Hola hola.... Aaaaghhh rasanya pengend banget garuk-garuk besi Ampe bolong kalo bisa.
Udah bikin draf panjang x lebar x tinggi tapi ilang. Coba bayangkan, gimana dongkolnya.Rencana nya draf nya mau d publish kemaren egh gtwu kenapa gak ada.
Udah melakukan berbagai cara tapi tetep gak balik. Jadi harus ngetik lagi. Dan hasilnya, hatiku masih dongkol sampe gak mooooodddhhh buat nulis.heuheuheu
Banyak yg harus di ketik ulang jadi kalo ada yg kurang apaaaaa gitu plis, kasih tau kurang nya apa.
Cekidot.
Anya melirik tajam Vero disampingnya.
Masalahnya ketengilan Vero sangat membuatnya kesal.
2 jam mereka jalan bareng dan dia terus senyum-senyum pada semua orang yg mereka lewati.
Sampai seorang ibu-ibu bertanya jika ia adalah suaminya Vero menjawab 'ya' tanpa menunggu persetujuan darinya.
Alhasil, Anya hanya mengangguk patuh saat ibu-ibu itu juga menyambut dengan antusias. Bahkan sampai memberikan petuah pada Anya sebagai calon ibu muda dan Vero sebagai suami siaga.
Lucunya, Vero terus mendengarkan dengan serius dan meng-iya-kan setiap petuah-petuah yg diberikan. Sampai ia mengatakan janji akan menjadi suami siaga untuk Anya dan calon bayinya.
"Udah dong, jangan cemberut gitu." Vero menyenggol tangan Anya dengan sikutnya.
" Apaan sih ?"Anya mendengus kesal karena Vero terus merayunya.
" Oke. Aku harus apa biar kamu gak cemberut lagi ?"
" Kak, apaan sih ?" Anya mundur selangkah saat Vero tiba-tiba saja berlutut dihadapannya." Bangun. Malu diliatin orang-orang." Anya bergerak gelisah karena mulai banyak orang yg melihat kearahnya.
" Aku gak akan bangun sebelum kamu senyum lagi. Please, jangan marah kaya gitu sama aku."
" Kak, apaan sih ? Ayo bangun." Anya berusaha menarik tangan Vero agar terbangun. Namun tubuh Vero yg besar dan tubuhnya yg kecil malah membuatnya merasa semakin kecil. Betapa besarnya tubuh Vero sampai ditarik sekuat tenaganya saja tidak bergeser sedikitpun.
" Please An. Jangan marah lagi."
" Iya. Aku gak akan marah lagi. Aku gak akan cemberut lagi. Tapi bangun sekarang juga." Pinta Anya sedikit gereget.
" Janji ?"
" Janji." Vero tersenyum senang dan langsung menggandeng tangan Anya." Sekarang kita makan ice cream."
Anya terperangah. Semudah itu dia tersenyum setelah membuat drama kolosal barusan ? Anya pikir Vero beneran akan keras kepala. Tapi ternyata tidak.
Malah Anya sempat berpikir, jika Alvin jauh lebih keras kepala di bandingkan Vero." Kamu yakin gak mau coklat ?" Anya hanya mengangguk sambil tersenyum melihat menu ice cream. " Ini coklat Lo An. Kesukaan kamu !" Seri Vero memastikan jika Anya tidak salah pilih menu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turun Ranjang
NonfiksiHarusnya aku tau , jika selama ini dia tidak pernah menganggap ku ada. Harusnya aku mengerti bahwa yang di inginkan nya bukan lah aku. Mungkin takdir sudah mengingatkanku untuk tidak berharap memilikinya. Tapi takdir juga telah mempermainkan ku ke...