12. Gegabah

1.8K 167 6
                                    

Saat di sekolah, sekarang sedang pelajarannya bu Idah, Maura izin ke toilet karena dia ingin buang air kecil. Saat dia masuk ke dalam kamar mandi, dia menemukan planchette di depan pintu toilet, dia langsung mengambil planchette itu dan melihatnya dari lobang tersebut.

*****

Rafli berlari dengan cepat menaiki tangga, dia sangat panik, semua orang juga berada di luar dengan panik dan juga ketakutan. Sesekali Rafli terjatuh karena terlalu cepat menaiki anak tangga dan membuatnya terpeleset.

Setelah beberapa lama, akhirnya dia sampai di atap sekolah, dia langsung menghampiri Maura yang hendak melompat dari atap sekolah, Rafli langsung menariknya dan seketika Maura tersadar.

"Lo ngapain mau lompat Ra!" bentak Rafli yang masik panik.

Maura terkejut karena dia tiba-tiba berada di atap sekolah, tak bisa dipercaya karena awalnya dia berada di depan pintu kamar mandi dan tiba-tiba dia berada di atap sekolah. Rafli langsung membawa Maura turun dari sana, tak lama kemudian sekolah menjadi rusuh kembali karena kesurupan massal kini terjadi kembali dengan jumlah korban yang bertambah banyak.

Mereka berempat langsung pergi mencari tempat aman, mereka memutuskan untuk pergi ke kelasnya Maura karena disana lebih aman daripada di tempat lainnya. Joshua menutup pintu dan menggaanjalnya dengan meja, mereka berempat duduk berhadapan, Maura hanya menunduk tak berani menatap teman-temannya.

"Lo gila Ra! Lo kenapa nekad sih! Kenapa lo nekad main ouija sendirian! Dasar goblok! Sekarang keadaannya semakin parah Ra!" bentak Joshua dengan amarah yang menggebu-gebu. Kita main bersama-sama aja udah kacau, lah ini lo malah main sendirian, mau jadi sok jagoan lo! Kalo punya otak di pakai Ra! Egois lo! Ngambil keputusan sendiri!" lanjutnya kembali.

"Maksud lo apa bilang gitu ke Maura? Ngapain lo pakai bawa-bawa otak segala? Lo udah pintar? Halah! Lo gak akan naik kelas kalau orang tua lo nggak nyogok guru lo," kata Rafli tajam.

"Gak usah ikut campur lo," kata Joshua sambil mendorong bahu Rafli.

"Gak usah nyolot," jawab Rafli membalas dorongan Joshua.

Mereka berdua saling berdekatan dan sepertinya ingin berantem,mereka saling memandang dengan tajam dan siap menghajar satu sama lainnya.

"Udah stop! Kalau kalian kayak gini terus, kapan semuanya selesai?" bentak Dwi sebagai penengah.

Mereka langsung diam dan kembali ke tempat duduk mereka.

"Sekarang kita harus cari jalan keluarnya, nih jangan sampai menjadi lebih kacau lagi," kata Dwi.

"Lo tanya aja sama sok pintar itu," sindir Joshua sambil melirik kearah Maura.

Maura merasa bersalah karena semua ini adalah kesalahannya, dia telah bertindak gegabah dan membuat semua menjadi lebih kacau. Banyak murid dan guru yang kesurupan di luar sana, mereka tidak sanggup melihat kejadian itu dan memilih bersembunyi di dalam kelas, jeritan ketakutan bertebaran dimana-mana, orang yang tertawa aneh pun terdengar dimana-mana, mereka merasa bersalah karena ulah mereka semua menjadi seperti ini.

Mereka membuka pintu secara perlahan, mereka masih kesurupan dan hampir 1 sekolah mengalaminya, beberapa siswa pingsan di sekitar sekolah, mereka merinding melihat kejadian yang begitu di luar logika mereka, mereka berjalan perlahan sambil melirik kanan dan kiri, mereka berjalan menuju parkiran sekolah, setelah sampai di parkiran sekolah, mereka langsung mengambil kendaraan mereka dan berniat untuk pergi ke kafe untuk menenangkan pikiran mereka. Di sepanjang jalan, Maura menangis, dia masih merasa bersalah karena tingkahnya, Rafli tahu jika Maura saat ini memang sedang menangis, namun Rafli mengabaikannya karena dia ingin Maura untuk berpikir sendiri.

Mereka telah sampai di kafe, mereka langsung mencari tempat duduk dan memesan minuman. Sikap Joshua kepada Maura masih tidak ramah, dia masih kesal dengan tindakan Maura.

"Lo udah nanya belum sama kak Ardi?" tanya Rafli kepada Maura memecahkan keheningan di antara mereka semua.

"Belum," jawab Maura dengan singkat.

"Kenapa?" tanya Dwi.

"Gua takut dengan respon kak Ardi nanti," jawab Maura dengan nada pelan.

"Ra, kalau lo nggak nanya terus gimana semua ini bisa berakhir? Hanya kakak lo lah yang bisa menjadi kunci dari semua permasalahan ini, kakak lo paling gak suka dengan yang namanya ouija, dia akan marah besar kalau ada yang menyebutkan kata-kata itu, kakak lo jadi begitu semenjak kematian almarhum kakak gua yaitu kak Egy, jadi kemungkinan kakak lo tau lah tentang masalah ini," kata Rafli dengan nada sedikit tinggi.

"Gua nggak berani Raf, gua takut sama kakak gua," jawab Maura yang masih kekeh untuk tidak bertanya kepada kak Ardi.

"Haha, udah ketahuan banget kan kalau dia itu egois," kata Joshua dengan ketawa sinisnya.

Brakk..

"Lo kenapa sih nyari gara-gara terus sama gua? Udah di cuekin masih aja nyari ribut," kata Maura sambil menggebrak meja dan membuat mereka semua terpanjat lalu mengangkat jari telunjuknya dihadapan wajah Joshua.

Mereka kaget dengan emosi Maura yang seperti ini, mereka tidak menyangka bahwa dia akan mengeluarkan emosinya di tempat umum. Seluruh pengunjung kafe menatap mereka, Maura menyadari hal itu langsung duduk kembali.

"Bisa gak jangan pada ribut? Gak malu di lihatin banyak orang?" kata Rafli menceramahi mereka dengan nada pelan.

"Ok, nnti gua tanya sama kak Ardi, puas lo semua sekarang?" kata Maura dengan ketus.

"Kalo gak ikhlas mending gak usah," ceplos Joshua menatap kearah lain.

"Banyak bacot lo, bisa diam gak!" kata Maura dengan nada tinggi.

"Udah stop! Ra, ayo kita pulang," kata Rafli dengan tegas menghentikan perdebatan mereka.

Rafli langsung memegang tangan Maura dan mengajaknya untuk pulang, Dwi menatap Joshua dengan tatapan kecewa dan kemudian dia keluar dari kafe.

_________________________________________

PENASARAN DENGAN PART SELANJUTNYA?

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA 'DEATH SCHOOL'

TERUS BACA 'DEATH SCHOOL' DAN JANGAN LUPA UNTUK VOTE, SHARE, DAN TINGGALKAN JEJAK DI READING LIST.

JIKA ADA YANG PERLU DI KOMEN, SILAHKAN BERKOMENTAR KARENA ITU SANGAT BERGUNA UNTUK SAYA.

JIKA KALIAN INGIN MEMPRAKTEKKAN PERMAINAN INI SILAHKAN, TAPI SEGALA SESUATU YANG TERJADI DENGAN KALIAN, SAYA TIDAK BERTANGGUNG JAWAB!

NB: STORY INI HANYA DIBUAT OLEH @SYFTRI2001! DILARANG MENYALIN STORY INI! STORY INI SUDAH DILINDUNGI OLEH HAK CIPTA!

Terima kasih.

Salam,

Desi Syafitri

Death School [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang