O6. Sebuah Penawaran

2K 221 39
                                    

"Udah sejauh mana lo dengar omongan gue?"

"Apa itu penting?"

Setelah menuntaskan urusannya dengan seseorang yang ada di seberang sana, Raska kembali berjalan dengan seringaian di bibir tipisnya. Jafran tidak akan tau bahaya apa yang menantinya setelah ini.

Raska pikir setelah kejadian beberapa tahun lalu, Jafran akan berubah seiring berjalannya waktu. Namun setelah mata kepalanya melihat sendiri kelakuan Jafran di klub malam waktu itu, Raska percaya kalau Jafran tetaplah Jafran--laki-laki yang selalu mudah mempermainkan perempuan. Jangankan perempuan, seseorang yang Jafran sebut sebagai sahabatnya saja bisa laki-laki itu hancurkan sesukanya.

"Kemana?" ucap Raska saat melihat Kareline hendak melangkahkan kakinya.

Tujuan awal Raska memang bukan ke tempat dimana ia berdiri sekarang. Namun entah karena apa, kakinya menuntun Raska hingga bisa sampai ke taman belakang kampus. Raska juga tidak mengira kalau ia akan bertemu Kareline. Raska seolah lupa kalau ia harus ke parkiran untuk segera pulang dan mengistirahatkan diri.

"Bukan urusan lo!"

Tanpa memperdulikan keberadaan ketua himpunannya, Kareline terus saja berlalu. Untuk saat ini Kareline benar-benar tidak ingin diganggu. Ia harus bisa fokus memikirkan bagaimana nasibnya ke depan. Bagaimana ia bisa mengatasi semuanya tanpa meminta bantuan kepada siapa pun--karena Kareline tau tidak ada yang bisa menolongnya apalagi saat mengetahui nominal yang ia butuhkan.

"Emang bukan urusan gue. Tapi kayaknya lo butuh bantuan gue. Gue tau kok apa yang lagi lo pikirin saat ini."

Langkah Kareline terhenti saat mendengar ucapan yang keluar dari bibir Raska. Membutuhkan bantuannya? Kareline bahkan tidak memikirkan hal itu. Sama sekali tidak pernah terbesit di otaknya untuk meminta bantuan terhadap Raska.

"Sampai kapan pun gue nggak akan pernah mau minta bantuan sama lo. Dan satu lagi, sikap lo barusan nggak sopan, nguping omongan gue," ucap Kareline sembari membalikkan tubuhnya untuk menghadap Raska.

"Ini tempat umum. Gue bebas dong mau ngapain aja. Apalagi gue punya telinga. Jadi di sini lo yang salah. Kalau lagi ngedumel mending dalem hati aja. Lebih aman."

Yang dibicarakan Raska tidak sepenuhnya salah. Raska bahkan berani bertaruh kalau lebih dari sebagian orang menyetujui ungkapannya tersebut. "Lagian apa susahnya sih minta tolong sama gue? Gue juga nggak bakal minta imbalan yang aneh-aneh. Kalau itu yang lo pikirin."

Raska melangkahkan kakinya untuk lebih dekat dengan Kareline. Menyamakan tinggi badannya lalu setelah itu Raska membisikan sesuatu tepat di telinga Kareline yang berhasil membuat perempuan itu mematung, "udah sejauh mana lo sama Jafran?"

Namun sebelum Kareline menyahuti pertanyaan Raska, ada seseorang yang mengintrupsi perhatian mereka--Ningrum. Perempuan itu terlihat kalau sedang gelisah, nafasnya juga tersengal menandakan kalau Ningrum berlari cukup jauh untuk mencari keberadaan keduanya.

"Kak, ga-gawat."

"Kenapa, Ning? Lo kenapa kayak dikejar setan gitu?" Raska kembali membenarkan posisinya sembari memperhatikan adik tingkatnya tersebut.

"Aduhh kak, ini lebih dari itu."

"Yaudah apa?"

"U-uang hasil danusan hilang kak!"

• •

Setelah berhasil sampai ke ruang kesekretariatan, Kareline dan Raska dikagetkan dengan kondisi ruangan yang berantakan. Hal ini dikarenakan Hamka yang memegang tanggung jawab divisi dana usaha baru saja membongkar barang-barang yang ada dalam ruangan tersebut. Kertas, buku tahunan, bahan sisa acara hingga barang-barang anggota yang masih tertinggal campur menjadi satu.

Di Balik Layar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang