14. Kejadian dimasa lalu

1.7K 169 4
                                    

Sesuai rencana, Egy membawa permainan yang telah mereka renanakan minggu-minggu lalu, dia mencari tenda yang telah didirikan oleh teman-temannya, Egy datang terlambat dikarenakan dia harus mengantarkan adiknya pergi ke rumah temannya. Setelah beberapa lama mencari, akhirnya dia pun menemukan tendanya.

Egy langsung masuk kedalam tenda dan melihat beberapa temannya sedang memakan mie instan, suasanya di luar cukup ramai sehingga mereka memutuskan untuk berdiam diri di dalam tenda sambil menunggu Egy.

"Lama banget sih lo," cerca Fendy sambil memukul lengan Egy.

"Gua sibuk, biasa lah abis menganterin sultan," kata Egy dengan santainya.

"Mana sini papannya, gua penasaran," kata kak Ardi seraya merebut papan yang dipegang oleh kak Egy.

"Hati-hati woy, mahal tuh," kata Egy memberi peringatan kepada Ardi.

Ardi langsung membuka papan itu dan wajahnya sangat terkejut, dia merasa senang sekali karena permainan yang mereka pilih ternyata tidak salah.

"Widih... lo beli mainan ini berapaan, Gy?" tanya Ardi sambil memegang papan ouija itu.

"Sekitar 1 juta, gua beli lewat toko online dan yang jual itu orang Inggris, itu barang secound, tadinya harganya (dalam mata uang Indonesia) Rp. 1. 300.000, ya gua nego aja deh jadinya Rp. 1.000.000, dan dia pun setuju. Kata pemilik sebelumnya, dia gak peduli mau dibeli berapapun harganya yang penting dia bisa jual permainan itu," kata Egy menjelaskan kepada teman-temannya.

"Lo nggak tanya gitu, kenapa dia pengen banget jual permainan ini?" tanya Angga.

"Nggak lah, ngapain juga gua kepo," jawab Egy cuek.

"Sekarang gini aja, permainan ini di letakkan di dalam tas lo aja Gy, nanti malam kita mainin ya, ok?" Kata Ardi memberikan saran kepada teman-temannya.

"Ok gua setuju, sekarang kita keluar, kita harus kumpul di lapangan karena masih ada acara lainnya," kata Dirga.

"Ok." jawab mereka serempak.

Mereka semua berjalan keluar dari tenda, Angga yang masih berada di belakang, dia merasa seperti ada hal yang aneh, dia merasa seperti ada yang mengawasi mereka, namun dia berusaha untuk tetap tenang dan langsung keluar dari tenda.

Suasana sangat menyenangkan, mereka menikmati kegiatan yang telah dibuat oleh guru-guru mereka, mereka terus menjalankan kegiatan hingga pukul 00:00.

Mereka kembali masuk kedalam tenda,tubuh mereka terasa sangat lelah sekali karena kegiatannya yang begitu padat. Mereka terkejut karena papan ouija yang sebelumnya diletakkan didalam tas Egy kini sudah berada di luar tas Egy dan telah tersusun seperti ada yang menyiapkan permainan itu.

"Siapa yang beresin ini?" tanya Egy bingung.

"Tadi udah di dalam tas kan Gy?" tanya Fendy kepada Egy.

"Udah kok, tapi siapa yang pindahin? Kita semua tadi dilapangan kan?" kata Egy yang masih bingung.

"Tadi gua yang beresin," kata Ardi berbohong kepada teman-temannya.

"Kapan lo kesininya Di? Kan daritadi lo sama gua terus," kata Egy sedikit tidak percaya dengan Ardi.

"Kepo, udah ayo kita main," kata Ardi sedikit memaksa.

"Ngantuk," kata Egy sambil menguap.

"Aelah... ayolah..." paksa Ardi.

Kemudian mereka memaksakan diri mereka untuk memainkan permainan itu. Egy memimpin permainan itu memberikan arahan sekaligus membaca mantra. Awalnya mereka tidak percaya, namun ketika planchette bergerak sendiri, disitulah mereka mulai percaya dan mulai merasa merinding.

"Jangan di gerak-gerakin woy!" Kata Dirga memarahi teman-temannya.

"Gua nggak gerakin Ga," kata Angga membantah tuduhan Dirga.

"Gua juga nggak gerakin," kata Ferdy yang juga membantah.

"Lo yang gerakin kan Mal," tuduh Dirga menatap Akmal dengan tajam.

"Lo kali yang gerakin, gua sama sekali nggak gerak-gerakin ya," kata Akmal sedikit kesal.

"Tunggu... kita sama sekali nggak gerakin planchette, berarti...." kata Ardi namun tidak melanjutkan perkataannya lagi.

"Apa benar ini adalah Shinta?"

Yes, planchette bergerak menuju kata-kata 'yes' mereka mulai merinding dan berdegik sedikit ketakutan.

"A-apa yang ingin ka-kamu lakukan?" tanya Egy terbata-bata.

A-K-U A-K-AN M-E-M-B-U-N-U-H K-A-L-I-A-N S-E-M-U-A, Aku akan membunuh kalian semua! planchette bergerak dengan cepat dan mengarah kehuruf-huruf itu, degup jantung mereka berdetak semakin kencang, Ardi langsung membuang planchette itu dan berusaha untuk mengatur napasnya kembali.

"Lo ngapain buang planchette-nya hah!" bentak Egy yang merasa kesal dengan Ardi.

"Permainan ini konyol! Permainan ini tuh nggak masuk akal!" jawab Ardi membalas bentakan Egy.

Ardi langsung membuka sleting tendanya dan langsung keluar dari tenda, dia terkejut saat melihat semua orang telah mati, sepertinya mereka semua telah saling membunuh, darah mengalir dimana-mana, dan anehnya mereka sama sekali tidak mendengar jeritan dari orang-orang yang diluar. Mereka menyusul Ardi keluar dari tenda, mereka saling menatap dan merinding ngeri. Terdapat sebuah tulisan di dekat tenda mereka 'kalian telah mengundang kematian' disitulah mereka sadar bahwa semua ini adalah gara-gara mereka, hanya beberapa orang saja yang hidup, dan ada beberapa yang mengalami luka-luka.

Satu-persatu dari teman-teman Ardi pun meninggal termasuk Egy, Egy terakhir kali mengobrol dengan Ardi untuk mencari tahu untuk menghentikan semua ini, namun naas, Egy telah pergi dengan cara yang misterius.

Sejak kematian Egy, Ardi menjadi trauma, dia seperti orang yang ketakutan karena kejadian lalu, dia terus menyalahkan dirinya, dia juga tidak pernah menceritakan masalah ini kepada orang tuanya karena dia takut bahwa orang tuanya akan tidak percaya dengannya dan menganggapnya bahwa dia sudah tidak waras.

_________________________________________

PENASARAN DENGAN PART SELANJUTNYA?

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA 'DEATH SCHOOL'

TERUS BACA 'DEATH SCHOOL' DAN JANGAN LUPA UNTUK VOTE, SHARE, DAN TINGGALKAN JEJAK DI READING LIST.

JIKA ADA YANG PERLU DI KOMEN, SILAHKAN BERKOMENTAR KARENA ITU SANGAT BERGUNA UNTUK SAYA.

JIKA KALIAN INGIN MEMPRAKTEKKAN PERMAINAN INI SILAHKAN, TAPI SEGALA SESUATU YANG TERJADI DENGAN KALIAN, SAYA TIDAK BERTANGGUNG JAWAB!

NB: STORY INI HANYA DIBUAT OLEH @SYFTRI2001! DILARANG MENYALIN STORY INI! STORY INI SUDAH DILINDUNGI OLEH HAK CIPTA!

Terima kasih.

Salam,

Desi Syafitri

Death School [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang