Home

350 26 1
                                    

Sohye memandangi bingkai foto yang baru saja ia letakkan di atas laci kamarnya, masih terasa jelas kebahagiaan di hari itu—sudah hampir dua tahun pernikahan mereka berjalan, dan kebahagiaan itu terus bertambah setiap harinya.

Sohye yang sempat termenung pun kembali melanjutkan kegiatannya. Saat ini dirinya sedang sibuk merapikan kamar mereka yang baru saja selesai di renovasi, mereka memutuskan untuk memperbesar kamar mereka—mengingat empat bulan lagi buah hati mereka akan segera lahir.

Itulah salah satu kebahagiaan yang sohye maksud—saat ini dirinya sedang mengandung anak pertama mereka, dan sekarang sudah memasuki bulan ke lima. Tak lama lagi, ia dan wonwoo akan menjadi orang tua, membayangkannya saja sudah membuat hati sohye bahagia.

Pandangannya teralihkan pada sebuah box berukuran sedang dengan tulisan 'Wonwoo' diatasnya, dengan perlahan sohye pun mengambil box itu, berniat merapikan barang milik suaminya itu.

Sohye sempat terdiam saat melihat isi box itu, bagaimana tidak? dirinya mengenali tumpukan surat yang selalu ia kirim untuk wonwoo saat ia sedang kuliah. Disana juga ada beberapa hadiah yang pernah sohye berikan dan ada sebuah album foto.

Sohye memilih untuk melihat isi album foto itu, dan ternyata itu adalah album foto pernikahan wonwoo dengan istri pertamanya.

Mereka pasti saling mencintai, tampak jelas terlihat di raut wajah keduanya. Rasanya sohye masih tidak percaya, kalau pada akhirnya cinta keduanya akan berubah? Apa cintanya dan wonwoo juga akan berubah? Semoga tidak.

"Sedang apa?" Wonwoo masuk dan mengecup puncak kepala sohye.

"Oppa ternyata membaca surat ku? Jahat sekali, oppa tidak mengirimkan satu balasan pun padaku?!" Sohye mengkomplain wonwoo sambil menekuk wajahnya.

Yang ditanya kini malah tersenyum, tidak merasa bersalah "Aigo— jangan cemberut seperti itu, aku jadi semakin ingin mencubit pipi mu yang berisi itu sohye-ah.."

"Ck! Padahal aku sudah menulis surat itu dengan sepenuh hati, berharap oppa membalasnya? Dasar menyebalkan?!"

"Menyebalkan begini, kau tetap sayang kan?" Wonwoo kini duduk di samping sohye kemudian merangkul sohye.

"Lebih baik aku memasak saja, daripada meladeni oppa yang menyebalkan?!"

Sohye sudah siap untuk berdiri sampai tangannya kembali ditarik dan akhirnya ia kembali duduk.

"Dengarkan dulu.. Suami mu mau bicara.."

"Habisnya oppa malah meledek ku?!"

"Maaf ya.. Karena oppa tidak membalas surat mu.. aku sudah berjanji pada sungjin, untuk tidak mengganggu fokus kuliah mu disana, jadi aku terpaksa tidak membalas suratnya.. Lagian kalau aku tidak menahan diriku, bisa-bisa aku sudah menyusul mu kesana dan membawa mu kembali kesini"

"Oppa mengarang cerita ya? Bilang saja yang sejujurnya, lagian aku sudah kebal?!"

"Itu kenyataannya.. Aku bahkan pergi ke bandara saat kau akan berangkat, tapi disana sungjin menahan ku menemui mu.. Jangan salah paham, sungjin ingin aku menunggu mu hingga lulus kuliah, katanya demi masa depan mu.. dan untuk melihat keseriusan ku, apa masih sanggup menunggu mu kembali? Saat itu sungjin tidak percaya kalau aku mencintai mu.."

Kalau sohye ingat kembali—waktu itu nayeon juga pernah bercerita tentang hal ini padanya kan? Tapi malam itu ia tidak jadi menanyakan kebenarannya pada wonwoo. Jadi.. selama ini.. cintanya tidak bertepuk sebelah tangan?

Tapi tunggu dulu.. Sohye kembali berpikir..

"Lalu saat aku kembali, kenapa oppa masih bersikap seperti itu padaku? Oppa masih menolak ku kan?"

"Open Your Heart" [WONWOO-SOHYE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang