11. Rafli Anggara

1.8K 179 7
                                    

Maura tiba-tiba ganggu gua yang lagi main game di laptop, dia telpon gua dan meminta izin untuk meminjam papan ouija, gua bingung mau di apakan sama dia, gua juga ragu-ragu untuk meminjamkan kepada Maura karena dia orang yang nekat, gua takut dia nekat pergi ke halaman belakang Sekolah dan bermain ouija sendirian. Maura datang, menunggu gua di ruang tamu, dia terlihat seperti sedang terburu-buru.

Gua curiga sekaligus penasaran dengan Maura, gua bingung untuk apa dia membutuhkan papan ouija itu, gua memutuskan untuk mengintai dan mengikuti Maura saat nanti dia keluar dari Rumah.

Gua terus mengintip di balik gorden jendela rumah, gua terus menunggu Maura keluar dari Rumah, gua sampai nggak mandi karena masih sibuk mengintai Maura. Mama sempat marah-marah karena gerak-gerik gua yang sangat mencurigakan Mama, gua terus gelisah menunggu Maura, gua terus menatap arah jam dinding dan juga ke arah rumah Maura di balik jendela rumah.

Kini Maura telah keluar dari Rumahnya saat pukul 20:00, gua bergegas untuk mengikuti Maura dengan motor, gua matikan lampu motor supaya tidak menimbulkan rasa curiga Maura, gua semakin penasaran saat dia sampai di Sekolah, kecurigaan gua ternyata benar bahwa Maura akan bermain ouija di halaman belakang Sekolah. Maura pergi makan nasi goreng hingga pukul 22:25, setelah itu dia langsung masuk kedalam Sekolah yang kebetulan tidak ada pak satpam disana dan pagar juga tidak di kunci, Gua gak berani masuk kedalam, jadi gua memutuskan untuk menunggu tempat nasi goreng. Nikmatnya nasi goreng tidak membuat gua menjadi tenang, justru gua semakin khawatir dengan Maura, namun gua berusaha untuk tetap sabar menanti Maura.

Maura belum juga keluar dari Sekolah hingga pukul 23:30, gua khawatir banget sama dia, tapi gua juga takut untuk masuk ke dalam, namun pada akhirnya gua memutuskan untuk pergi ke dalam Sekolah dan membuang semua rasa takut gua. Saat gua masuk ke dalam dan sudah sampai di depan gedung Sekolah, tiba-tiba ada yang menabrak gua dan ternyata itu adalah Maura, dia sangat panik, takut, dan juga syok. Wajah Maura sangat pucat, degup jantungnya sangat kencang hingga terdengar, tubuhnya gemetar, dan keringat dingin yang bercucuran. Gua semakin tidak mengerti dengan kejadian yang di alami Maura, gua melangkahkan kaki menuju gedung Sekolah, namun Maura memegang tangan gua dan membuat gua berhenti, gua langsung mengajak Maura keluar dari Sekolah. Gua ajak aja Maura ke tempat sate kang Asep di dekat Rumah Dwi.

Maura menceritakan semua kejadian awal yang terjadi, antara percaya dan tidak percaya karena kejadian itu juga tidak mungkin masuk akal, tapi mungkin Maura cerita Maura ada benarnya, gua terus berusaha membuat dia tenang, gua nggak tega dengan keadaan dia saat ini, baru kali ini gua liat Maura ketakutan seperti ini, gua mulai mengerti bahwa kejadian yang di alami oleh Maura sama seperti yang di alami almarhum Bagas.

Rumit, itulah yang pertama kali di pikiran gua, bagaimana mungkin setan ada di kehidupan ini? Setan hanya sebuah ilusi, namun kenapa disini benar-benar terjadi?

Setelah memakan sate, gua langsung bayar semua sate yang di makan sama gua dan Maura (biar keliatan gitu kalau kantong gua ini gak kosong walaupun tipis), gua langsung membututi Maura dari belakang menuju Rumahnya. Dia tampak murung, tidak memiliki semangat apapun, Maura langsung mengembalikan papan ouija punya gua dan kemudian dia memasukkan motornya dan masuk ke dalam Rumah.

Gua merasa bersalah karena saat di Sekolah gua malah mengikuti rasa takut gua, gua merasa seperti seorang pengecut, gua nggak bisa melindungi sahabat gua sendiri yang sudah gua anggap sebagai keluarga.

Gua langsung kembalikan papan itu di meja cermin punya kak Egy. Saat gua melihat ke arah cermin, gua seperti melihat kak Egy berdiri di belakang gua, terlihat kekecewaan di wajahnya,  spontan gua langsung menoleh ke belakang namun tidak ada siapapun disana, gua lihat lagi ke arah cermin dan tiba-tiba kakak gua ada di depan muka gua, gua langsung terjatuh karen kaget dengan kehadiran kakak, gua langsung bangun dan keluar dari kamar kak Egy. Wajah kak Egy benar-benar beda dengan biasanya, wajahnya sangat pucat dan juga seram, gua masih ketakutan karena melihat arwah kakak gua sendiri, Mama sudah tidur, hanya gua yang tengah malam seperti ini malah matanya masih terjaga, gua akhirnya memutuskan tidur di ruang tamu karena takut kak Egy datang ke kamar gua dan membunuh gua.

Gua menjadi takut dengan kak Egy, wajah semasa hidupnya berbeda dengan sekarang, kak Egy sepertinya memendam rasa kecewa dengan gua namun gua nggak ngerti dia kecewa sama gua karena apa?

Gua langsung tertidur pulas di sofa ruang tamu, lebih baik gua tidur di sofa daripada di kamar, di ruang tamu gua bisa teriak sekencangnya, sedangkan di kamar? Duh udah nggak bisa di bayangin.


_________________________________________

PENASARAN DENGAN PART SELANJUTNYA?

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA 'DEATH SCHOOL'

TERUS BACA 'DEATH SCHOOL' DAN JANGAN LUPA UNTUK VOTE, SHARE, DAN TINGGALKAN JEJAK DI READING LIST.

JIKA ADA YANG PERLU DI KOMEN, SILAHKAN BERKOMENTAR KARENA ITU SANGAT BERGUNA UNTUK SAYA.

JIKA KALIAN INGIN MEMPRAKTEKKAN PERMAINAN INI SILAHKAN, TAPI SEGALA SESUATU YANG TERJADI DENGAN KALIAN, SAYA TIDAK BERTANGGUNG JAWAB!

NB: STORY INI HANYA DIBUAT OLEH @SYFTRI2001! DILARANG MENYALIN STORY INI! STORY INI SUDAH DILINDUNGI OLEH HAK CIPTA!

Terima kasih.

Salam,

Desi Syafitri

Death School [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang