06. His Woman

3.7K 757 47
                                    

"Traitor."

"Kau menganggapku demikian?" Nik dapat melihat kilat amarah dalam manik indah Tanna.

"Kau adalah seorang Vjërdam!"

Nik tertawa kecil, menggeleng pelan. "Aku tidak tahu kau senaif ini." Nik sudah pernah mendapat lebih dari sekadar tatapan jijik sepanjang hidupnya, tapi cara Tanna memandangnya saat ini .. benar-benar mengusik ketenangannya. "Aku adalah seorang Vjërdam?" ujar Nik dengan nada penuh cemooh. "Apa kau yakin, Little Mice?"

Mata Tanna sudah berkaca-kaca. "Tidak peduli dari kalangan apa kau terlahir—"

"Kau tidak tahu apa-apa soal hidupku." Nik maju selangkah, sementara Tanna semakin membentang jarak antara mereka.

"Bagaimana bisa seorang Vjërdam menindas negerinya sendiri?" Cairan bening itu meluncur di pipi porselen Tanna. "Tidak tahu malu. Pengkhianat."

Rahang Nik mengetat. Dalam satu jurus, tangan kekarnya mengunci pergerakan Tanna, tidak membiarkan gadis itu melangkah kian jauh. "Negeri ini yang mengkhianatiku lebih dulu."

Tanna memberontak, tapi cengkeraman Nik terlalu kuat. "Lepaskan aku! Kau menjijikan!"

"Menjijikan? Karena aku terlahir dari kalangan bawah?" balas Nik sinis.

"Karena kau tak lebih dari sampah masyarakat! Pengkhianat!" Tangis Tanna benar-benar pecah, sempat membuat Nik terhenyak. "Kalau tahu kau akan menjadi seperti ini, aku tidak akan—"

"Kau menyesal telah menolongku malam itu?" tanya Nik dengan suara rendah. Tatapannya menggelap. "Begitu, Nona?"

"Aku tidak butuh balas budimu." Tanna mengusap pipinya, mendorong tubuh Nik menjauh. Ia berbalik cepat, menyentuh luka di perut yang mendadak berdenyut nyeri. "Kau sudah menggambar garis yang sangat jelas, Jenderal. Kau adalah seorang Enderville. Selamanya, kita akan berdiri di garis yang berlawanan. Aku akan menganggap anak dari malam itu sudah mati."

"Aku kira .. setidaknya kau akan berbeda." Suara Nik berubah dingin. "Kau sama seperti orang-orang Vjërdam lainnya dan itu membuat tekadku semakin kuat. Aku akan menghancurkan negeri ini tanpa sisa."

Tanna menolehkan separuh wajahnya, mengepalkan kedua tangan. "Brengsek."

Nik mengikis jarak di antara mereka, mendekatkan bibirnya pada daun telinga Tanna. "Keluar dari rumah ini sekarang berarti bunuh diri, Nona. Aku tidak akan berbaik hati menawarkan perlindungan untuk kedua kalinya."

"Aku lebih dari mampu untuk melindungi diri sendiri," balas Tanna tajam. "Seharusnya aku sadar dari awal, berada di dekatmu juga tidak akan berimbas baik."

"Baiklah." Nik menyelipkan tangan ke dalam saku. "Selamat tinggal."

Dari belakang, Nik dapat melihat getar samar di sekujur tubuh Tanna. Apa putri bangsawan itu betul-betul terkejut akan asal-usulnya? Atau disebabkan karena hal lain?

Baru berjalan beberapa langkah, Tanna meringis kuat sembari berbungkuk dan menyentuh perutnya. Nik memutar bola mata, meraih lengan Tanna dan membalik tubuh perempuan itu. Ia meneliti ke bawah, menemukan rembesan darah pada pakaian Tanna.

"Kau harus diobati." Nik sudah dapat menebak reaksi Tanna, tapi ia tetap mengucapkannya.

"Jangan sentuh!" Titik-titik keringat dingin menghiasi wajah Tanna, tapi perempuan itu masih terlihat gigih seperti biasa.

"Kau ingin mati konyol kehabisan darah?"

"Lebih baik begitu daripada selamat karena belas kasihan seorang pengkh—"

"Sekali lagi kau mengucapkan kata itu," Tanpa merasa perlu izin, Nik mengangkat tubuh ramping Tanna dengan lengannya, berjalan cepat menuju kamar, "aku benar-benar akan membunuhmu."

On the Land of SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang