Seneng lihat banyak respon positif dari para pembaca, meski lama up nya.
Terimakasih banyak buat temen-temen yg udah dukung aku.
Seneng juga banyak komentar positif.
Up dikit dulu ya nanti di sambung.
Tiga hari setelah kepulangan mereka dari Bali. Alvin memberi tahu kan kabar kehamilan Anya pada ibunya.
Meski sempat beradu mulut dengan Anya yg tidak mau Miranda mengetahui kehamilannya, tapi Alvin memaksa agar Anya mendapat perhatian dan perawatan dari ibunya.
Karena kondisinya yg tidak stabil, Anya memutuskan untuk menyerah dan menuruti rencana Alvin.
Wajah senang terlihat jelas pada Miranda. Ini adalah cucu pertamanya.
Apalagi ayah sang jabang bayi sudah tiada. Membuatnya memutuskan untuk merawat Anya dan calon bayinya. Tidak peduli meski Anya tidak mau, ia akan melakukan yg terbaik untuk mereka.
" Vin. Belikan sate padang." Miranda berteriak, meng-gedor pintu kamar anaknya. " cepat, apa kau mau cucu ku ileran nanti ?"
"Eergh." Alvin melempar bantal yg tadi sempat menyumbat telinganya, meski tidak berhasil dan suara ibunya masih tetap terdengar nyaring di telinganya."ya, bu iya." Miranda selalu mengancamnya jika dia tidak mau di suruh.
Alvin segera pergi begitu dia mendapatkan titah dari sang ibu.
" dimana harus mencarinya ?"Alvin menggerutu sepanjang jalan.
Miranda menyuruhnya membelikan sop iga di jam satu malam. Restaurant mana yg buka sampai jam segini ?
Kalau warteg mungkin ada, tapi entah dimana warteg yg masih buka di jam segini. Kalau pun ada belun tentu ada sop iga yg di carinya.
Sekarang Alvin merasa menyesal. Kenapa ia memberitahukan berita kehamilan Anya pada Miranda. Seharusnya dia mengikuti kata Anya untuk merahasiakannya dari Miranda.
Suara telpon berbunyi. Alvin melibat nama di layar handpone nya.
Alvin mengangkatnya dengan enggan." Ada apa?"
" pulanglah."
" kau gila. Jika pulang dengan tangan kosong ibu akan memanggangku."
" tidak masalah jika kau tidak mau. Aku sudah tidak ingin sop iga. Besok saja aku masak sop iga."
Alvin mengetatkan rahangnya. Berita tentang mood ibu hamil bisa naik turun secara tiba-tiba memang bukan mitos.
Sekarang dia merasa seperti seorang suami yg memiliki istri seperti Anya.
Alvin melemparkan handpone nya ke sembarang arah.
Dia memutar balik mobilnya kembali ke rumah.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 47menit Alvin tiba di halaman rumahnya.
Disana, Anya menunggunya di pintu rumah itu. Dengan wajah khawatir , rambut yg di ikat asal dan gaun tidurnya yg terlihat bergelombang saat dia menuruni beberapa anak tangga dan menatapnya dengan tatapan sendu.
" kenapa lama sekali ? Aku menunggu mu dari tadi." Keluhnya.
" kenapa kau disini ?"
" tentu saja menunggu mu. Aku tidak mau ibu terbangun dan memarahi mu." Untuk sesaat, Alvin merasa dia dibutuhkan. Sesuatu seperti merayap masuk kedalam dadanya. " hei. Kenapa melamun ?" Anya mengibaskan tangannya di depan wajah Alvin.
Alvin tidak berkata apa-apa selain menatap wajah Anya yg terlohat lelah.
" ayo masuk. Nanti ibu bangun." Alvin meraih bahu Anya dan menggiringnya memasuki rumah.Sesuatu terasa berdesir dihati Anya. Membuatnya bertanya-tanya perasaan apa yg dia rasakan saat ini. Perasaan yg sama saat dia didekat Vero. Perasaan yg sama saat dia bersama dengan almarhum suaminya.
Bahkan Anya tidak menolak saat Alvin menyuruhnya tidur dan menyelimutinya. Dia hanya mengangguk patuh seperti seorang anak pada ayahnya. Untuk kali pertama setelah kepergian suaminya, ia merasa aman.
*****
Vero menelpon Anya saat ia kembali ke rumahnya. Namun tidak ada jawaban dari sang empunya.
Sudah empat hari dan tidak sedikitpun kabar darinya. Sebenarnya ia tahu jika Anya sudah pulang dari Bali. Alvin juga sudah masuk kerja seperti biasa. Tapi, sepertinya Alvin masih memusuhinya. Ia pun tidak ambil pusing dengan sikap cuek Alvin dan melakukan rutinitasnya seperti biasanya.
Sebenarnya mulutnya gatal sekali ingin bertanya pada Alvin, tapi rasa gengsinya lebih besar dari rasa penasarannya.
Mereka berada di bawah atap yg sama, namun seperti berada di alam yg berbeda.
" proposal yang kita ajukan." Alvin berkata tanp melirik pada vero. " Apa sudah ada tanggapan ?" Alvin mengangkat kpalanya menatap Vero yang masih tenang duduk didepannya.Vero nampak acuh dengan pertanyaan Alvin. Karena dinilai dari sudut manapun Alvin jelas tengah mendiaminya. Dan pertanyaan nya in hanyalah sebuah formalitas saja. " ya, kita akan mengadakan rapat besok jam satu siang. Nanti aku da- "
" biar aku saja yang datang. kau bisa mengurus semua pekeraan disini." Alvin sengaja memotong ucapan Vero.
Vero tersenyum kecut. kali ini Alvin benar-benar sengaja melakukan semua ini. Tapi dia tidak ingin ambil pusing dengan sikap kekanakan Alvin." baiklah, terserah kau saja. BOS " Vero sengaja menekan kalimat terakhirnya. Ia tersenyum lalau kelluar meninggalkan Alvin yg masih menatap nya datar.
♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡
Segini dulu ya, nanti di lanjut
nanti fast up date nya di tunggu aja ya. cuman kepala aku lagi rada buntu. kemarin udah dapet pencerahan cuman takut nya terlalu cepat masuk ke dalam cerita. jadi takutnya kaya yg buru-buru gituh. makanya slow up date, tapi bakal pendek-pendek. gak akan telalu panjang gakan terlalu pendek juga. yg penting nyambung dan para readers mengerti alur ceritanya.
jadi maaf kan ke ngaretan ku.
hope u like this story guys
see uu next time
KAMU SEDANG MEMBACA
Turun Ranjang
Non-FictionHarusnya aku tau , jika selama ini dia tidak pernah menganggap ku ada. Harusnya aku mengerti bahwa yang di inginkan nya bukan lah aku. Mungkin takdir sudah mengingatkanku untuk tidak berharap memilikinya. Tapi takdir juga telah mempermainkan ku ke...