9. CCTV

2K 183 4
                                    

Pagi ini, mereka semua akan bertemu di sebuah warung bakso langganan mereka. Sebenarnya mereka sama sekali tidak ingin main hari ini, namun Joshua memaksa mereka dan dia mengatakan bahwa ingin mengatakan hal yang penting. Maura datang bersama Rafli dan melihat bahwa mereka sudah duduk menunggu mereka.

"Udah pesan belum baksonya?" ujar Rafli.

"Belum." jawab Dwi.

Rafli langsung pergi menghampiri abang bakso untuk memesan makanan beserta dengan minumannya. Setelah memesan, Rafli langsung pergi ke tempat teman-temannya dan duduk di sebelah Dwi.

"Lo mau ngomongin apaan?" ujar Maura tanpa basa-basi.

Joshua melirik kanan dan kiri untuk memastikan bahwa tidak ada yang mendengarkan percakapan mereka.

Joshua mencondongkan sedikit kepalanya dan dia berkata "Lo pada mau gak bantuin gua?" ujar Joshua dengan tatapan sedikit serius.

"Bantu apa?" tanya Rafli sambil mengerutkan keningnya.

"Bantu gua buka CCTV di rumah Bagas." jawab Joshua yang mengundang rasa penasaran mereka semua.

"Lah? Ngapain?" tanya Dwi yang semakin bingung.

"Penting banget ini, gua mohon sama kalian,gua nanti kasih tau deh." jawab Joshua dengan memaksa.

 Rafli mengetukkan jarinya di atas meja dengan nada beraturan sambil berpikir "Tapi... gimana kita mau masuknya?" jawab Rafli sedikit bingung.

"Hm... Kita diam-diam aja masuk kedalam rumah Bagas." jawab Joshua memberikan ide kepada teman-temannya.

"Terus abis itu kita tercyduk dan di bawa ke kantor Pos abis itu kita di penjara deh, GILA LOH!" jawab Dwi dengan sinis.

"Kok kantor Pos sih?" jawab Maura sambil mengerutkan keningnya.

"iya lah, kantor Pos itu kan tempat penjaranya orang-orang yang jahat." jawab Dwi dengan ngotot.

"Bego banget sih lo! itu bukan kantor Pos, tapi kantor Polisi! ah dongo banget sih lo!" jawab Rafli dengan jengkel.

"Yaudah sih sama aja."

Bakso pesanan mereka akhirnya datang, Rafli langsung melupakan perdebatannya dengan Dwi dan langsung menyantap baksonya.

"Besok, kita ke rumah Bagas, kita ngomong yang sejujurnya aja biar kita di izinin buat liat rekaman CCTV." ujar Rafli sambil menyantap baksonya.

"Lo yakin kita bakal di izinin sama Mama Bagas." tanya Maura.

"Tenang aja." jawab Rafli dengan santai.

*****

Mereka pergi ke rumah Bagas untuk menjalankan misi mereka, mereka meminta izin kepada Mama Bagas namun Mama Bagas tidak mengizinkannya. Rafli terus berusaha membujuk Mama Bagas dan akhirnya Mama Bagas mengizinkan mereka.

Mereka langsung melihat rekaman CCTV yang berada di kamar Bagas, mereka memutarkannya sesuai hari dan juga jam yang di putarkannya sekitar pukul 8 malam. mereka memutarkan Video dengan cepat, namun video langsung di skip pada waktu 21:24:16. mereka langsung memundurkan beberapa menit dan memutarkan video dengan kecepatan normal.

Mereka terkejut dan terus menonton rekaman video itu, terlihat bahwa Bagas pada saat itu memang sedang ketakutan namun mereka tidak mengerti apa yang membuatnya menjadi ketakutan. Suasana yang menegangkan dan membuat Bagas menjadi sangat ketakutan. Bagas terjatuh dan tidak sadarkan diri di akibatkan penyakit asmanya yang mulai kambuh. Mereka langsung menyalin rekaman itu di CD yang telah dibawakan oleh Joshua.

"Dugaan gua ternyata benar." ujar Joshua sambil menyandarkan tubuhnya di kursi.

"Apa? Kasih tau kita, Joe." jawab Dwi sedikit memaksa.

"Kita pergi dulu dari sini." jawab Joshua dan kemudian pergi keluar dari ruangan tersebut.

Mereka berpamitan kepada Mama Bagas dan kemudian mereka pergi menuju Caffe. Mereka duduk di dalam mobil yang di kendarai Joe. Joe terlihat seperti orang yang ketakutan, mereka semakin bingung dan saling tertatap muka. Joshua mengendarai mobilnya dengan kecepatan sangat tinggi membuat mereka menjadi ketakutan. Mereka sampailah di Caffe, mereka langsung bernapas dengan lega dan turun dari mobil.

Joshua langsung duduk dan tubuhnya semakin gemetar, terlihat rasa ketakutannya begitu kuat, mereka yakin bahwa Joshua sedang menyembunyikan sesuatu di antara mereka.

"Joe, lo jujur sama kita, lo itu kenapa?" tanya Rafli sedikit serius.

"Begini.."

Joshua mulai menceritakan kejadian saat dia mengalami kejadian saat malam-malam kemarin, saat dia di ganggu oleh kuntilanak yang tiba-tiba muncul di balik jendelanya dan gangguan yang di alami Bagas seperti yang di alaminya. Joshua meminta untuk melihat rekaman CCTV yang berada di kamar Bagas karena dia mendengarkan ucapan Dwi saat kemarin yang dia mengatakan bahwa Bagas menelponnya dan memberitahukan bahwa dia di ganggu oleh setan. Disitulah Joshua mulai ketakutan dan dia berusaha untuk membuktikan kebenaran itu kepada teman-temannya.

Mereka hanya diam mendengarkan ucapan Joshua. Mereka sedikit percaya tidak percaya, karena mereka sendiri juga tidak yakin bahwa itu adalah gangguan dari makhluk tak kasat mata.

"Gua heran ya, dia kan matinya gak pakai daster lah terus tuh dia dapat daster dari mana?" ujar Joshua dengan raut wajah yang sepertinya sedikit kesal.

"Mungkin gak sih semua ini berasal dari permainan ouija yang udah kita mainin di Sekolah?" ujar Dwi dengan nada pelan.

"Tapi mana mungkin sih." jawab Maura yang tidak percaya dengan omongan Dwi.

"Bagas mati gara-gara setan, sekolah jadi ada kesurupan massal, bu Ina mati secara misterius, mang Andri mati, semua kejanggalan itu bermula  setelah kita mainin permainan itu." jawab Dwi yang memberikan pendapatnya kepada teman-temannya.

"Tapi mana mungkin sih? Gua yakin permainan itu hanya hoax kok." jawab Maura dengan kekeh.

"Untuk tau kebenarannya, kita tanya langsung aja sama kakak lo." ujar Rafli dengan nada serius.

"Lo tau kan kalau kakak gua paling gak suka kalau ada yang nyebut kata-kata ouija?" jawab Maura dengan tenang.

"Maka dari itu, gua yakin kalau dia menyimpan rahasia besar dan dia pasti tau tentang permainan ini. Tidak mungkin ada asap jika tidak ada api, tidak mungkin dia marah tanpa sebab karena dia seperti itu ada penyebabnya." jawab Rafli.

Maura sebenarnya juga penasaran dengan Kakaknya, namun dia tidak ingin membuat kakaknya menjadi tambah marah, tetapi ini adalah jalan terbaik untuknya dan juga kakaknya, dia ingin mengetahui kebenaran tentang Sekolahnya terutama tentang ouija.

"Gua usahakan ya, gua gak bisa janji sama kalian." jawab Maura sedikit takut karena membayangkan kemarahan kakaknya.

Mereka mengganti topik pembicaraan sambil menyantap minuman yang sedang mereka nikmati.


_________________________________________

PENASARAN DENGAN PART SELANJUTNYA?

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA 'DEATH SCHOOL'

TERUS BACA 'DEATH SCHOOL' DAN JANGAN LUPA UNTUK VOTE, SHARE, DAN TINGGALKAN JEJAK DI READING LIST.

JIKA ADA YANG PERLU DI KOMEN, SILAHKAN BERKOMENTAR KARENA ITU SANGAT BERGUNA UNTUK SAYA.

JIKA KALIAN INGIN MEMPRAKTEKKAN PERMAINAN INI SILAHKAN, TAPI SEGALA SESUATU YANG TERJADI DENGAN KALIAN, SAYA TIDAK BERTANGGUNG JAWAB!

NB: STORY INI HANYA DIBUAT OLEH @SYFTRI2001! DILARANG MENYALIN STORY INI! STORY INI SUDAH DILINDUNGI OLEH HAK CIPTA!

Terima kasih.

Salam,

Desi Syafitri

Death School [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang