Yang berhasil Kareline lihat saat pertama kali membuka matanya adalah ruangan berwarna putih. Kareline sempat bingung ada dimana ia sekarang. Seingatnya terakhir kali ia merebahkan diri di kasur kamar kosnya.
Namun kebingungan tersebut sukses terjawab saat ia menghirup bau obat-obatan. Apalagi netranya menangkap ada selang infus di sampingnya.
Yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah, "siapa yang membawanya kemari?"
Sakit pada bagian kepala serta rasa nyeri pada perutnya mendadak menyerang ketika Kareline memaksakan diri untuk bangun. Kerongkongannya perlu diisi air. Kareline baru ingat terakhir kali ia makan adalah sehari sebelum ia ditemukan tak sadarkan diri.
Itupun hanya roti dan satu gelas susu kotak. Kareline ingat betul ada notes yang diselipkan di sana. Itu dari Raska.
Berbicara soal Raska, sebenarnya ia tak benar-benar menyuruhnya untuk pergi. Kareline hanya meminta laki-laki itu untuk tidak menyukainya lagi. Tapi rupanya Raska salah paham mengenai ucapannya. Terbukti dengan tidak adanya satu pesan singkat dari laki-laki itu.
Setelah berhasil meraih satu gelas air putih dengan tangan yang masih gemetaran, Kareline mencoba mencari dimana letak ponselnya berada. Ia harus meminta tolong kepada Gista untuk menjemputnya. Kareline merasa ia tidak harus berada di ruangan ini lebih lama lagi. Ia tidak punya cukup banyak uang untuk membayar biaya tagihan rumah sakit.
Ternyata nihil, Kareline tak kunjung menemukan ponselnya. Kalau begini, ia terpaksa harus kabur seorang diri.
Dan tanpa Kareline sadari, di depan pintu sana ada Raska yang tengah memperhatikannya. Laki-laki itu terlihat ingin sekali membantu. Tapi langkahnya tertahan. Raska tidak boleh egois lagi. Ia harus memikirkan kesehatan mental perempuan itu.
Bagaimanapun juga, ia masih bisa menjaga Kareline dari jarak sejauh ini, kan?
"Sus?" panggil Raska pada perawat rumah sakit yang kebetulan lewat di depannya.
"Iya, Kak?"
"Boleh saya minta tolong?" perawat tersebut memberi anggukan. "Suster lihat cewek yang itu?" tunjuk Raska pada Kareline yang terlihat masih memegangi pelipisnya. "Saya minta tolong buat Suster cek keadaan dia. Tolong pastikan kalau dia baik-baik saja."
"Kakaknya nggak perlu khawatir, saya akan pastikan dia baik-baik saja. Kalau begitu saya ijin permisi dulu."
"Baik, Sus. Terimakasih banyak."
Dan kedatangan suster tersebut sukses menggagalkan niat Kareline yang ingin kabur. Rupanya Kareline diharuskan untuk tetap berada di rumah sakit ini lebih lama lagi. Mungkin Kareline bisa pergi lain kali dan itu bukan sekarang.
"Permisi, saya mau ngecek infusnya dulu, ya, Kak. Ada keluhan?"
Kareline hanya mengangguk lalu setelah itu menggeleng sebagai jawaban. "Kalau misalkan Kakaknya ada masalah apa-apa tinggal langsung hubungi pihak suster yang berjaga saja ya. Obatnya jangan lupa diminum, banyakin asupannya biar nanti maagnya nggak kambuh lagi."
"Iya, Sus."
Tak lama suster tersebut pamit undur diri. Setelah ini Kareline pasti bingung akan melakukan hal apalagi. Rumah sakit bukanlah opsi yang tepat untuk Kareline bisa istirahat dengan tenang. Biasanya ia memilih untuk rebahan di kasur kosannya sembari menyetel lagu kesukaannya. Kalau sekarang mana bisa. Selain karena ini adalah rumah sakit. Ia juga tidak memegang ponselnya. Entah bagaimana ia akan mendapatkan ponsel itu kembali. Mau mengubungi teman untuk mengambilkan juga tidak bisa.
Sekali lagi, ponselnya tertinggal di kamar kosnya.
*****
Progker Sampai Tipes
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Layar ✓
Ficção GeralDi balik kerjasama dan kerja keras yang mereka dedikasikan untuk menyukseskan acara himpunan, tidak ada yang tau seberapa besar Kareline tidak menyukai Raska. Perempuan itu seperti berperan di depan layar. CAST : ✓ Huang Renjun ✓ Karina © bubbletie...