17. Rasa Takut

1.8K 205 15
                                    

Dari banyaknya hal yang paling tidak disukai oleh perempuan, membatalkan janji seusai bersiap-siap termasuk salah satunya. Itulah yang dirasakan oleh Kareline sekarang. Terlepas Kareline yang tidak menyukai keberadaan Raska, mendapatkan perlakuan tersebut jelas membuatnya semakin kesal. Pasalnya Raska sudah membuang waktu berharganya selama setengah jam. Kalau saja Kareline tahu akan menjadi seperti ini, Kareline pasti memilih untuk menolak tawaran Raska yang mengajaknya pulang bersama.

Bunyi dentuman pintu terdengar sampai ke gendang telinga Raska. Laki-laki itu jelas tahu apa sebabnya Kareline terlihat sangat kesal. Begitu pun halnya Kareline. Ia tidak bisa serta merta memarahi Raska. Ia hanya bisa menyalurkan rasa kesalnya terhadap pintu kamar kost yang sama sekali tidak bersalah.

Kareline bukanlah perempuan yang banyak bicara. Raska tahu itu. Raska juga tahu marahnya Kareline akan sangat terlihat melalui mimik wajahnya, seperti sekarang ini. Tapi mau bagaimana lagi, di sisi lain Raska tidak mau kalau Kareline sampai tahu siapa itu Nara. Dan ada hubungan apa antara ia dengan perempuan itu.

Raska berjalan memasuki unit apartemen miliknya. Ketika mendatangi area dapur, Raska menangkap sosok perempuan cantik yang tengah menyantap beberapa camilan yang ia yakini kalau makanan tersebut adalah kepunyaannya. Sekali lirik saja Raska tahu kalau perempuan itu tidak begitu tertarik dengan kedatangannya. Meskipun di pesan WhatsApp, Nara sangat ingin mengetahui siapa perempuan yang sempat Raska sebutkan namanya tanpa sadar di malam itu.

"Sebetah itu lo di apartemen gue sampe nggak pulang-pulang?" tanya Raska sembari membuka isi kulkas.

"Apart lo banyak makanan. Gue juga lagi bingung habis ini mau ngapain."

"Nggak ngampus?"

"Tinggal nunggu sidang."

Setelah meneguk satu gelas air putih, Raska mendudukkan dirinya di depan Nara. Memperhatikan perempuan cantik yang saat ini mengenakan setelan kemeja miliknya. "Pulang sana."

"Lo masih utang cerita sama gue."

"Lo nggak harus tau soal dia. Gue juga lagi random semalem."

"Nggak mungkin. Kan, lo jarang banget cerita ke gue. Bahkan waktu mabuk sekali pun."

"Dibilang gue lagi random. Kagak percayaan banget."

"Dia simpenan lo? Sama kayak gue?"

Ucapan tersebut membuat Raska menaikkan sebelah alisnya. Ia tidak tahu kenapa Nara sangat ingin tahu tentang Kareline. Terlebih Nara memberikan spekulasi yang bahkan tidak pernah Raska pikirkan sebelumnya.

"Atau dia pacar Lo? Lo suka sama dia? Cinta bertepuk sebelah tangan?"

"Gue aja nggak tahu nyebut dia pas gue lagi ngapain."

"Waktu kita ngobrol sambil minum."

"Ohhh, kayaknya lo yang salah denger. Lagian ini bukan ranah lo."

Nara tertawa, memang benar apa yang Raska bilang. Seharusnya mereka tidak mencampuri urusan pribadi masing-masing. Mengingat hubungan mereka tidak lebih dari sekedar hawa nafsu.

"Kayaknya lo beneran suka sama tuh cewek. Kelihatan banget kalau lo nggak mau sampe gue tahu tentang dia. Lo takut, kan, kalau gue ada pikiran macem-macem terus beberin semua tentang kita?"

*****

Hari ini pagi-pagi sekali anggota himpunan sudah berkumpul di aula kampus Neo City untuk melaksanakan acara seminar yang akan dimulai beberapa jam lagi. Berbagai persiapan sudah selesai, bahkan gladi resik pun sudah mereka lakukan di malam sebelumnya. Semua panitia juga tampak sibuk, begitu pun Raska dan Kareline.

Di Balik Layar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang