13. Yang Tak Diharapkan

1.7K 207 30
                                    

⚠️Warning
Terdapat beberapa kata kasar dan pembahasan yang hanya boleh dilakukan oleh usia lebih dari 21 tahun.

___

Selesai rapat yang menguras banyak tenaga dan pikiran, Raska berjalan gontai menuju ke arah kantin. Setelah kemarin ia merubah jadwal dengan seenak jidat-yang sama sekali tidak mau ia akui bahwa alasannya adalah karena kesehatan Kareline.

Hari ini perempuan itu terlihat lebih sehat dari terakhir kali mereka bertemu kemarin siang. Meskipun Kareline tidak banyak mengucapkan argumen seperti pada rapat biasanya, setidaknya Kareline terlihat baik-baik saja.

Dan tanpa disangka-sangka Raska mengucapkan syukur di dalam hatinya.

Siang-siang begini paling enak yaitu makan soto buatan Ibu Surti. Beliau adalah salah satu penjual makanan di kantin fakultas ekonomi. Soto yang beliau jual sudah terkenal dari generasi ke generasi. Bahkan Raska saja sangat menyukai soto buatan beliau. Jadi tidak heran setiap ia lapar, Raska akan mendatangi stan makanan tersebut.

"Loh, Bang Jordan? Tumben ke kampus?"

Bang Jordan-salah satu mantan petinggi himpunan yang sedang menjalani skripsi. Mahasiswa akhir biasanya sudah tidak ada lagi mata kuliah. Mereka hanya berfokus pada skripsi yang sedang mereka garap. Itulah sebabnya Raska menanyakan tentang keberadaan laki-laki itu di sini.

"Bimbingan, Bang?" Sambung Raska sembari mendudukkan diri di bangku depan meja Bang Jordan.

"Enggak, gue tinggal sidang doang. Biasalah ada urusan sama Pak Budi. Pak Budi, kan, orangnya super sibuk, jadi gue diminta buat gantiin beliau ngisi kelas."

"Masih asistensi aja? Perasaan mahasiswa akhir udah bebas dari kegiatan kampus deh, Bang."

"Aslinya. Tapi berhubung bimbingan udah selesai dan tinggal sidang aja, jadi Pak Budi ya minta tolongnya ke gue. Anak lain mana mau. Terus lo sendiri ngapain jam segini masih ngider di kampus?"

Pesanan mie ayam Bang Jordan datang menyebabkan obrolan mereka terhenti beberapa saat. Harusnya sebelum menyapa Bang Jordan tadi, ia sempatkan untuk memesan makanan terlebih dahulu. Melihat betapa menggodanya mie ayam tersebut, membuat perut Raska menjadi semakin keroncongan. Rupanya cacing-cacing itu ingin segera diberi makan.

"Lo nggak pesen?"

"Iya, Bang, sebentar lagi."

"Oh ya gimana himpunan? Lancar apa ada kendala?" Tanya Bang Jordan sembari mengaduk mie ayamnya.

"Ya gitu deh, Bang. Sejauh ini sih lancar-lancar aja. Bahkan sebentar lagi kita mau ngadain seminar."

"Harusnya sih lancar-lancar ya, kan. Orang yang ngetuai aja lo sama Kareline. Kalian tuh kayak dua orang yang pas banget kalau disatuin. Cocok tuh kalau membangun rumah tangga. Visi misinya sama."

Bang Jordan hanya terkekeh pelan saat menyadari ucapannya. Dulu saat pertama kali Kareline dan Raska memasuki himpunan, keduanya sering sekali dipasang-pasangkan oleh jajaran para petinggi. Keduanya sangat kompak dan hasil dari kerjasama mereka selalu mendapatkan hasil yang baik. Sehingga tidak heran kalau saat ini keduanya menjadi ketua dan wakil.

"Makin kesini makin ngaco lo, Bang. Udah ah gue mau pesan makanan dulu."

"Nggak sekalian traktir gue nih?"

"Harusnya gue nggak sih yang lo traktir, Bang?"

"Hahaha, kalau misalkan ada masalah himpunan jangan lupa hubungin gue. Gue siap bantuin."

Raska hanya mengacungkan jempolnya sebagai bukti bahwa ia setuju dengan ucapan Bang Jordan. Kalaupun ada masalah, Raska tidak akan benar-benar meminta bantuan kepada laki-laki itu. Selagi ia dan Kareline bisa mengatasinya, kenapa nggak. Lagipula kedudukannya sebagai ketua akan segera lengser.

Di Balik Layar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang