15. Risau

1.7K 202 45
                                    

⚠️17+
Sebenernya gak 17 - 17 banget. Tapi yaa gitu, hehehe :)

---

Mungkin dari banyaknya perbuatan yang membuat Raska menyesal akhir-akhir ini adalah perbuatan yang baru saja ia lakukan beberapa puluh menit yang lalu. Terserah kalian mau berpikir Raska laki-laki yang mesum atau apa. Karena dia sendiri memikirkan hal itu sekarang.

Bisa-bisanya ia mencium anak orang di saat perempuan itu tengah tertidur pulas. Ditambah dengan fakta bahwa perempuan tersebut ialah Kareline Samantha—wakil ketua himpunannya sendiri—seseorang yang terlibat perang dingin dengannya.

Sebenarnya Raska juga bingung, setan jenis apa yang tiba-tiba mengambil alih tubuhnya. Apalagi saat bibirnya menyapu lembut bibir Kareline. Rasanya ia benar-benar sudah gila. Dan beruntungnya Raska sebab Kareline tidak tiba-tiba terbangun dan memukul keras kepalanya.

Kemungkinan untuk beberapa waktu ke depan Raska akan menghindar dari Kareline.

"Goblok, goblok, goblok. Kenapa lo main nyosor-nyosor aja sih? Bego lo, anjir. Punya bibir nggak guna banget," oceh Raska yang ditunjukkan untuk dirinya sendiri.

Sekarang ini, Raska sudah kembali ke apartemennya. Tadi saat mengantar Kareline pulang, Raska lebih banyak diam. Ia bahkan tidak mau melihat ke arah Kareline. Sementara Kareline, perempuan itu merasa tidak peduli dengan sikap Raska.

Kareline juga tidak memikirkan sesuatu yang aneh-aneh. Sebab ketika ia dibangunkan oleh Raska, posisi mobil laki-laki itu sudah ada di depan indekosnya. Lalu Kareline turun begitu saja. Hanya sampai di situ. Tidak ada pertengkaran kecil yang biasanya mereka lakukan.

Oh, tadi Kareline sempat dibuat sedikit kaget dengan sebuah jaket yang membalut tubuhnya. Tapi setelahnya Kareline bersikap biasa saja. Tidak ingin mengambil pusing dengan keberadaan jaket tersebut.

"Sejak kapan seorang Raska nyium cewek duluan? Nggak ada sejarahnya. Tapi, aaarrrgghhhh."

"Ngomong-ngomong bibirnya kayak yupi, manis banget." Raska menggelengkan kepalanya cepat-cepat saat sadar apa yang tengah bersarang di dalam otaknya. "Nggak-nggak, nggak boleh gini. Inget, dia Kareline. Ka-re-line."

"TERUS KENAPA KALAU DIA KARELINE??"

"Dia wakil lo anjir, pake nanya lagi."

Biarlah malam ini menjadi malam penyiksaan bagi Raska karena ulahnya sendiri. Dan kemungkinan besar, Raska tidak akan bisa tertidur dengan nyenyak.

***

"Sekian untuk pembelajaran hari ini. Jangan lupa tugasnya dikumpulkan minggu depan. Harus tepat waktu yaa. Bapak tidak menerima keterlambatan sedikit pun."

"Baik, Pak."

Sesudah Pak Handoko keluar dari dalam kelas, Kareline segera menuju ruang kesekretariatan. Hari ini mungkin akan menjadi hari yang panjang untuk anggota himpunan. Sebab dua hari kemudian program kerja seminar akan segera dilaksanakan. Anggota yang bertugas sudah mengerjakan jobdisknya sebaik mungkin. Mulai dari ketua, sekretaris, bendahara hingga anggota pada setiap sie. Semuanya sudah bekerja keras.

Kareline melihat jam pada ponselnya, ternyata masih jam setengah dua belas siang. Harusnya jam segini waktu untuk istirahat. Dan benar saja, ketika langkah kakinya mencapai ruang kesekretariatan sudah ada dua pasang sepatu yang berjejer di sana serta suara-suara yang diyakini berasal dari anggota himpunan.

"Eh Ibu Kareline baru dateng. Bapak Raskanya mana?" tanya Damar yang sedang mengecek kembali souvenir di ujung ruangan.

"Nggak tahu, gue aja baru dateng." Kareline mendudukkan dirinya di sebelah Mitha yang sibuk dengan laptop dalam pangkuannya.

Di Balik Layar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang