" ya Bu "
" Dimana kau anak nakal ?"
" Di jalan Bu, sebentar lagi sampai."
" Bagus lah. Kami sudah lama menunggu mu."
" Ibu tidur saja. Aku juga sudah lelah. Mau langsung tidur."
" Baiklah. Hati-hati."
" Ya." Sambungan telpon pun terputus. Vero sedikit menginjak gas agar ia cepat sampai rumah.
***
Pagi itu suasana terasa ramai, Vero yang baru datang dan bersiap untuk pamit pergi di cegah oleh ibu nya Ivy." Nak, makan lah dulu. Jangan langsung pergi "
" Gak Bu, aku sarapan di luar aja." Vero menilik banyak makanan yang tersaji. 'memangnya ada tamu ?' Pikirnya.
" Pagi semua." Suara halus di belakangnya membuatnya berbalik. Dan betapa kaget nya Vero ketika ia melihat siapa yang baru saja menyapa mereka.
" Silvia ?" Vero bertanya untuk memastikan jika matanya tidak salah melihat.
" Hai apa kabar ?" Sapa Silvia. Ia melambaikan tangannnya pada vero.
" baik. kapan datang ?" vero berbasa basi sembari menunun Silvia untuk duduk di kursi meja makan.
" kemarin."
" oya, tapi aku gak lihat kamu pas pulang.?"
" bukan kah kemarin kau pulang telat nak ?" Ivy menimpali, mengingatkan Vero jika kemarin ia memilih pulang telat.
"ouch, ya aku lupa. tapi ibu tidak memberi tahuku jika ada kau disini. "
" tadi nya ibu inging memberi surprise. tapi kau bilang akan pulang telat, jadi Silvia menyarankan agar surprise nya di berikan pagi saja."
"hahahaha..." mereka tertawa, dan lketiga nya pun menyantap sarapan pagi mereka dengan bertukar cerita dan obrolan ringan.
" Nak kau sibuk hari ini ?"
" Tidak. Ada emang nya ?"
" Bagus. Kau temani Silvia jalan-jalan. Ajak dia belanja, ke salon, makan, atau pergi berwisata " ucap Ivy antusias.
" Apa ? Wisata ?" Tanya Vero memastikan, jika telinga nya tidak salah dengar.
" Ya. Dia baru disini."
Vero melirik Silvia yang sama kebingungan nya " bukankah, Silvia masih satu kota dengn kita ?"
" Ya, tapi itu sekarang. Dulu aku tinggal di luar kota." Jawab Silvia.
" Ya nak. Sejak kecil Silvia tinggal di Manado dengan kakek nya. Baru beberapa tahun ini dia baru tinggal disini." Jelas Ivy.
" Memang nya selama disini, gak pernah berwisata atau jalan-jalan kemana gituh ?"
" Ya pernah lah. Cuman kan, kalo sama kamu beda rasa....nya." silvia keceplosan. Dia terlalu bersemangat karena Ivy menyarankan Vero untuk mengajak nya jalan-jalan.
Semenjak pertemuannya dengan Vero beberapa waktu lalu, sebenarnya Silvia sudah tertarik akan pesona Vero. Lelaki jangkung anak teman ibunya itu memikat hatinya.
" Tuh kan, Silvia aja tahu. Masa kamu gak tau nak ?"
" Oke, nanti aku atur waktu nya."
" Kapan ?" Tanya Silvia antusias.
" Secepatnya." Jawab Vero.
" Gak bisa besok emang nya nak ?" Tanya Ivy tanpa melihat anaknnya.
" Bu, jadwal aku harus di atur dulu. Kalo besok aku gak bisa, kasian sekretaris aku. Dia udah bikin jadwal tapi di rubah dengan tiba-tiba. Alhasil, dia harus bikin jadwal lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Turun Ranjang
Non-FictionHarusnya aku tau , jika selama ini dia tidak pernah menganggap ku ada. Harusnya aku mengerti bahwa yang di inginkan nya bukan lah aku. Mungkin takdir sudah mengingatkanku untuk tidak berharap memilikinya. Tapi takdir juga telah mempermainkan ku ke...