21. Take or Keep

3.4K 696 211
                                    

Tanna membuka kedua kelopak mata yang terasa berat hanya untuk disambut oleh sorot cahaya matahari dari balik jendela. Langit-langit ruangan ini asing, mengantarkan aura dingin yang tidak Tanna mengerti.

"Selamat pagi, Nona."

Ah, ya. Dirinya berada dalam sangkar emas—istana Enderville. Bagaimana bisa dirinya tertidur selelap itu? Tanna merasa malu.

"Biarkan kami membantu Anda bersiap."

"Bersiap untuk apa?"

"Hari ini adalah hari pengangkatan selir."

"Selir?" Tanna tercekat. "Di mana Ni—maksudku, Kaisar Nikolai? Biarkan aku bicara dengannya."

Tiga pelayan itu saling bertatapan. "Nona, tidak sembarang orang dapat bertemu dengan Yang Mulia Kaisar hanya karena mereka ingin."

Begitu para pelayan bergerak mendekat, Tanna sontak menarik selimut untuk menutupi tubuh. "Aku tidak akan ke mana-mana sebelum kaisar itu menemuiku di sini. Selir? Omong kosong!" Tanna harus menjaga suaranya agar tidak bergetar.

"Nona, jangan membuatnya sulit. Kami hanya ingin menjalani tugas."

Begitu salah satu lengan Tanna digapai, ia segera meraih jepitan tajam yang tergeletak di atas nakas untuk diarahkan pada nadi di leher. "Jangan sentuh aku!"

"Segera panggil Tuan Helio."

Kepala Tanna terasa luar biasa pening, begitu juga gejolak memabukkan di perut.

"Apa yang terjadi?" Suara bariton itu mengalihkan perhatian Tanna. Seorang pria berseragam perwira dengan garis rahang tegas muncul di dekatnya. "Apa yang Anda lakukan?" Pria itu menaruh seluruh atensinya kepada Tanna. "Letakkan senjata Anda. Mari bicara baik-baik."

Pandangan Tanna sudah dihiasi kabut. Saat dirinya setuju untuk dibawa ke tempat asing ini, ia sudah siap dengan segala kemungkinan terburuk. Namun siapa sangka Nik memiliki definisi lain perihal neraka? Menjadikannya selir sama saja merendahkan harga diri Tanna sebagai seorang wanita dan gadis bangsawan.

Tanna memejamkan mata, sudah siap melukai diri sendiri, tapi nyatanya Helio bergerak lebih cepat—merebut senjata di tangan Tanna serta mengamankan pergerakan gadis itu.

"Jangan gegabah, Nona. Kaisar tidak akan senang."

Bahkan kini segala tindakan Tanna harus demi kesenanangan pria itu. "Persetan." Lalu gejolak itu semakin terasa jelas. Tanna mendorong tubuh Helio menjauh sementara dirinya bergegas menuju kamar mandi di sisi lain ruangan, memuntahkan seluruh isi perutnya ke dalam kloset.

"Segera panggil dokter."

"Baik, Tuan."

Tanna menyenderkan punggung pada dinding, betul-betul merasa lemas.

"Anda bisa berdiri, Nona?" Helio bergerak mendekat, terlihat khawatir. "Anda keberatan jika saya membawa Anda—"

"Helio." Nikolai, sosok yang sejak awal memenuhi kepala Tanna, muncul di ambang pintu. "Keluar. Biar aku yang mengurusnya."

"Baik, Yang Mulia."

Tanna masih enggan mengangkat wajah, lantas dibuat terpekik saat secara tiba-tiba tubuhnya melayang. "Turunkan aku!"

Nik terlihat tidak peduli, melangkah keluar tanpa kesulitan berarti, mengabaikan tatapan terkejut semua pihak di ruangan itu. Ia membaringkan Tanna di atas kasur. "Jangan melakukan tindakan konyol sampai dokter datang."

On the Land of SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang