Hati yang berdebar kembali

2.2K 129 3
                                    

" An, lihat ini !" Rio berseru saat ia melihat jendela yang ada di samping tempat duduknya, membuat semua orang yang ada di sana termasuk Bu Anita ikut melihatnya. Lalu mereka terkagum dan melemparkan senyum sambil melirik Anya yang masih betah duduk di kursinya.

Anya hanya melirik sebentar, karena merasa aneh dengan mereka yang tersenyum melihatnya. ia pun kembali menekuni pekerjaannya yang belum selesai.
" An sini deh. kayaknya kamu bakal seneng." Rena memanggilnya agar mau melihat apa yang terjai diluar sana.
" iya An, kayaknya bakal seru kalau kamu liat." Rio ikut menimpali Rena. " kalau kamu gak mau, gimana kalau buat saya aja ?" Bu Anita juga ikut menimpali.

Anya hanya melirik sebentar lalu melihat ponselnya yang menyala. Disana tertera nama Vero memanggil. Seperti menimbang sesuatu ia hanya menatap panggilan itu beberapa detik sebelum memutuskan untuk mengangkatnya. " Ada apa ?" dia membuat nada bosan yang dibuat-buat agar Vero mengira jika Anya masih marah padanya.

" lihat keluar An." jawab Vero disebrang sana. Anya pun menatap jendela yang sedang di kerubungi oleh teman-temannya.  Semua orang memberikan jalan agar Anya bisa leluasa melihat keadaan sekitar. Dan betapa kagetnya Anya saat dia melihat apa yang terjadi di luar sana.

Disana, vero berdiri dengan membawa papan bertuliskan "MAAF" . Banyak orang yang melihatnya. Ada juga yang tersenyum pada Vero, yang tentunya dibalas dengan senyum manis oleh Vero. Sangat menyebalkan. Disaat seperti ini pun dia masih saja tebar pesona pada wanita yang tersenyum nakal padanya. Sangat ciri khas seorang VID, meski esok akan ada hujan meteorpun dia akan menyempatkan diri untuk tersenyum dan tebar pesona sampai detik terakhir.

Anya melangkahkan kakinya menuruni tangga. sampai di anak tangga terakhir dia berhenti, melihat Vero yang juga melihatnya dengan wajah berbinar. " apa yang kakak lakukan ?"Anya bertanya seperti orang bodoh.sudah jelas Vero berdiri dengan papan permintaan maaf untuk meminta maaf padanya.

"Seperti yg kau lihat." Vero tersenyum, menampilkan sederet gigi putihnya lalu berlutut menekuk sebelah kakinya menyentuh tanah dan mengangkat papan permohonan maaf itu agar Anya melihatnya lebih jelas." I'm sorry An, aku gak bermaksud untuk meledek kamu. Atau buat kamu marah." Ucapnya tulus.

Anya tersenyum dan menyuruh Vero untuk bangun. " sudah lah kak. Cepat bangun, malu dilihat orang." Vero memperhatikan Anya yg kini sudah berjalan hendak memasuki butik. Ia pun mengekori Anya yg membawanya ke sebuah ruangan yg pastinya adalah pantry, dilihat dari beberapa peralatan makan dan minum yg ada di atas nakas, dan beberapa wadah yg sepertinya berisi kopi dan gula, juga beberapa bungkus susu kemasan. " duduklah, akan ku buatkan minum."

"Tunggu." Vero menahan tangan Anya agar berbalik menghadapnya "kau, memaafkan aku kan ?" Tanyanya ragu.

Anya tersenyum, merasa lucu dengan tingkah Vero yg seperti anak kecil yg takut di marahi ibunya. " ya, aku memaafkanmu kali ini." Seperti secercah cahaya di kegelapan malam, membuat lega hatinya. Ada rasa bahagia yg tidak bisa di deskripsikan dengan kata-kata. Hingga tanpa sadar Vero menarik tubuh Anya dan memeluknya.

Anya yg masih kaget hanya diam dengan tubuh sekaku papan. Ia tidak mengira jika Vero akan memeluknya. Entah dia sadar atau tidak. Tapi pelukan erat ini, terasa sama dengan pelukan yg sangat ia rindukan. Pelukan yg mampu membuat jantungnya berdebar , merasakan ketenangan dan kenyamanan dalam dekapannya. Anya pun merapatkan matanya, mencoba merasakan lebih dalam pelukan ini, ia berusaha untuk tidak mengangkat tangannya dan membalas pelukan itu. Namun rasa nyaman dalam dadanya mengalahkan segala pemikiran di kepalanya.

"Ekhem, ekhem.." suara orang berdehem menyadarkan Anya kembali pada kenyataan. Spontan ia pun mendorong Vero yg belum sempat tersadar hingga terdorong membentur kursi di belakangnya.

"Maaf mengganggu. Tapi, ini penting." Ucap Rena ragu.

" Anya menyembulkan kepalanya di pintu, dan betapa kagetnya dia melihat siapa yg datang.

Turun RanjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang