Maura Hidayanti, Maura panggilan akrabnya, dia sekolah di SMA Priwira Jaya dan kelas 11 IPS 5, dia dan juga teman-temannya sama sekali tidak percaya dengan namanya makhluk halus, mereka juga sama sekali tidak percaya dengan arwah siswa yang pernah bunuh diri di belakang sekolah itu.
Kejadian bunuh diri itu telah terjadi 3 bulan yang lalu penyebab kematiannya adalah karena dia merasa tertekan menjadi anak bullying. Siswa tersebut bernama Aldo Revaldi, dia di bully karena dia anak yang paling cupu di sekolah tersebut. Meskipun rumor itu telah tersebar dan di percayai oleh para penghuni di Sekolah, kecuali mereka, mereka sama sekali tidak percaya dengan hal-hal seperti itu.
*****
Pagi yang cerah namun tak secerah pelajaran hari ini, sebenarnya hari ini sih biasa aja, tapi tugas yang diberikan minggu lalu sungguh luar biasa sampai- sampai Maura mengerjakannya hingga jam 03.00 dini hari.
"Ra, istirahat ke kantin yuk." ajak Dwi yang baru saja tiba di kelas.
"Jam pelajaran aja belum mulai, dan lo udah ngomongin jam istirahat? Ngigau yah lo?" jawab Maura dengan jutek.
"Ya..kan maksud gua nanti, Ra." jawab Dwi dengan santai.
"Woy...pagi-pagi malah debat, ngopi dong." ujar Joshua sambil tertawa.
"Yuk ngopi, gua laper." jawab Maura dengan santai.
"Kalo ngopi itu biar gak ngantuk bukannya malah biar gak lapar." jawab Joshua dengan jutek.
"Terserah gua lah." jawab Maura.
"Eh.. kalo kalian terus kayak gini kapan kita ngopinya?" ujar Dwi dengan jutek.
"Yaudah ayo." jawab Maura dengan santai.
Lalu mereka pergi menuju kantin dan mereka membeli kopi kesukaan mereka.
"Lo tau kan tentang kematian yang dulu ada di sekolah ini?" ujar Dwi dengan sedikit serius.
"Kematiannya siapa? Si Aldo? Anak bullying itu?" tanya Maura.
"Iya, banyak yang bilang kalo arwahnya dia itu tiap malam bergentayangan di sekolah ini." jawab Dwi dengan wajah sedikit serius.
"Ngapain?" tanya Bagas.
"Jualan kebab kali," jawab Maura sambil tertawa.
"Ih.. Gua lagi serius malah pada bercanda." jawab Dwi mulai kesal.
"Ya terus? Emang kenapa? Lo percaya gitu?" jawab Maura dengan cuek.
"Nggak sih... tapi... menurut gua ya, munggkin aja itu semua emang beneran kan.." jawab Dwi dengan pelan.
Maura menatap Dwi dan langsung memegangi dahi Dwi.
"Nggak panas, tapi kok sakit gini ya?" ujar Maura kemudian tertawa
"Gua lagi gak mau bercanda." jawab Dwi yang mulai kesal.
"Ya terus? Kita juga harus percaya juga gitu sama yang kayak gituan. Kita tuh gak percaya ya kalo itu semua emang ada." jawab Joshua dengan santai.
"Perlu bukti?" tanya Rafli menawarkan kepada teman-temannya.
"Hah?" jawab Maura sambil mengkerutkan keningnya.
"Lo tau kan permainan Ouija? Kalo disini emang beneran ada setan, coba aja kita tes." jawab Rafli dengan wajah serius.
"Gua gak mau ikut-ikutan ah main kayak gitu." jawab Maura dengan santai.
"Kenapa? Lo takut?" ejek Bagas.
"Di kamus gua gak ada kata-kata takut sama hal kayak gini kecuali sama Allah." jawab Maura dengan santai.
"Halah! Alesan." jawab Bagas dengan remeh.
"Emang gak ada permainan yang lain gitu?" ujar Dwi.
"Jailangkung? Yaelah.. bosen gua, kan ouija belum pernah di mainin kan? Lagi juga unik tuh permainan, besok jam 00.00 kita ke sekolah, gua punya papan ouija bekas almarhum Kak Egy, pokoknya harus main semua." jawab Rafli.
"Kakak lo emang punya?" tanya Joshua.
"Iyalah, kakak gua punya tuh ouija, gak kayak lo punyanya barbie." jawab Rafli sambil tertawa.
"Gua cowo, masa iya barbie." jawab Joshua sedikit kesal.
"Lah? Kemaren itu tempat makan gambarnya barbie." jawab Bagas sambil tertawa.
"Punya Adek gua, Mama gua tuh salah tempat makan." jawab Joshua semakin jengkel.
"Oh..punya adek ya jadi salah tempat makan." jawab Rafli mengiyakan ucapan Joshua.
"Bodo ah jadi kesel nih gua." jawab Joshua mulai kesal.
"Marah, nanti nangis, abis itu garuk-garuk tembok, terus ngacak-ngacak spiteng." ejek Rafli sambil tertawa.
"Bacot ah." jawab Joshua semakin kesal.
"Eh...udah ah gua mau balik ke kelas, bye.. jangan pada kangen ya.." jawab Dwi dan kemudian pergi.
"Kepedean amat tuh bocah." jawab Bagas dengan santai.
"Ok, besok gua tunggu." jawab Maura dengan santai.
"Emang lo berani? Bukannya kakak lo larang main begituan ya?" cletuk Bagas sambil tertawa.
"Halah bacot lo, dasar Gas elpiji." jawab Maura sambil tertawa.
"Lo tuh yang bacot." jawab Bagas dengan jutek.
"Udah ah gua mau balik ke kelas." jawab Maura kemudian beranjak dari tempat duduknya.
"Besok gua tunggu, Fi lo jemput gua ya." ujar Maura kembali.
"Gak ah jauh." jawab Rafli dengan santai.
"Jauh dari mana, rumah lo kan depan rumah gua nyet." jawab Maura sedikit kesal.
"Eh iya lupa," jawab Rafli tertawa kaku.
"Gua tunggu lo." jawab Maura dengan santai.
"Ok." jawab Rafli.
Kemudian mereka kembali ke kelas. Kak Egy adalah kakak kandung Rafli, penyebab kematiannya masih menjadi misteri karena saat mayatnya ditemukan dalam keadaan terbaring di atas kasurnya, tak ada tanda-tanda bunuh diri ataupun dibunuh. Kak Egy merupakan siswa dari SMA Priwira Jaya, dia telah lulus 3 tahun yang lalu.
Sebenarnya Maura ragu-ragu untuk memainkan permainan ouija, namun dia juga penasaran. Dulu dia ingin sekali memainkan permainan ouija, namun dia dilarang oleh kakaknya, setiap Maura menyebut kata-kata ouija, kakaknya pasti marah dan akan mengurungkan diri di kamar.
Kakak Maura bernama Ardi Gunawan, Ardi adalah panggilannya, kak Ardi adalah sahabat dari kak Egy. Semenjak kematian kak Egy, kak Ardi menjadi pendiam dan juga mudah marah.
"Kalo gua main ouija, kak Ardi marah gak ya sama gua?" gumam Maura sedikit bingung.
"Bodo ah, lagi juga kan itu cuman permainan." gumam Maura tak peduli
_________________________________________
NB : DILARANG MENYALIN STORY INI! CERITA INI HANYA DIBUAT OLEH @SYFTRI2001!
Terima kasih.
Salam,
Desi Syafitri

KAMU SEDANG MEMBACA
Death School [TAMAT]
HorrorSetiap Sekolah pasti memiliki penghuninya yang tak kasat mata, Disetiap sekolah juga pasti memiliki cerita mistisnya masing-masing. Namun, dicerita ini terdapat sekelompok anak-anak yang sama sekali tidak percaya dengan cerita mistis yang ada di sek...