Jemari wonpil bergerak dengan lihai memainkan rentetan tuts piano di hadapannya—semenjak kepergian ibunya, ia tidak pernah memainkan piano lagi, tapi hari ini ia terpaksa melakukannya. Tidak ada pilihan lain, hanya ini keahlian yang ia punya dan ini satu-satunya cara untuk mendapatkan uang dan tempat tinggal.
"Woah.. Luar biasa.. Wonpil-ah.. Kau ternyata pandai memainkannya" Jinyoung berdecak kagum, memuji wonpil yang baru saja menyelesaikan satu buah lagu—Siapa yang mengira adik sahabatnya itu memiliki skill bermain piano yang memadai? Baguslah, setidaknya itu sepadan dengan uang dan tempat tinggal yang ia berikan.
Jinyoung memang berencana menambah cabang bisnisnya—rencananya beberapa hari lagi ia akan membuka bar&lounge di daerah itaewon dan gwanghamun, dan kini dengan adanya wonpil ia tidak perlu mencari pianis lagi, lengkap sudah formasi live band musiknya.
Meskipun wonpil bukan saudara kandungnya—ia merasa berkewajiban untuk mengurusnya, bagaimanapun wonpil adalah adik sahabatnya.
"Ku harap.. setelah ini hyung tidak akan menyuruhku untuk pulang ke rumah orang itu lagi?!"
"Ya kim wonpil! Orang itu kan kakak mu?! Yasudah.. pokoknya selama kau bersedia bermain piano, aku akan membayar mu dan membiarkan mu tinggal di apartemen ku yang kosong, bagaimana deal?"
"Deal.."
"Oke.. Kita sepakat" Keduanya pun kemudian berjabat tangan.
Tiba-tiba saja jinyoung teringat perkataan jaewook tempo hari "Wonpil-ah.. Kau—Apa kau dekat dengan sohye?" Jinyoung sedikit penasaran tentang itu.
"Sohye? Kami tidak dekat, hanya kebetulan bertemu beberapa kali saja dengannya.."
"Benarkah? Ku dengar kau mengantarkannya pulang ke rumah?"
"Tentang itu.. Itu.. terjadi begitu saja.."
Jinyoung mengangguk paham—sepertinya wonpil lebih tertutup daripada wonwoo, pria itu tampaknya sulit untuk membuka diri dengan orang lain. Tidak jauh berbeda dengan wonwoo.
"Bagaimana menurut mu sohye? Cantik tidak?"
"Cantik"
Singkat padat dan jelas—lama kelamaan mengobrol dengan wonpil bisa memancing emosinya, pria itu hanya berbicara seperlunya saja. Banyak sekali kesamaannya dengan wonwoo.
"Ya kan? Kurasa wonu sudah tidak waras, menolak sohye.. Hyung mu tidak sadar apa yang sudah ia sia-siakan wonpil-ah.."
Wonpil mengernyitkan dahinya, perlahan sudut bibir pria itu naik sebelah.
"Bukankah bagus begitu? Sangat disayangkan kalau sohye berakhir dengan orang seperti dia?!"
Jinyoung terdiam sesaat—ia tahu hubungan kedua bersaudara itu tidak harmonis, tapi tampaknya wonpil menyimpan kebencian yang mendalam pada wonwoo.
"Wonpil-ah.. aku bicara begini bukan karena hyung mu itu sahabat ku.. Mungkin banyak kesalah pahaman yang terjadi diantara kalian, tapi percaya padaku.. Hyung mu sebenarnya menyayangi mu.. Kau harus belajar memaafkan kesalahannya, ia sudah banyak menderita selama ini"
Wonpil tertawa samar "Bukan hanya ia yang menderita hyung.." Wonpil menekankan setiap kata yang ia ucapkan.
Pembicaraan mereka terinterupsi saat ponsel jinyoung berbunyi—tertera nama 'Nayeonie' ia pun segera menjawab panggilan itu.
"Oppa! Kau tidak lupa kan nanti malam? Awas kalau oppa sampai telat?!"
"Tenang saja.. Oppa tidak akan telat, tempat itu kan tidak jauh dari sini.."

KAMU SEDANG MEMBACA
"Open Your Heart" [WONWOO-SOHYE]
RomanceSohye jatuh cinta pada pria yang salah. Pria itu memiliki perbedaan umur yang jauh dengannya, bahkan sudah pernah menikah dengan orang lain, pria itu juga selalu bersikap dingin padanya. Cerita ini tentang sohye yang berusaha membuka pintu hati wonw...