Anya menatap layar ponselnya, tidak ada notif apapun selain notif dari lazada atau shopee yang memberinya banyak voucher dan promo.
setelah beberapa saat ia merasa jenuh, ia pun melenggang masuk ke dalam kamarnya dan membaringkan tubuh lelahnya.
libur hari ini ia habiskan waktu sendirian di rumah tanpa ada yang menemani.
Anya menatap fotonya dan ALdo yang terpajang di atas meja nakas. Ia mengusap perutnya yang masih rata. " kamu melihat kami dari atas sana kan Al ? tolong jaga calon bayi kita. " lirihnya.
tok...tok...tok...
suara pintu yang diketuk membuatnya terperanjat, dan langsung bangun.
Dibukanya pintu an dilihatnya Alvin sedang menunggu disana.
"Alvin."
Alvin berbalik dan menatap Anya. " Hai an ?" sapanya.
sangat aneh, jarang sekali Alvin menyapanya, dan kali ini tidak ada hujan tidak ada angin dia datang kerumah dan menyapanya dengan tenang. Sangat tidak seperti biasanya. " hai, Ayo masuk."
" Ada apa Vin ?" Anya langsung bertanya tanpa ber basa basi lagi. ia tidak ingin banyak bicara hal yang tidak perlu dengan Alvin. Entahlah, tapi semua ini sangat membuatnya kurang nyaman.
Alvin masih diam. Dia masih menimbang apa yang harus di bicarakan dengan Anya ?
Sementara tadi dia pergi dengan terburu-buru dan tidak menyiapkan apapun untuk bahan pembicaraan mereka.
" bagaimana kabarmu ?" tanya nya basa-basi." baik."
" oh " Alvin menjeda ia harus membuat topik pembicaraan agar tidak terlihat akward seperti ini. " bagaimana dengan kehamilan mu ?"
" baik."
ya tuhan, kenapa Anya menjawab sangat singkat. tidak bisakah dia berbicara panjang lebar seperti biasanya ?
" apa kau yakin ? sepertinya kau terlihat kurang sehat ?" Akhirnya Alvin menemukan celah untuk memperpanjang obrolannya." emm, ya memang akhir-akhir ini aku sering muntah dan nafsu makanku berkurang. Tapi dokter bilang itu hal yang wajar bagi ibu yang masih hamil muda. Apalagi ini kehamilan pertamaku."
Entah kenapa, ia merasa senang mendengarnya. " kalau begitu apa kau mau sesuatu ? " Anya terlihat berpikir. " katakan saja, mungkin kau mau jalan-jalan atau memakan sesuatu ?" tawar Alvin lagi.
Anya merasa sangat aneh. Biasanya Alvin akan sangat judes dan sangat anti pati padanya. Kenapa hari ini dia merasa kalau Alvin sedang berusaha untuk mengajaknya keluar. " entah lah, tapi aku sedang ingin...???"
Alvin menunggu dengan harap-harap cemas. disisi lain ia sangat senang jika Anya mau pergi ke luar dengannya, di sisi lain ia juga takut jika Anya akan menginginkan hal yang sangat susah untuk di dapat kan. Setidaknya itu lah mitos yang ia dengar tetang ibu ngidam.
" ah, sudah lah. Aku bisa mencarinya nanti." tolak Anya.
Alvin sedikit kecewa dengan jawaban Anya, tapi ia berusaha membujuk Anya agar mau mengatakannya.
" Vin, aku benar-benar tidak yakin jika ini akan mudah."
" tidak apa-apa katakan saja."
"baiklah. aku mau......." Anya ragu jika Allvin mau mencarikannya. Kalau Vero sudah pasti dia tidak akan ragu untuk mengataknnya. " jambu monyet yang masih ada daun nya." ucapnya pelan hampir tidak di dengar Alvin.
Menyesal, itu lah yang kini dirasakan Alvin. Ternyata mitos itu benar. Tapi mau bagaimana lagi, ini juga salahnya yang memaksa Anya mengatakannya. Menolak juga percuma, ia juga tidak mau nanti keponakannya jadi ileran gara-gara dia.
melihat Alvin yang terlihat ragu, Anya merasa menyesal karena telah mengatakannya. " Vin, aku pikir akan sangat sulit jik...."
" Ayo An, " Alvin berdiri, dan segera melenggang pergi keluar sebelum ia menyelesaikan ucapannya.
============================================================================
Anya mulai merasa jenuh dan lelah, ia menatap Alvin yang juga terlihat cemberut seperti menahan kesal.
Sudah hampir dua jam mereka mendatangi setiap tukang buah-buahan dan super market, namun buah yang di inginkan belum juga ketemu.
Kalau pun ada, buah nya sudah bersih tanpa daun.Ingin marah tidak mungkin, memarahi Anya juga sangat tidak mungkin. Oh god !! Dia hanya mantan kakak ipar nya, tapi kenapa Alvin harus meng iya kan keinginan nya.
Jika saja Alvin tidak melihat Anya dan Vero kemarin di mall, hal ini tidak akan terjadi.
Entah kenapa, mengingat hal itu membuat hati kecil nya sedikit terusik, dan jiwa keponya mulai bangkit. " An. Kita istirahat dulu di taman, gimana ?"
" ya, aku juga sedikit lelah. Rasanya kepala ku pusing."
" baiklah." Alvin membelokan mobilnya menuju taman yang tidak jauh dari perkotaan.
Taman itu terasa lumayan sejuk meski ada di daerah perkotaan, disana juga banyak bangku untuk duduk. Anya memilih duduk di bangku di bawah pohon yang rindang, udara disana cukup untuk membuat hidungnya terasa sedikit dingin.
" An aku cari minum dulu." Anya hanya mengangguk tanpa bicara.Alvin segera membeli minuman dari pedagang disekitar taman.
Semilir angin terasa mengusik halus rambut Anya. Memberi sensasi sejuk yang menenangkan.
Anya menutup mata dan mencoba meresapi setiap hembusan angin di wajahnya.
Sekilas
Hanya sekilas bayangan Aldo suaminya lewat begitu saja bagai tertiup angin.
Anya segera membuka matanya dan mendapati Alvin didepan wajahnya.
Jarak mereka begitu dekat hingga hembusan nafas Alvin bisa di rasakan."A..Alvin ?" Anya memastikan jika itu adalah Alvin.
" ya. Apa kau tertidur ?"
"Tidak" Anya segera membenarkan duduknya. Ia sedikit menggeser tubuhnya, memberi ruang untuk Alvin duduk.
Hadeh. Terlalu dekat dengan Alvin seperti tadi membuat jantungnya sedikit tidak beraturan.
Lain kali dia harus jaga jarak dengan laki-laki itu.
" Ini untuk mu." Alvin memberikan sebotol minuman teh dingin.
" Terimakasih." Anya meneguk NY sedikit demi sedikit. Hingga ia merasakn tenggorokan nya lebih nyaman.
" maaf. Aku tidak bisa memberikan apa yang kamu mau."
" ya. Tidak apa-apa. Lain kali saja." Anya menunduk. " jika ada kesempatan pasti akan ketemu." Ucap nya lirih
Allvin terdiam, tidak meenanggapi ucapan Anya.
Dia hanya menatap Anya yang menyiratkan ucapannya.
***************************************************************************************************************************
KAMU SEDANG MEMBACA
Turun Ranjang
Non-FictionHarusnya aku tau , jika selama ini dia tidak pernah menganggap ku ada. Harusnya aku mengerti bahwa yang di inginkan nya bukan lah aku. Mungkin takdir sudah mengingatkanku untuk tidak berharap memilikinya. Tapi takdir juga telah mempermainkan ku ke...