" Apa yg kau lakukan ?"
Sebuah suara terdengar nyaring di telinga Vero, saat dia baru saja keluar dari kamar Anya.Vero tersenyum. Melihat Alvin sudah bersedekap di depannya." Aku kira SATPOL PP."
" ... "
Alvin tidak bereaksi. Dia tetap menatap Vero. tanpa berkedip ." Kita bicarakan di tempat lain. Aku tidak ingin Anya mendengar kita."
Mereka pun pergi. Meninggalkan penginapan, menjauh ke tempat yg tidak mungkin Anya kan menemukan mereka.
Vero memasukan tangannya ke dalam saku celananya. Menikmati angin menerpa wajahnya.
Alvin mengikuti langkah vero sampai di sebuah tempat yang tidak jauh dari pantai.
Alvin ingat betul, ini adalah tempat tadi mereka berfoto dan bermain-main.
" untuk apa kau membawaku kesini ?" Alvin bertanya ketus.
" Aku tau kau mengikuti kami." jawab Vero terang-terangan.
Alvin menegang, namun begitu ia tetap memasang wajah tenangnya.
" ... "
" tidak masalah kau akan mengikutiku sampai mana ? Karena kau akan tau sendiri bagaimana Anya dan aku."
" jangan senang dulu. Mungkin dia hanya menjadikanmu sebagai pelarian saja."
Vero berbalik " apa maksud mu ? "
" kau tau sendiri, kakak ku baru beberapa bulan meninggal. Dan dia adalah janda kesepian." Alvin melihat wajah Vero menegang. Meski dia terlihat tenang. " kau tidak tau apa yg dipikirkan Anya. Kedekatanmu saat ini, tidak menjamin Anya tidak akan menjadikan mu sebuah pelarian saja."
Vero diam, memikirkan setiap kata yg di ucapkan Alvin.
" dengarkan aku Vin. Kali ini, aku tidak akan sembunyi-sembunyi lagi. Meski kau akan menghalangiku." Vero berkata dingin.
" kau mengancamku ?" Alvin balik bertanya.
" tidak. " Vero melangkah, mensejajarkan tubuhnya dengan Alvin. " anggap saja ini sebuah peringatan. untuk mu menjauh." Vero menepuk pundak Alvin lalu pergi meninggalkan nya.
Alvin masih berdiri di tempat nya. matanya menatap lurus, seolah Vero ada di hadapannya.
Dia harus waspada,. karena kali ini Vero tidak main-main dengannya.
***
Vero membasuh wajahnya dengan air dingin. Lalu menatap pantulan wajahnya di cermin. Matanya menatap lurus pantulan wajah itu.
" Apa yg kau pikirkan ?" Tanya nya pada diri sendiri.
Teringat kembali kilasan-kilasan dia memeluk Anya tadi, saat itu dia refleks memeluk Anya. Entah apa yg dia pikirkan, dia juga tidak mengerti dengan perasaan dan pemikirannya sendiri.
Pikiran dan tubuhnya tidak berjalan ber-iri-ngan.
Semua berjalan begitu saja.
Memeluk Anya adalah hal yang me-nenang-kan baginya. Vero sendiri tidak menyangka jika Anya akan membuatnya tenang seperti ini.
Sebelumnya, dia tidak dapat merasakan ketenangan seperti itu bila memeluk wanita lain.
Semua terasa sama.
drrttt..drtt...
drttt... drttt.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Turun Ranjang
Non-FictionHarusnya aku tau , jika selama ini dia tidak pernah menganggap ku ada. Harusnya aku mengerti bahwa yang di inginkan nya bukan lah aku. Mungkin takdir sudah mengingatkanku untuk tidak berharap memilikinya. Tapi takdir juga telah mempermainkan ku ke...