17. Rumah Sakit

1.3K 133 5
                                    

Laki-laki, tinggi, putih, tubuhnya kurus, orang itu lah yang saat ini Dwi kejar. Entah siapa dia, tapi orang itu sejak tadi memperhatikan dia dan teman-temannya di kamar Joshua. Dia masuk kedalam ruangan itu tanpa ragu. Saat berada di dalam, ruangan tersebut memiliki penerangan yang redup, pintu terbanting menutup jalan masuk keluarnya ruangan itu, Dwi berusaha keras untuk membuka pintunya namun terkunci dari luar.

Dwi terus berteriak meminta tolong berharap bahwa ada orang yang diluar mendengarkan suaranya. Namun cukup lama dia berteriak tidak ada respon dari orang yang berada di luar.

Dia melangkahkan kakinya melihat isi ruangan itu, Dwi terkejut saat dia menyadari bahwa saat ini dia berada di kamar mayat, Dwi langsung menggedor-gedor pintu kembali sambil berteriak ketakutan, namun tetap saja tidak ada yang mendengarkan teriakannya.

Sebuah tangan memegang pundaknya lalu memegang lehernya, kemudian tangan itu menyentuh pipinya. Tangan itu kemudian mencekik leher Dwi dengan kencang membuatnya semakin ketakutan. Semakin lama dirinya semakin ketakutan, dia terus menangis sambil menggedor-gedor pintu itu.

Kukunya panjang, tangannya dingin, masih memegangi lehernya, kemudian kepala dari pemilik tangan itu mendekati dirinya dan berbisik kepadanya "kalian harus mati," napasnya semakin sesak, dia semakin gemetar dan terus berusaha membuka pintunya.

Seseorang membuka pintunya dan membuat Dwi sedikit ketakutan. Orang itu langsung menghampiri Dwi dan bertanya apa yang sedang dilakukannya di kamar mayat itu, namun belum sempat dia menjawab justru dia langsung pingsan, orang itu pun langsung membawanya untuk mendapatkan perawatan medis.

*****

Maura membuka matanya dan dia baru menyadari bahwa saat ini dirinya tidur di rumah sakit. Dia memegangi kepalanya yang terasa sakit lalu berusaha untuk mengambil posisi duduk. Kini tangan kanannya memakai sebuah perban dan kakinya sulit untuk di gerakkan.

Dia melihat Dwi berada di dalam ruangannya, dia duduk diam seperti orang ketakutan, dia terus memperhatikannya dan memastikan bahwa orang yang dia lihat saat ini memang Dwi yang asli bukan Dwi samaran.

"Wi," panggil Maura lembut.

Dwi menoleh ke arah Maura, matanya bengkak sepertinya habis menangis. Dia langsung menghampiri Maura dan menceritakan semuanya. Maura terkejut saat mendengarkan cerita dari Dwi.

"Pas gua bangun, orang-orang yang diluar itu pada teriak 'tolong! Tolong! Ada yang mau jatuh dari gedung atas!' Eh pas gua keluar dan gua lihat lo lagi dibawa sama perawat dan kondisi lo banyak darah yang keluar Ra, gua panik dan nemenin lo disini deh, untungnya aja luka lo nggak parah banget, hanya patah di tulang tangan dan kaki, terus pendarahan juga dibagian kepala, tangan, kaki, dan punggung," kata Dwi menjelaskan kepada Maura.

"Gua udah baik-baik aja, ayo kita ke Joshua," kata Maura namun Dwi melarangnya.

Maura terus memaksa hingga Dwi sendiri pun terpaksa untuk mengalah, Dwi membawa maura dengan kursi roda dan membawanya ke ruangan Joshua.

Saat ini Joshua masih berbaring di atas tempat tidurnya, dia tersadar saat melihat Maura duduk di kursi roda.

"Kok bisa?" tanya Joshua sedikit cemas.

"Nggak ada apa-apa kok," jawab Maura santai.

"Jangan bohong, ayo cerita," paksa Joshua.

Maura diam sejenak mengingat kejadian yang baru saja dia alami, dia langsung menceritakan kejadiannya kepada teman-temannya, mereka berdua tersentak saat Maura memberitahukan tentang tulisan yang ada di jendela tadi, mereka semua bersama-sama membuat asumsi untuk memecahkan inti dari semua ini.

"Kalo tau kayak gini, gua nggak mau deh ikut-ikutan permainan itu," kata Joshua menyesal.

"Berani berbuat ya berani bertanggung jawab Joe," kata Dwi.

"Ya mau tanggung jawab gimana? Ngasih nyawa kita gitu? Gua nggak mau, lebih baik gua tanggung jawab gara-gara hamilin anak orang daripada harus tanggung jawab gara-gara kayak gini," oceh Joshua.

"Kalau lo ngomong terus ya nggak akan ngasih jalan keluarnya lah," kata Dwi.

"Eh, kalau kalian ribut terus ya nggak akan kelar lah," kata Maura menghentikan perdebatan dua sejoli itu.

"Malam ini keluarga gua pada kesini buat jagain gua dan kak Aryo," kata Joshua memberitahukan kepada teman-temannya.

"Kak Aryo keadaannya sekarang gimana?" tanya Maura.

"Masih belum siuman," kata Joshua pasrah.

"Yaudah gua sama Dwi pulang kalau keluarga lo udah datang ya," kata Maura.

"Iya terserah kalian aja," jawab Joshua.

Mereka berbincang-bincang mengenai banyak hal hingga keluarga Joshua datang ke rumah sakit, Maura dan Dwi pamit pulang dengan Joshua dan juga keluarganya, tak lupa mereka memberikan salam untuk kak Aryo dan memberi ucapan lekas sembuh kepada keluarganya.

Segala biaya administrasi sudah diurus oleh Maura. Mereka pulang ke rumah mereka masing-masing, mama Maura kaget saat melihat Maura duduk di kursi roda, dia berbohong dan mengakatakan bahwa dia habis di serempet oleh mobil.

Mama Maura langsung mengantarkan Maura kekamarnya namun dia menolak dan meminta untuk tidur di kamar mamanya, mamanya menyetujuinya karena kebetulan Papahnya sedang pergi keluar kota. Dia berharap bahwa kali ini tidak ada lagi gangguan yang mengganggu dirinya saat dia bersama mamanya.

_________________________________________

PENASARAN DENGAN PART SELANJUTNYA?

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA 'DEATH SCHOOL'

TERUS BACA 'DEATH SCHOOL' DAN JANGAN LUPA UNTUK VOTE, SHARE, DAN TINGGALKAN JEJAK DI READING LIST.

JIKA ADA YANG PERLU DI KOMEN, SILAHKAN BERKOMENTAR KARENA ITU SANGAT BERGUNA UNTUK SAYA.

JIKA KALIAN INGIN MEMPRAKTEKKAN PERMAINAN INI SILAHKAN, TAPI SEGALA SESUATU YANG TERJADI DENGAN KALIAN, SAYA TIDAK BERTANGGUNG JAWAB!

NB: STORY INI HANYA DIBUAT OLEH @SYFTRI2001! DILARANG MENYALIN STORY INI! STORY INI SUDAH DILINDUNGI OLEH HAK CIPTA!

Terima kasih.

Salam,

Desi Syafitri

Death School [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang