20. Mencari Jawaban

316 45 1
                                    

Maura mulai masuk sekolah menggunakan tongkat bantuan, Dwi dan Joshua membantu Maura masuk ke dalam kelas. Maura hanya duduk terdiam dan membayangkan seandainya Rafli masih hidup, dia membayangkan Rafli yang akan membantunya dan memperhatikannya, Maura sangat merindukan Rafli.

"Ra.." panggil Dwi lembut lalu memegang pundak Maura.

Maura menunduk lalu menangis, dia sangat merindukan Rafli. Dwi langsung memeluk sahabatnya dan menenangkannya, Dwi merasa sangat kasian dengan Maura dan dia juga merasa sangat sedih karena Rafli meninggalkan mereka.

Mereka bertiga berkumpul di ruang aula setelah membeli jajanan dari kantin, mereka sangat tidak berselera menongkrong lama-lama di kantin karena kantin memiliki banyak cerita untuk mereka. Mereka menikmati makanan mereka sambil mengobrol, namun ditengah-tengah obrolan tiba-tiba Maura teringat sesuatu.

Maura menceritakan tentang kejadian semalam mulai dari awal sampai akhir secata detail, mereka sedikit tidak percaya dengan cerita yang diceritakan oleh Maura dan beranggapan kalau Maura hanya bermimpi.

"Gua yakin itu benar Joe! Dwi!" kata Maura yang membantah pemikiran teman-temannya.

"Mana ada kejadian itu di sekolah kita sih!? udah ya Ra, cukup!" kata Joshua yang sangat tidak percaya dengan Maura.

"Gua bakal buktiin kalau itu memang kunci buat nyelesain permainan ini," kata Maura kasar lalu dia berdiri dan pergi meninggalkan mereka.

"Ra." Panggil Joshua menghentikan langkah Maura.

"Gua nggak mau ada yang meninggal lagi Ra jadi stop buat ngelakuin hal-hal yang bakal merugikan kita, kita udah kehilangan teman-teman kita Ra! nggak hanya itu, yang lain juga banyak yang kehilangan nyawanya." lanjut Joshua memperingati Maura dan Maura langsung pergi tanpa mengatakan apapun.

Maura berjalan menuju kelasnya namun dia tiba-tiba berhenti dan mengganti rutenya menjadi ke ruang kepala sekolah, Maura sangat kenal dengan kepala sekolahnya karena kepala sekolah dia adalah teman dekat ayahnya.

Tok tok tok!

Maura sedikit membuka pintu dan menongolkan kepalanya "permisi pak," kata Maura dengan nada yang sopan.

"Oh, Maura, ada apa Ra?" tanya Pak Arif selaku kepala sekolah.

"Pak Arif, saya boleh liat data alumni di tahun 2012 nggak? saya mau membuat artikel review mereka tentang sekolah ini serta memberikan tips kepada kita yang masih sekolah untuk masuk PTN dan lainnya," kata Maura berbohong.

"2012? Mereka kan udah lulus kuliah karena udah 5 tahun lebih, tapi saya coba cari di arsip sekolah ya," kata pak Arif dan dia langsung pergi keruang berkas.

Maura duduk menunggu pak Arif sambil melihat-lihat sekitar, mata Maura langsung terpaku pada foto laki-laki berkulit putih memakai jas dan di foto itu dia berdonasi untuk sekolah di tahun 2015. Maura merasa tidak asing dengan wajah orang itu, dia langsung memotret foto bingkai yang tergantung di dinding. Setelah cukup lama menunggu, pak Arif datang membawa beberapa berkas.

"Kamu bukannya masuk kelas aja kok malah bolos sih," omel pak Arif dan Maura hanya nyengir seperti kuda.

Maura menerima salinan berkas dari pak Arif dan langsung pamit. saat Maura ingin membuka pintu, dia menghentikan pergerakannya lalu melihat kearah pak Arif dan bertanya "pak, kebakaran di sekolah pada tahun 2012.." Maura berhenti karena melihat raut wajah pak Arif yang mendadak berubah menjadi dingin "emang pernah ada ya?" tanya Maura berpura-pura tidak tahu.

"Entah, saya juga baru tahu dari kamu," jawab pak Arif namun terlihat seperti menyembunyikan sesuatu.

Maura pamit lagi dan keluar dari ruangan kepala sekolah. Maura terus berpikir di sepanjang jalan menuju kelas, dia sangat yakin kalau ada sesuatu yang disembunyikan oleh pak Arif dan Maura bertekad dia akan mencari tahu apa yang sudah disembunyikan oleh pak Arif.

Death School [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang