5. Kesurupan Massal

2.6K 249 30
                                    

Kini adalah waktu pembelajaran dimulai, hari ini adalah pelajaran ekonomi yaitu pelajarannya pak Setyadi, saat pak Setyadi menerangkan materi, tiba-tiba terdengar teriakan dari luar kelas. Maura dan teman-temannya yang berada di dalam kelas merasa bingung dengan apa yang terjadi.

"Ada apa itu di luar?" tanya pak Setyadi.

"Gak tau pak, kan kita dari tadi di dalam kelas pak." jawab Julian.

"TOLONG!! BU INA MENINGGAL!!" teriak orang dari luar sambil berteriak.

Mereka semua saling memandang dan kemudian pergi ke luar untuk memastikannya. Mereka semua berlari ke arah kamar mandi perempuan, dan benar saja mayat bu Ina berada di kamar mandi dengan keadaan kepala yang terjepit di pintu kamar mandi. Saat salah satu guru berusaha menyelamatkan bu Ina dengan cara membuka pintu kamar mandinya, justru kepalanya terputus dan tubuhnya langsung tergeletak di lantai.

Air bercampur dengan darah, suasana sangat mengerikan. Beberapa saat kemudian, sejumlah murid berteriak dan saling mencakar. Dan ternyata telah terjadi kesurupan massal, kesurupan massal ini tidak hanya melibatkan para murid tapi juga beberapa guru-guru yang ada disana, sekitar 35 siswa dan 5 guru yang mengalami kesurupan massal, murid-murid lainnya merasa panik dan juga ketakutan.

Maura dan teman-temannya lari menuju kelas.

"Tutup pintunya!" perintah Maura kepada Bagas.

Bagas langsung menutup pintunya dengan cepat.

"Gila! Kesurupan massal!" ujar Dwi sambil mengatur pernapasannya.

"Kenapa sekolah jadi kayak gini sih?" tanya Joshua.

"Apa mungkin kejadian ini gara-gara kita?" ujar Bagas.

"Maksud lo?" tanya Rafli sambil mengkerutkan keningnya.

"Ya.. inget kan kalau kita main permainan ouija di sekolah? Tadi pagi mang Ardi ditemukan tewas dalam keadaan tubuh yang hancur, waktu kejadian di perkirakan semalam, dan sekarang bu Ina di temukan tewas di kamar mandi dengan cara yang gak wajar, tiba-tiba kesurupan massal, bisa jadi aja kan arwah Aldo balas dendam karena siswa-siswa disini udah bully dia dan membuat dia jadi tewas? Lagian juga nih ya, kata lo itu kan kalau kita sudah selesai dalam permainan maka kita harus menutup permainan dengan cara mengarahkan planchette ketulisan good bye lalu mengucapkan 'terima kasih dan semoga kalian tenang di alam sana' dan sedangkan kita sama sekali belum menutup permainan itu ya kan?" jawab Bagas dengan panjang lebar.

"Iya juga sih.." jawab Rafli sedikit gelisah.

"Duh... udah ya jangan berpikiran yang macam-macam dulu, mungkin aja kan bu Ina itu dia pata hati kemudian bunuh diri, dan yang kesurupan massal ini siapa tau aja pada terlalu berhalusinasi dan kondisi fisik mereka juga lagi lemah makanya mereka jadi begitu." ujar Joshua tampak tak begitu peduli dengan keadaan.

"Terus mang Andri itu kenapa? Patah hati juga gitu? Lo gak ingat kalau kemaren itu kita.."

"Sstt... bisa pada diem gak sih? Nanti kalau ada yang dengar gimana?" ujar Maura memotong ucapan Rafli.

"Udah deh ya, mending sekarang kita keluar aja deh, daripada disini, malah jadi panas." sambungnya kembali.

Mereka semua keluar dari kelas dan berusaha untuk bersikap seperti biasanya, tanpa sengaja mereka mendengar percakapan dari guru-guru yang sedang lewat, percakapan guru-guru itu sangat mengejutkan mereka.

"Yang meninggal ada berapa, Bu?"

"Sekitar 10 orang siswa dan juga 2 orang guru."

"Yang kesurupan?"

"Duh ada banyak, Bu."

"Kenapa ini terulang lagi ya, Bu?"

"Duh saya juga bingung."

Begitulah percakapan dari guru-guru, mereka terdiam sejenak lalu saling memandang, mereka sedikit tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar.

"Itu semua bohong kan?" tanya Dwi yang mulai sedikit takut.

"I don't know." jawab Joshua sedikit syok.

"Itu yang 10 orang siswa dan 2 orang guru yang meninggal karena apa, Jos? Patah hati juga gitu?" sindir Rafli dengan sinis.

"Ngomong langsung jangan main sindir-sindiran! Dasar banci!" jawab Joshua yang mulai emosi.

"Lo yang banci, Nyet!" jawab Rafli dengan nada tinggi.

"Lo pada bisa diem gak?!" ujar Maura dengan nada tinggi.

Kemudian Maura pergi meninggalkan Joshua dan juga Rafli, Dwi dan Bagas pergi bersama Maura. Mereka terus berjalan sambil melihat orang-orang yang kesurupan dan juga beberapa orang yang pingsan, beberapa orang juga mengalami luka-luka cakaran yang cukup dalam. Semua yang telah di lihatnya serasa seperti mimpi buruk, mereka tak menyangka jika hal ini benar-benar terjadi.

Saat mereka pergi melewati lorong, tiba-tiba seseorang memegangi tangannya dan membuat pergerakannya menjadi terhenti, dan ternyata itu adalah mang Ujang.

"Mang, lepasin tangan saya." jawab Maura dengan nada sedikit takut.

"Kalian harus mengakhiri semua ini, kalian telah mengundang kematian dan membuat sekolah ini menjadi sekolah kematian kembali. Jangan sampai kesalahan yang lalu terulang kembali, kalian harus bertanggung jawab tentang hal ini." ujar mang Ujang dengan nada serius.

Kamudian Maura menghempaskan tangan mang Ujang dengan paksa, teman-temannya hanya terdiam dan mencerna apa yang telah dikatakan oleh mang Ujang. Saat mereka melangkah, mereka merasakan sedikit ada keganjalan dan kemudian mereka langsung melirik ke arah belakang, namun ternyata tidak ada mang Ujang disana.

"By the way.. bukannya mang Ujang udah meninggal ya gara-gara sakit jantung?" tanya Maura yang mulai ketakutan.

"Iya, Ra." jawab Bagas.

"Terus siapa yang megang tangan gua tadi?" tanya Maura semakin ketakutan.


_________________________________________

PENASARAN DENGAN PART SELANJUTNYA?

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA 'DEATH SCHOOL'

TERUS BACA 'DEATH SCHOOL' DAN JANGAN LUPA UNTUK VOTE, SHARE, DAN TINGGALKAN JEJAK DI READING LIST.

JIKA ADA YANG PERLU DI KOMEN, SILAHKAN BERKOMENTAR KARENA ITU SANGAT BERGUNA UNTUK SAYA.

JIKA KALIAN INGIN MEMPRAKTEKKAN PERMAINAN INI SILAHKAN, TAPI SEGALA SESUATU YANG TERJADI DENGAN KALIAN, SAYA TIDAK BERTANGGUNG JAWAB!

NB: STORY INI HANYA DIBUAT OLEH @SYFTRI2001! DILARANG MENYALIN STORY INI! STORY INI SUDAH DILINDUNGI OLEH HAK CIPTA!

Terima kasih.

Salam,

Desi Syafitri

Death School [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang