O8. Rapat Sampai Tipes

1.9K 212 12
                                    

"Kayaknya tenaga lo boleh juga. Lumayan kan bisa dimanfaatin, hehehe."

"Maksud lo?"

"Tenaga lo pasti masih kuat kalau malem-malem kayak gini," ucap Raska menunjukkan senyum jahilnya.

Wajah Kareline memerah dan tangannya mengepal kuat. Terlihat sekali kalau perempuan itu sedang menahan emosi. Perkataan ambigu Raska barusan berhasil mematik kobaran yang sudah Kareline tahan jauh sebelum ia datang ke sini.

"Jangan bilang lo mau gu-"

"Apapun itu, tolong banget jangan berpikir yang enggak-enggak. Gini-gini gue masih punya budi pekerti yang luhur," potong Raska cepat.

"Tapi lo lumayan cantik sih, jadi kayaknya sayang juga kalau-"

"Stop, gue bukan cewek yang seperti itu." Mendengar itu, Raska hanya mengangkat bahunya asal. Lalu kembali membawa dirinya menuju sofa.

Lihat, Raska bahkan tidak berbeda jauh dengan Jafran. Sama-sama merendahkan Kareline dan sama-sama brengsek. Bedanya Jafran suka gonta-ganti pasangan atau itu memang hobbynya. Sedangkan Raska, ia hanya bermain dengan satu wanita-Nara.

Tapi setidaknya ia tidak pernah merendahkan Kareline di depan umum. Raska merasa ia sudah baik dengan Kareline-ia bahkan sudah membantu Kareline untuk melunasi biaya kuliah. Jadi anggap saja satu sama, impas bukan?

"Gue juga nggak suka deket-deket sama lo."

"Kalau deket Jafran, udah? Kayaknya lo enjoy banget deket sama dia."

"Nggak usah sok tau."

"Nyatanya gue emang tau. Semuanya," tandas Raska.

Sudah sekitar 2 tahun Kareline mengenal Raska, namun baru kali ini ia berbicara banyak dengan laki-laki itu di luar urusan kampus. "Sebenernya apa imbalan yang lo mau dari gue?"

Mendengar pertanyaan yang keluar dari bibir Kareline membuatnya mengerutkan kening, memikirkan apa pekerjaan yang sekiranya cocok buat perempuan itu.

Kalau dipikir-pikir Raska tidak benar-benar menyuruhnya untuk memberi imbalan. Raska hanya ingin bermain-main sedikit dengan Kareline. Mungkin sedikit ingin membalas perbuatan tidak tau diri Kareline karena sempat meremehkannya.

"Lo tau kan kalau apartemen gue ini besar?..."

"...Gue mau lo bersihin apartemen gue setiap hari. Semuanya, terkecuali kamar gue. Gue nggak suka ada orang asing masuk ranah privasi gue. Dan lo bisa dateng waktu malem. Kenapa? Karena kalau pagi lo kuliah. Oh iya jangan lupa masak. Fyi, gue bukan tipe orang pemilih jadi lo bebas bisa masak apa aja."

"Termasuk jengkol, pete dan kawan-kawannya?"

"Kalau lo mau gue jorokin ke kolam renang yaa nggak masalah."

Suka tidak suka, mau tidak mau, Kareline harus menyetujui kesepakatan tersebut. Walaupun sejujurnya ini sangat memberatkan Kareline karena harus menghabiskan waktu cuma-cuma untuk melihat wajah Raska setiap malam di apartemen laki-laki itu.

Kareline tidak punya pilihan. Toh, hanya satu bulan jangka waktu yang Raska berikan. Tidak akan sulit pikirnya.

• •

Jam di layar ponselnya menunjukkan pukul setengah satu dini hari saat Kareline meninggalkan lobby apartemen Raska. Rupanya ia tidak akan punya waktu untuk tidur, sebab pagi nanti Kareline ada jadwal kuliah. Dan sebelum itu, Kareline harus melunasi biaya tersebut melalui bank kampus.

Di Balik Layar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang