanya Yoona menatap kebun mawar kesayangan Changmin di halaman belakang.

"Hmm yah ! itu mengingatkan ku pada mendiang istriku", jawab Changmin.

"Aku lebih percaya jika dia menyebut bunga itu istrinya", batin Jisung.

"Sejak kapan daddy mengingat mommy ? Dia bahkan tidak suka membahasnya", batin Mark.

"Sudah kuduga Max Lee aktor terbaik tahun ini", batin Karina.

Entah mengapa tatapan Jaemin tidak bisa lepas dari taman yang dipenuhi mawar putih yang mekar indah bahkan di malam hari.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Di tengah malam yang tenang. Udara terasa bersih setelah hujan berhenti. Sesosok wanita duduk di atas sebuah gedung dengan kaki nya menggantung bebas. Hembusan angin menyingkap tudung hoodie-nya menampilkan wajah cantik dan rambut halus yang berkibar tertiup angin. Seperti malaikat di tengah kegelapan. Malaikat maut. Julukan dari Jisung dan Mark.

Karina memainkan silver lighter di tangannya. Menyalahkan lalu memadamkannya. Entah apa yang ada di kepala kecilnya.

"Bersiaplah ! target mendekati posisi", titah pria yang berstatus pamannya dari seberang earpiece.

Mendengar perintah, Karina turun dari pagar pembatas dan beralih ke belakang senapannya. Mulai mengintai target. Dan...

Sebuah peluru melesat membela udara dan menembus kaca. Melesat dan bersarang di kepala targetnya.

"Mission clear !", gumamnya.

Dia menopang dagunya di atas pagar pembatas. Ekspresinya datar. Pekerjaan itu tak semenarik dulu. Dia bahkan tak bersemangat seperti dulu. Semuanya terasa hampa dan berlalu begitu saja. Ada yang hilang darinya. Sesuatu yang sebenarnya tidak pernah menjadi miliknya.

"Aku tiba-tiba ingin makan daging", suara Jisung memenuhi pendengaran mereka.

"Daging ? selera yang bagus", balas Changmin.

"Hmmm... daging setelah misi ? ide bagus !", Mark.

"Maaf aku ada janji dengan Jaemin !", tolak Karina.

"Lakukan dengan baik, jangan sampai dia mencurigaimu lagi !", saran Changmin.

Changmin langsung tahu dari tatapan penuh selidik Jaemin. Dia masih sangat mencurigai mereka. Itu sebabnya dia terus mengajak Karina bertemu.

"Sepertinya aku harus mulai memikirkan rencana itu. Rencana meninggalkan Korea", batin Changmin.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.tbc

Black Rose (Complete) | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang