Vero membanting pintu mobil saat mereka tiba di rumahnya. Tanpa menoleh ia terus berjalan dengan tegap masuk ke rumah nya di ikuti oleh Ivy yang memanggil nama nya.
" Vero , kau kenapa ?" Pekik Ivy.
Vero mengusap kasar wajah nya ia berbalik dan menutup matanya untuk meredakan emosinya. " aku lelah Bu. Aku akan ber istirahat " ia ingin berbalik namun Ivy menarik nya dan membuat nya kembali berhadapan dengan ibu nya.
" kau ini kenapa ?" Pekik Ivy " apa kau marah pada ibu nak ?"
Demi tuhan, Vero tidak marah hanya kesal. Ya dia hanya kesal dengan kelakuan ibunya pada nya. " Bu. Apapun yang ada di kepala ibu simpan dulu. Aku lelah, aku ingin istirahat."
" kau...." Ivy tidak bisa berkata-kata karena Vero langsung pergi meninggalkannya.
Vero menjatuhkan tubuh nya dengan kasar di atas sofa di kamar nya. Ia sangat kesal pada ibunya. Namun di sisi lain dia juga tidak bisa marah padanya. Sungguh menyebalkan. Sekarang dia jadi uring-uringan sendiri dengan terus mengusap wajah nya berkali-kali.
" ah apa yang harus aku lakukan ?" Desah nya.
Harus kah Vero mengikuti perjodohan konyol ini untuk menyenangkan ibunya ? Atau dia kabur saja ?
Vero masih ingat saat tadi ibu nya dan Tante Andin mengatakan kata-kata perjodohan yang membuat telinga nya berdengung. Sangat menggelikan namun menyebalkan dalam waktu bersamaan.Flash back on
" Vero sayang, kau sudah besar nak ? Dan..." Wanita itu men jeda ucapannya melirik Vero dari atas sampai bawah. Membuat nya risih saja " sangat tampan." Ucap nya akhirnya.
Vero tidak tahu wanita ini. Hanya saja dia yakin jika wanita ini adalah teman ibunya. Dan di samping nya tampak seorang gadis muda yang seperti masih gadis belia umur 18 an .
" ah, jeng bagaimana kabar mu ?" Ivy langsung berpelukan dengan wanita itu." Nak, ini Tante Andin kamu ingat? Dulu kamu sering main di rumah nya bareng Rayan anak nya." Ivy menceritakan.
Entah lah Vero kurang ingat tapi Rayan ? Ya, dia ingat. Namun tidak dengan Tante Andin." Dan kenalkan ini adik nya Rayan, Silvia, ayo sayang kenal kan ini Vero anak nya Tante Ivy dan teman masa kecil kakak mu." Wanita bernama Tante Andin itu menarik gadis bernama Silvia agar berjabat tangan dengan nya. Demi formalitas Vero menjabat tangan gadis itu meski sebentar.
Setelah acara perkenalan itu mereka semua makan hidangan di restauran itu sambil mengobrol dan berbincang ringan. Sesekali akan terdengar gelak tawa khas ibu-ibu dan para gadis nya. Jenuh ? Ya sangat jenuh karena hanya dia disini yang paling tampan sebab tidak ada dari mereka yang membawa anak laki-laki nya kecuali Ivy. " Vero bicaralah dengan Silvia, ayo temani dia." Ivy berbisik.
" tidak Bu. Aku malas. Ibu saja."
" Silvia berapa usia mu ?" Tanya Ivy ber basa-basi.
" 26 tahun Tante." Silvia menjawab dengan senyum.
" benarkah ? Tapi kau terlihat masih muda dari umur mu sayang.?"
" ..." Silvia tidak menjawab dia hanya tersenyum sebagai jawaban.
" apa ada rahasia untuk perawatan awet muda mu ?"
" oh. Tidak ada. Aku tidak perawatan apapun. Tidak perawatan yang spesial apa lagi mahal."
" waw. Jarang sekali ada perempuan yang seperti itu iya kan Vero.?' Ivy berbalik menatap Vero yang masih acuh di tempat nya.
Vero gelagapan sendiri karena kini Silvia dan Tante Andin melihat ke arah nya. " ah iya." Vero menjawab sekena nya saja.
"Apa kau sudah punya pacar" Ivy kembali bertanya dan sukses membuat Vero fokus padanya.
Sivia terlihat bersemu, ia menjawab dengan malu-malu " belum Tante."
"Ah kalau begitu kebetulan. Anak Tante juga belum punya pacar. Iya kan Vero ?" Ivy menatap Vero. Guna meyakinkan Silvia. Tapi sebaliknya, Vero malah tersenyum masam, untuk menjawab pertanyaan itu.
" bagus dong, bagaimana kalau kalian pacaran aja ?" Ucap Tante kemudian membuat Vero beralih menatapnya. Tante Andin hanya tersenyum senang dengan mata yang berbinar melihat Vero.
Flash back off
*****
Vero menatap sekitar cafe yang begitu ramai di akhir pekan. Tapi kepalanya masih saja tidak bisa berhenti memikirkan nasib nya sekarang.
Ibunya ingin dia melakukan pendekatan pada Silvia, gadis yang ia temui kemarin. Entah sengaja atau tidak, tapi Silvia tiba-tiba menghubunginya dengan alasan salah sambung, karena ia akan menelpon Ivy ibunya tapi malah tersambung pada Vero.
Semakin bertambah sekarang masalah dalam hidup Vero. Ia memang seorang lelaki lajang yang sudah dewasa dan matang untuk menikah, Silvia juga cukup umur untuk menikah dan dia juga cantik, menarik, juga memiliki karir yang bagus. Tidak mungkin ada lelaki yang menolak nya. Tapi kenapa hati Vero seolah membatu melihat keindahan Silvia dan semua nilai plus nya. Tidak sedikit pun pintu hatinya terbuka untuk sedikit saja memberi kesempatan pada Silvia agar memasuki kehidupannya. Atau mungkin belum ??
Suara hape nya berbunyi saat ia berfikir. Dilihat nya Ridwan menghubungi nya. Orang kepercayaannya yang satu ini selalu mengganggu nya. Tapi terkadang ia sangat membantu.
" ia ada apa ?"jawab nya malas.
" pak, ada beberapa file yang harus anda periksa. Dan membutuhkan persetujuan anda."
" Apa bisa besok saja ? Sekarang aku sedang malas."
" Apa ada masalah lagi pak ?"tanya Ridwan di sebrang sana.
" ya, bagaimana kalau kemari temani saya. Saya sendirian disini."
" maaf pak. Bukan nya saya menolak, tapi ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan. Dan juga, saya sudah berjanji akan pulang ke rumah. Ayah saya sedang sakit." Jelas Ridwan panjang lebar
" oh. Baiklah. " Vero segera mematikan sambungan telpon sepihak. Ia kembali menatap layar hape nya dan melihat seluruh isi kontak nya. Hingga ia berhenti pada satu nama yang tertera di sana. ' Anya ' .
Disaat seperti ini kenapa malah ingat dengan wanita itu. Padahal ia sedang tidak ingin menambah beban apapun ke dalam kepala nya. Tapi, jika ingat wanita itu, hati nya berdesir. Ada rasa ingin mendengar suaranya, melihat wajahnya. Dan ingin sekali bertemu dengannya.
Tapi Vero sendiri tidak tahu, bagaimana perasaan nya pada Anya. Jika dulu dia dengan semangat ingin mendapatkan janda itu dan menjadikan nya wanita nya. Sekarng berbeda, ia bingung sendiri dengan hati dan perasaan nya. Ada rasa kasihan, jika wanita itu terluka oleh nya. Apalagi sampai menangis. Vero tidak akan memaafkan dorinya jika Anya sampai sakit oleh nya, entah lah. Ia takut untuk memantapkan hati nya. Jika sedikit saja ia melakukan kesalahan maka hidupnya akan menjadi taruhan. Vero tidak ingin bermain-main dngan pernikahan. Tidak masalah jika wanita itu gadis, perawan atau janda sekalipun. Jika ia mau ia bisa menerima nya. Namun ia sendiri terkadang takut dengan dirinya takut jika ia kecewa, dan berakhir mengenaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turun Ranjang
Não FicçãoHarusnya aku tau , jika selama ini dia tidak pernah menganggap ku ada. Harusnya aku mengerti bahwa yang di inginkan nya bukan lah aku. Mungkin takdir sudah mengingatkanku untuk tidak berharap memilikinya. Tapi takdir juga telah mempermainkan ku ke...