10. Poison in Autumn

3.4K 730 72
                                    

Brengsek. Karena laporan yang diserahkan Nik kepada pihak kerajaan, Tanna terpaksa diberhentikan dari segala jenis misi dalam jangka waktu tidak ditentukan, bahkan nyaris dikeluarkan.

Sebenarnya apa rencana Nik? Kalau ingin mengekspos identitas Tanna, pasti pria itu sudah melakukannya sejak awal. Namun Nik malah memainkan teka-teki ambigu yang tidak dapat Tanna tebak, sepeti biasanya.

Dan di sinilah Tanna berada, menghadiri jamuan makan siang yang diadakan Vernon. Selain Nik, Tanna tidak mengenali sosok-sosok penting lainnya. Dan demi segala dewa, dari begitu banyak posisi yang tersedia, untuk apa Nik mengambil tempat di sebelahnya?

Tanna memanggil pelayan untuk mengisi ulang teh dalam cangkirnya, membiarkan Vernon berbincang dengan para pria di meja itu sementara ia hanya berperan sebagai pendengar.

Belum juga menenggak cairan tersebut, kejadian tidak terduga terjadi. Nik merenggut cangkir dalam genggaman Tanna, membantingnya ke lantai. Suara pecahan nyaring disusul oleh pekikan terkejut orang-orang.

"Apa yang kau lakukan?" desis Tanna. Kini seluruh atensi mengarah padanya.

"Racun," balas Nik singkat. Matanya berpaling pada Vernon. "Sepertinya ada yang berniat menjebak Anda, Pangeran."

"Bagaimana Anda bisa tahu ada racun dalam teh itu, Jenderal?" Vernon masih bersikap tenang, kontras dengan kehebohan para tamu undangan.

"Warna dan teksturnya terlihat aneh." Nik mengusap pinggir bibir dengan serbet. Seekor kucing anggora bergerak mendekat, menjilati cairan yang tumpah di atas marmer. Hanya butuh beberapa detik bagi hewan malang itu untuk kejang-kejang tak berdaya sebelum mengembuskan napas terakhir.

Tanna menutup mulut, terkejut bukan main. Kalau bukan karena Nik, mungkin ia yang akan berada di posisi itu.

Pelayan yang tadi bertugas mengisi ulang cangkir Tanna sontak terkesiap dramatis, sudah hendak melarikan diri sejauh-jauhnya, tapi gerakan Nik jauh lebih gesit dari prediksi manusia normal. Dalam satu jurus, moncong pistol sudah terarah tepat pada kening wanita muda berseragam pelayan tersebut.

"Ampun!" pekik Mandy—nama pelayan itu—sembari berlutut dengan air mata membasahi kedua pipi. "Saya tidak tahu apa-apa, sungguh!"

"Kalau kau tidak bersalah," Nik menunduk, "untuk apa melarikan diri?"

"Cukup." Tanna berhasil pulih dari keterkejutan, berjalan mendekati titik drama. "Berikan dia kesempatan untuk menjelaskan."

Nik mendengus, akhirnya menarik mundur pistol, sempat membuat orang-orang melebarkan mata karena terkesan. Sejak kapan Malaikat Maut Enderville menuruti kata-kata seseorang, apalagi seorang perempuan?

"Berdiri," perintah Tanna tegas. Mandy berdiri, sama sekali tidak berani membalas tatapan Tanna. "Kau memiliki lima menit untuk menjelaskan."

"Saya hanya menjalankan tugas." Mandy mulai terisak. "Seorang pria bertopeng mengancam akan membunuh seluruh keluarga saya jika saya menolak bekerjasama."

"Kenapa orang itu menargetkan Nona Altanna?"

Semua tamu refleks saling berpandangan, menyerukan hal sama dalam benak masing-masing. Untuk apa seorang Nikolai Gracian Lucretius ikut campur?

"Saya tidak tahu, Tuan." Isakan Mandy kian keras. "Saya benar-benar tidak tahu."

Vernon bangkit berdiri dari kursi paling ujung, berjalan mendekat. "Atas aksi percobaan pembunuhan, kau akan dijatuhi hukuman penggal."

Setelah menginstruksikan pengawal istana untuk menyeret Mandy ke penjara bawah tanah, situasi berubah hening.

"Kira-kira, siapa yang berniat menjebak Anda, Pangeran?" Menteri keuangan dari Rejjā angkat suara.

On the Land of SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang